Dr. Xie Tian
Awal Desember 2018 ini penulis kembali berkunjung ke Taipei menghadiri seminar di National Taiwan University, topik yang dibahas adalah “Perang Dagang AS-Tiongkok: Akhir Yang Menimpa Komunis Tiongkok Akan Sangat Tragis”, tema dari seminar tersebut adalah “AS-Tiongkok Perang Sengit, Bagaimana Taipei menyikapi?” Beberapa hari berdiam di Taipei, setelah itu pergi ke Vietnam, ini adalah pertama kalinya penulis menginjakkan kaki di negara Asia Tenggara ini.
Berbincang dengan para akademisi dan pejabat Vietnam, penulis mendapati mereka sangat antipati terhadap PKT (partai Komunis Tiongkok) juga tidak menyukai orang-orang dari daratan Tiongkok, sama sekali tidak ada kesan baik terhadap mereka! Setelah ditanya apakah karena Perang RRT-Vietnam tahun 1979 silam, mereka menjawab tidak sepenuhnya karena itu, masih ada faktor penyebab lain yang lebih mendalam.
PKT telah bertahun-tahun membina kawasan Asia Tenggara, sepertinya semua upaya itu gagal total. Bagi orang Vietnam, mereka telah dijajah dan diperbudak oleh Tiongkok zaman kuno selama 800 tahun dan meninggalkan banyak kesan dan ingatan buruk.
Leluhur orang Vietnam banyak yang berbicara dengan Bahasa Prancis, generasi orang tua mereka ada yang masih bisa berbahasa Mandarin, tapi mulai dari usia paruh baya ke bawah semuanya hanya belajar Bahasa Inggris.
Di taman dan bangunan di sekitar kawasan pusat kota Hanoi terdapat tulisan Tionghoa, namun hampir tidak ada lagi yang mengenal tulisan tersebut dan hanya dianggap sebagai simbol semata.
Orang Vietnam pernah berperang dengan Tiongkok, juga pernah berperang dengan Prancis dan Amerika, tapi orang Vietnam sekarang lebih menyukai Prancis, terlebih lagi sangat menyukai Amerika, hanya RRT yang tidak disukai mereka. Hal ini sungguh mengherankan, tapi juga tidak sulit dimengerti.
Sebelum terbang ke Hanoi, penulis sama sekali tidak mengetahui tingkat keterbukaan atau pun ketertutupan di Vietnam. Yang diluar perkiraan adalah, di Vietnam terdapat kebebasan dalam taraf tertentu.
Internet di Vietnam tidak banyak diblokir, mulai dari internet di hotel atau pun via ponsel, Google, Facebook, Twitter, semuanya lancar tanpa hambatan.
Awalnya penulis mendengar saat menginap di Hanoi paspor harus ditahan oleh pihak hotel, saat tiba di hotel di Hanoi, penulis sudah menyiapkan paspor untuk diserahkan ke pihak hotel, tapi ternyata tidak diminta.
Dengan kata lain, rekan kecil paham komunis PKT ini, setidaknya pada tingkat lapisan masyarakat dan pemerintahan negara semakin menjauh dari model PKT dan tidak lagi sepaham, sangat berbeda bahkan berselisih paham dengan PKT, dan telah menggaris batasan yang jelas.
Kini PKT sendirian hanya didampingi bayangannya saja, seorang diri bermusuhan dengan dunia, bermusuhan dengan peradaban, bermusuhan dengan sejarah, situasi ini sudah sangat jelas.
Di tengah klimaks dan sengitnya perang dagang AS-RRT, editor Yahoo Finansial Andy Serwer mengusulkan, hubungan antara AS-RRT saat ini disebut sebagai “saingan (rival)”.
Serwer mengatakan baru-baru ini ia makan malam dengan seorang tokoh dari Wall Street, di Beijing ia “memperingatkan dengan keras” para pejabat senior RRT, mengatakan kalian telah membohongi kami, dan kalian sekarang adalah “orang Rusia” bagi kami.
Tapi Serwer berpendapat, ini berarti orang RRT sekarang adalah musuh bebuyutan bagi Amerika Serikat. Menurut Serwer istilah yang lebih tepat untuk bisa mendeskripsikan hubungan AS dengan RRT adalah “rival” dan bukan “musuh”. Benarkah demikian?
Hubungan AS-RRT apakah seharusnya dianggap sebagai “rival” atau sebagai “musuh”? Rival (敵手:Di Shou) dan musuh (敵人:Di Ren), bila dalam huruf Mandarin hanya berbeda satu huruf saja, namun penulisan dalam Bahasa Inggris memiliki pemahaman yang sama sekali berbeda.
Antar “Rival”, adalah hubungan kompetisi secara adil yang setara, semua pihak mematuhi peraturan kompetisi bersama, inilah yang disebut saingan. Di dalam peradaban Barat, Anda boleh tidak menyukai saingan Anda, tapi harus ada respek, menghormati saingan juga berarti menghormati diri sendiri, karena semua pihak mematuhi kriteria yang sama.
