Epochtimes.id- Baru-baru ini banjir bandang melanda wilayah dataran tinggi di Sentani, Kota Jayapura, Papua. Akan tetapi fakta yang cukup mengejutkan adalah keberadaan hiu-hiu bertebaran dan ditemukan masyarakat.
Keberadaan hiu-hiu ini menjadi viral di media sosial. Warganet pun memperbincangkan keberadaan dengan tanda tanya. Pasalnya, ikan hiu biasanya hidup di perairan asin. Keheranan semakin menjadi apalagi Sentani terletak di wilayah pegunungan.
“Bukan di laut atau di daratan, tapi ini di pegunungan. Ada beberapa ikan hiu yang kami dapat dalam musibah banjir ini,” kata seorang pria bertopi dalam video tersebut yang beredar di medsos.
“Silakan lihat ini bukan satu kebohongan, ini kenyataan. Ini bukti kebesaran Tuhan bahwa di atas gunung juga ada ikan hiu yang besar, saudara-saudara yang ada di manapun,” lanjutnya sembari memegang dua ekor ikan hiu.
Warga di BTN Sosial Sentani Kabupaten Jayapura dikejutkan dg penemuan beberapa ikan hiu di aliran banjir bandang
Belum diketahui pasti bagaimana hiu itu bisa terbawa banjir, yg pasti semua ini adalah kuasa Tuhan #SaveJayapura #SaveSentani pic.twitter.com/KXuMZ4dJym
— Jayapura ID (@JayapuraID) March 19, 2019
Peneliti senior Balai Arkeologi Papua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hari Suroto, dalam tulisannya di portalsains.org mengungkapkan versi pengetahuaanya tentang kemunculan hiu-hiu tersebut. Dia menulis diduga ikan ini hanyut dari Gunung Cyclops.
Bagaimana bisa ikan hidup hidup di air tawar? Menurut Hari, penelitian di Papua dan Papua Nugini pada kurun waktu 1998-2008, menemukan lebih dari 1.000 spesies dan salah satunya adalah hiu air tawar dari spesies Glyphisgarricki. “Ikan ini dinamai dari peneliti Selandia Baru, Jack Garrick, yang menemukannya,” ungkapnya.
Hari mengungkapkan pada Danau Sentani dulunya ada spesies hiu yang hidup di sana, yaitu Hiu gergaji (Pristis microdon). Dia menjelaskan, hiu ini sebenarnya ikan air asin yang sukses beradaptasi dengan perairan air tawar. “Ikan ini lebih populer dikenal sebagai hiu gergaji Sentani, karena ikan endemik Danau Sentani, Papua,” lanjutnya.
Hari menulis, ciri khas ikan ini adalah moncong panjang seperti pedang dengan deretan gergaji kecil yang menyamping. Ikan hiu gergaji memakan udang kecil dan ikan-ikan kecil. Tapi ikan hiu gergaji Sentani telah punah.
Bagaimanakah danau sentani pada masa lalunya? Hari mengungkapkan danau sentani merupakan bagian dari laut yang jauh menjorok ke darat. Kemudian terjadi pergerakan lapisan bumi, sehingga Danau Sentani terpisah dari laut. Sehingga, lama kelamaan Danau Sentani berubah dari berair asin menjadi tawar. Hiu gergaji kemudian beradaptasi dengan air Danau Sentani yang berubah menjadi tawar.
Peneliti Balai Arkeologi Papua ini mengungkapkan ikan ini terakhir ditangkap nelayan Sentani tahun 1974 dan setelah itu tidak pernah ada lagi. Dia menjelaskan, punahnya ikan hiu ini disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, pencemaran air danau oleh limbah rumah tangga, dan penggunaan jaring insang (gill net).
“Ikan hiu gergaji sejak masa prasejarah hingga kini, sudah menjadi bagian dari budaya suku Sentani. Motif ikan hiu gergaji tergambar pada batu-batu Situs Megalitik Tutari. Selain itu suku Sentani yang bermukim di Pulau Asei, menjadikan hiu gergaji sebagai obyek lukisan kulit kayu mereka,” tulisnya.
Banjir disebabkan hujan deras mengguyur daerah Jayapura. Hingga terjadi banjir bandang di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua pada Sabtu (16/3/2019) pukul 21.30 WIT.
Hujan deras turun sejak pukul 18.00 WIT. Akibatnya 9 kelurahan di Kecamatan Sentani diterjang banjir bandang yaitu Kelurahan Barnabas Marweri, Piter Pangkatana, Kristian Pangakatan, Didimus Pangkatana, Andi Pangkatana, Yonasmanuri, Yulianus Pangkatana, Nelson Pangkatan, dan Nesmanuri. Banjir masuk ke rumah-rumah warga dan rumah sakit. Jalan berubah menjadi aliran permukaan yang deras. (asr)