oleh Wu Ying
KTT kedua Trump – Kim Jong-un akan diadakan di Hanoi, Vietnam pada akhir bulan ini. Diungkapkan oleh seorang pejabat AS bahwa administrasi Trump sedang mempertimbangkan rencana mendirikan kantor penghubung yang efektif demi kelancaran komunikasi kedua negara, yang mana juga sebagai bagian dari program pewujudan denuklirisasi Semenanjung Korea dan normalisasi hubungan bilateral AS-DPRK.
Presiden Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dijadwalkan akan bertemu kembali di Hanoi, Vietnam pada 27 dan 28 Februari.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk mendirikan saluran penghubung antara kedua belah pihak, meskipun belum jelas apakah Korea Utara mendukung gagasan ini.
Dalam KTT AS – DPRK pertama yang diadakan pada bulan Juni tahun lalu, kedua belah pihak telah sepakat untuk memperbaiki hubungan bilateral dan bersama mewujudkan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Meskipun Korea Utara telah menghentikan uji coba senjata nuklir sejak tahun 2017, tetapi kemajuan dalam program denuklirisasi dinilai sangat terbatas. Yang diupayakan Korea Utara adalah mengharap pemerintah Trump melonggarkan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara.
Gary Samore, seorang pejabat senior dari Badan Keamanan Nasional selama pemerintahan Obama percaya bahwa memiliki sebuah saluran penghubung untuk komunikasi antar kedua negara menyiratkan adanya peningkatan hubungan.
“Dalam hal operasi aktual, ini juga merupakan ide yang baik, karena jika kita ingin mengirim petugas untuk melakukan inspeksi di Korea Utara, mereka membutuhkan tempat kerja di sana” kata Gary Samore.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa gagasan untuk mendirikan kantor sebagai saluran penghubung mungkin termasuk dalam kesepakatan Trump – Kim dalam KTT pertama. Stephen Biegun, Utusan Khusus AS untuk Kebijakan DPRK tersebut akan membahas gagasan ini dengan pejabat Korea Utara di Hanoi sebelum KTT kedua.
Stephen Biegun dalam pidatonya bulan lalu mengatakan bahwa pencabutan sanksi formal terhadap Korea Utara tidak didasarkan pada Pyongyang melucuti senjata nuklir sendiri. Dia mengatakan bahwa jika Korea Utara mulai membongkar senjata nuklir dan rudalnya, Amerika Serikat mungkin akan mengambil langkah yang sesuai, tetapi tidak memberikan rincian.
“Setelah Anda menyelesaikan segalanya, kami baru akan mengatakan apa yang akan kami lakukan,” katanya.
Robert Einhorn, mantan pejabat senior Dewan Negara yang menangani masalah Korea Utara mengatakan bahwa sementara Korea Utara berjanji untuk membongkar fasilitas senjata nuklir, pihaknya akan meminta Amerika Serikat untuk berkomitmen pada langkah-langkah timbal balik yang sesuai.
“Tindakan timbal balik Korea Utara yang paling diinginkan adalah AS segera melonggarkan sanksi ekonomi terhadap mereka, tetapi ini adalah janji yang paling enggan diberikan oleh pemerintah AS kepada Pyongyang” kata Einhorn.
Kim Jong-un mengatakan dalam pidatonya pada 1 Januari tahun ini bahwa Korea Utara bermaksud untuk memulai kembali kerjasamanya dengan Korea Selatan dalam pengembangan Kawasan Industri Kaesong dan Proyek Pariwisata Gunung Geumgang.
Namun Amerika Serikat selalu menentang pembukaan kembali kedua proyek ini karena itu dianggap setara dengan mencabut sanksi internasional terhadap Korea Utara dan membuka peluang uang kontan masuk ke pundi Korea Utara. (Sin/asr)