Setelah berakhirnya pemilu di masyarakat demokrasi, pemenang menghormati kerja keras dan hak pihak yang kalah, yang kalah akan memberi selamat bagi kemenangan dan keberhasilan si pemenang; pihak yang bersaing mengatakan setelah perlombaan berakhir, pemenang bersiap memerintah, yang kalah bersiap untuk bangkit lagi.
PKT selain tidak bersaing secara adil, juga tidak mengakui aturan perlombaan, terlebih lagi tidak mau bersaing adil dengan AS, tapi bersaing secara tidak adil dengn mencuri, merampas, dan mengambil secara licik.
PKT juga berkali-kali mengatakan tidak mengakui peraturan Barat, dan hanya mau membentuk lagi dunia sesuai dengan aturannya sendiri. Perang dengan PKT, tidak ada lain kali bagi dunia. Jika PKT menang, maka dunia akan hancur; hanya jika PKT kalah, umat manusia barulah akan hidup tenang.
Musuh berbeda dengan rival, musuh berseteru karena konflik kepentingan, konflik gagasan ataupun konflik ideologi, yang membawa niat bermusuhan. Jelas bahwa dalam hal konsep dan ideologi, PKT selalu bermusuhan dengan AS dan dunia, dan sekarang juga berseteru dalam hal kepentingan ekonomi.
Jadi, sejak awal hingga akhir PKT adalah musuh Amerika. Namun ini masih belum cukup, karena Rusia dan Iran juga merupakan musuh Amerika.
Beda halnya dengan PKT yang dipelihara sampai gemuk oleh Amerika, pasar AS dipakai untuk berkembang, teknologi AS dipakai untuk menjadi besar, tapi lupa akan jasa AS bahkan balik menggigit AS, ibarat ular berbisa dalam cerita kuno “Petani dan Ular Berbisa”, PKT tak hanya sekedar musuh, bahkan musuh yang berbahaya karena beracun!
Meng Wanzhou dari Huawei dibebaskan dengan jaminan, dikabarkan setelah pulang ke rumah dia langsung mencuit di Twitter, mengatakan bangga pada Huawei, bangga pada negara.
Walaupun madam Meng menyatakan sikap mengambil hati PKT, tapi dia mungkin akan segera menyesali kata-katanya itu, karena kata-katanya itu akan dapat digunakan sebagai bukti untuk mendeportasinya. Dia dibebaskan dengan jaminan, mengapa “bangga pada negaranya”? Hakim percaya padanya, adalah berkat toleransi hukum di Kanada membuatnya diadili setelah dijamin, ini bukan jasa negaranya.
Dia ingin berterima kasih pada negara, justru menguatkan posisi kepemilikan saham PKT atas Huawei. Dia bangga pada Huawei justru malah semakin menyulitkannya, karena AS memang menyasar Huawei, dia merasa bangga justru membuktikan penangkapan atas dirinya adalah benar, karena dia memang berniat mengabdi sedemikian rupa pada Huawei.
Langkah berikutnya mendeportasi dirinya, akan lebih dramatis. Kasus yang terungkap oleh tuan putri Huawei ini, nyata-nyata adalah hubungan bermusuhan antara PKT dengan Amerika Serikat.
Saat AS bersatu dengan RRT melawan Uni Soviet di PBB, Tiongkok pernah dianggap sebagai teman sekutu, kemudian saat membuka pasarnya bagi RRT dan membantu perekonomian RRT, AS menjadikan Beijing sebagai rekan bisnisnya; jika RRT bersaing secara adil dan berhubungan secara normal dengan AS, maka tidak akan hilang kemungkinan menjadi saingan AS.
Tapi sifat dasar PKT membuatnya dengan sendirinya menjadi musuh bagi peradaban manusia dan dunia bebas, juga sama sekali tidak mungkin menjadi teman sekutu sejati bagi AS, dan sekarang tak hanya tidak bisa menjadi saingan AS, malah hanya bisa menjadi musuh bagi AS.
Yang dimaksud dengan “rival” atau “musuh”, harus dilihat kepada siapa ditujukan. Bagi rakyat Tiongkok, Amerika bukan saingan, bukan pula musuh, dalam perseteruan antara RRT dan AS, rakyat Tiongkok hanya bisa menjadi penonton yang tak berdaya, dan mendapat manfaat yang terpendam.
Bagi Amerika, RRT dari awalnya sebagai sekutu, merosot menjadi rekan, merosot lagi menjadi musuh; bagi PKT, AS bukan rival, bukan pula musuh sembarangan, melainkan musuh bebuyutan yang tidak bisa ditolerir! Dikatakan seperti ini, baru tepat. (SUD/WHS/asr)