ALMATY — Para aktivis hak asasi manusia mendesak Uzbekistan untuk menolak permintaan ekstradisi Tiongkok terhadap warga etnis Kazakh di Tiongkok yang sekarang terjebak di terminal bandara udara utama negara Asia Tengah tersebut.
Pengusaha Halemubieke Xiaheman, 41 tahun, dari Provinsi Xinjiang Tiongkok, mengatakan dalam sebuah video yang tampaknya direkam di dalam gedung bandara Tashkent bahwa ia telah dilecehkan oleh petugas-petugas keamanan Tiongkok ke titik di mana klien-kliennya dari Rusia dan Kazakhnya takut untuk bekerja dengannya.
Video tersebut, serta foto-foto dokumen Xiaheman, telah disebarkan pada 7 Februari oleh sekelompok aktivis yang berbasis di Kazakhstan yang mengatakan mereka berusaha untuk mencegah ekstradisi Xiaheman ke Tiongkok. Pihak berwenang Tiongkok dan Uzbekistan tidak mengkonfirmasi bahwa Tiongkok telah membuat permintaan ekstradisi, atau atas dasar apa.
Beijing telah menghadapi protes dari para aktivis, cendekiawan, pemerintah asing, dan pakar hak-hak asasi manusia PBB atas apa yang mereka katakan sebagai penahanan massal dan pengawasan ketat terhadap warga Uighur yang besar, yang sebagian besar Muslim dan kelompok Muslim lainnya, termasuk etnik Kazakh, yang tinggal di wilayah Xinjiang di barat laut Tiongkok.
Beberapa orang Uighur Tiongkok mencari perlindungan di negara-negara Asia Tengah bekas Soviet, yang dengannya mereka berbagi ikatan etnis dan agama. Namun, pemerintah-pemerintah Asia Tengah tersebut tidak ingin dianggap menyembunyikan para pembangkang Uighur karena takut membuat marah Beijing dan kehilangan investasi Tiongkok yang sangat dibutuhkan.
Steve Swerdlow, peneliti Asia Tengah di Human Rights Watch, mengatakan mengembalikan Xiaheman ke Tiongkok akan “sama saja dengan mendorongnya ke dalam lubang gelap.”
“Uzbekistan memiliki kewajiban hukum di bawah hukum internasional untuk tidak mengirim seseorang ke negara mana pun di mana ia dapat menghadapi penyiksaan atau hukuman mati, bahkan jika orang itu secara teknis berada di ‘zona transit’ bandara,” kata Swerdlow.
Kementerian Luar Negeri Uzbekistan mengatakan tidak mengetahui kasus Xiaheman. Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak segera memberi komentar.
Rezim Tiongkok menggunakan alasan bahwa Xinjiang menghadapi ancaman serius dari para militan Islamis dan separatis yang merencanakan serangan dan meningkatkan ketegangan dengan mayoritas etnis Han Tiongkok untuk menindak penduduk lokal di Xinjiang.
Warga Uighur dan Muslim lainnya yang ditahan di fasilitas-fasilitas seperti kamp konsentrasi, yang dikenal sebagai pusat “pendidikan ulang”, dilarang menggunakan sapaan Islam, harus belajar bahasa Mandarin, dan menyanyikan lagu-lagu propaganda, menurut laporan oleh Human Rights Watch. (ran)
Video pilihan:
Siapa 5 Diktator Kejam Abad ke 21 Pembunuh Rakyatnya
https://www.youtube.com/watch?v=6odrMUJvIOM