Epochtimes.id- Xi Jinping menangguhkan keberangkatannya ke Pyongyang dan mengutus Li Zhanshu sebagai pengganti karena tekanan tidak langsung dari Amerika Serikat. Korea Utara kemudian menunjukkan tanda-tanda memihak ke Amerika Serikat dan Korea Selatan, mengumumkan niatnya untuk menyelesaikan isu denuklirisasi dalam masa jabatan pertama Presiden Trump.
Media Singapura ‘Straits Times’ pada 18 Agustus melaporkan, atas undangan Kim Jong-un, Xi Jinping berencana untuk mengunjungi Korea Utara pada bulan September berpartisipasi dalam kegiatan peringatan hari jadi negara itu ke 70 tahun yang jatuh pada 9 September.
‘Hankook Ilbo’ pada hari yang sama juga mengatakan bahwa, kedua negara telah memulai mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan kunjungan.
Namun, pihak Tiongkok pada 4 September mengumumkan akan mengutus Li Zhanshu, tokoh No. 3 yang menjabat Ketua Komite Tetap NPC menggantikan Xi Jinping untuk menghadiri undangan Kim Jong-un dalam peringatan hari jadinya DPRK.
Xi terpaksa menangguhkan kunjungan ke Pyongyang. Sebelum ini, Presiden Trump telah berulang kali mengkritik tindakan Tiongkok komunis yang memberikan tekanan kepada Korea Utara sehingga menghambat perkembangan progres denuklirisasi.
Li Tianxiao, komentator politik mengatakan : “Trump yang tidak menghendaki Xi Jinping berhubungan lebih dekat dengan Kim Jong-un menerapkan tekanan. Dan hal ini cukup berhasil.”
“Alasan utama Xi Jinping menangguhkan kunjungannya ke Pyongyang tak lain adalah untuk menjaga agar saluran komunikasi dengan Amerika Serikat tetap terjaga dan demi mempertahankan hubungan baik dengan Trump. Ia terpaksa mengirim orang-orang terdekatnya seperti Li Zhanshu untuk mewakilinya karena tidak ingin membuat hubungannya dengan Kim Jong-un menjadi buntu.”
Profesor Chen Kuide mengatakan : “Meskipun Tiongkok komunis mengutus pejabat peringkat atas ke Korea Utara, tetapi bagi Kim Jong-un ini bukan hal yang dianggap penting. Hal yang paling penting bahwa dia sekarang dapat melihat dengan jelas tren besarnya adalah bagaimana pun Amerika Serikat masih memainkan peran yang lebih dominan daripada Tiongkok komunis, karena Tiongkok komunis saja masih meminta pengertian Amerika Serikat.”
Setelah otoritas Beijing mengumumkan rencana akan mengutus Li Zhanshu ke Pyongyang pada 4 September, keesokan harinya, Kim Jong-un langsung menyampaikan pesan untuk AS melalui delegasi Korea Selatan yang dipimpin Chung Eui-yong bahwa Korea Utara dalam waktu dekat akan menyerahkan usulan jadwal terkait denuklirisasi DPRK kepada Trump.
Reuters mengutip ucapan delegasi dari Korea Selatan melaporkan, mereka mendengar sendiri Kim Jong-un mengatakan bahwa kepercayaannya terhadap Presiden Trump tidak berubah, ia berharap dapat mencapai denuklirisasi dalam masa jabatan pertama Presiden Trump.
Chen Kuide mengatakan : “Penyampaian Kim itu berkaitan erat dengan perkembangan situasi akhir-akhir ini. Sebenarnya, DPRK berharap dapat memanfaatkan Tiongkok komunis untuk menyeimbangkan kepentingan antara DPRK dengan Amerika Serikat sehingga kedua belah pihak diuntungkan, tapi tampaknya Tiongkok komunis sendiri perlu tunduk kepada Amerika Serikat, hal ini membuat Korea Utara kembali memilih sandaran yang lebih nyaman, yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan.”
Hari Rabu (5 September) kedua Korea mencapai kesepakatan untuk mengadakan KTT ketiga di Pyongyang pada 19-20 September mendatang.
Chen Kuide percaya bahwa Tiongkok komunis akan terus mencoba untuk menggaet Korea Utara agar tidak ‘kabur’ menjauhinya, menghalangi Korea Utara untuk berjalan berdekatan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang menganut demokrasi dan kebebasan.
Selama AS tidak mempertahankan tekanan yang ekstrim, mungkin saja Korea Utara akan berusaha untuk mempertahankan politik keseimbangan dalam jangka pendek, tidak merugikan kepentingan Tiongkok dan Amerika Serikat. Namun jika terjadi hal sebaliknya maka Korea Utara mau tak mau harus menentukan pilihan.
Chen Kuide : “Meskipun Kim Jong-un berhasil mempertahankan kekuasaannya, tetapi karena usianya yang masih sangat muda. Ia tidak dapat hidup selama sekian puluh tahun di bawah tekanan latihan militer dan blokade ekonomi Amerika Serikat. Dalam jangka panjang, Amerika Serikat adalah satu-satunya yang dapat memberinya jaminan keamanan.”
“Satu-satunya yang dapat memberinya semacam dukungan ekonomi demi stabilitas rezimnya. Jadi saya berpikir bahwa dalam waktu dekat, Korea Utara bisa saja bergandengan tangan dengan Tiongkok komunis, tetapi dalam jangka panjang, ia perlahan-lahan akan bersandar kepada Amerika Serikat.”
Saat ini, Amerika Serikat dan Korut masih memiliki perbedaan dalam hal langkah-langkah denuklirisasi. Namun, Chen Kuide percaya bahwa Trump telah melihat dengan jelas bahwa sumber dari terganggunya proses denuklirisasi adalah Tiongkok komunis, dukungan dan manipulasi Tiongkok komunis itulah yang perlu lebih dulu diatasi. (Sin/asr)