EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump meminta Rusia untuk menarik pasukan militernya keluar dari Venezuela, pada 27 Maret 2019. Permintaan Trump menyusul laporan bahwa dua pesawat militer Rusia mendarat di Caracas selama akhir pekan dengan sekitar 100 tentara di dalamnya.
“Rusia harus keluar (dari Venezuela),” kata Trump kepada wartawan di Kantor Oval Gedung Putih.
Trump pada kesempatan itu bertemu dengan Fabiana Rosales, istri pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido.
“Semua opsi ada di atas meja, jika Rusia tidak memindahkan pasukan militernya,” sambung Trump, seperti dikutip dari Reuters.
Ketika ditanya bagaimana Amerika Serikat akan memaksa Rusia keluar dari negara Amerika Latin yang sosialis, Trump menjawab, “Kita akan lihat.”
Rosales bertemu dengan Trump dan Wakil Presiden Mike Pence. Keduanya menyatakan dukungan penuh untuk Guaido, yang berdasar konstitusi Venezuela mendeklarasikan diri untuk menjadi presiden sementara pada bulan Januari 2019. Sekitar 50 negara, termasuk Amerika Serikat dan sebagian besar Amerika Selatan, mendukung Ketua Parlemen Venezuela tersebut.
Tiongkok, Iran, Rusia, Turki, Afrika Selatan, dan Kuba sebaliknya menyatakan dukungan mereka untuk Presiden sosialis otoriter, Nicolas Maduro. Guaido mengatakan rezim Maduro tidak sah, karena dihasilkan oleh pemilu yang penuh kecurangan dan tidak demokratis.
“Amerika Serikat memandang kedatangan pesawat militer Rusia akhir pekan ini sebagai provokasi yang tidak bersahabat,” kata Pence kepada wartawan pada 27 Maret 2019.
“Kami menyerukan, Rusia hari ini juga untuk menghentikan semua dukungan untuk rezim Maduro dan berdiri bersama Juan Guaido, dan berdiri dengan negara-negara di belahan bumi ini dan di seluruh dunia hingga kemerdekaan rakyat dipulihkan,” lanjut Pence.
Venezuela baru-baru ini dilanda pemadaman listrik, kekurangan makanan, kerusuhan, dan penjarahan di tengah krisis konstitusional negara itu.
Seorang pejabat militer Venezuela mengkonfirmasi bahwa seorang jenderal Rusia dan 100 tentara dikirim ke negara itu. Personil militer Rusia didatangkan sebagai bagian dari latihan strategi militer.
Laporan pada 24 Maret 2019 mengatakan bahwa jet penumpang Ilyushin IL-62 dan pesawat militer Antonov AN-124 tiba di bandara di Caracas. Seorang jurnalis lokal mengirim tweet foto-foto pesawat. Baik pejabat Rusia dan Venezuela belum mengeluarkan pernyataan tentang dua pesawat Rusia, ketika itu.
Menurut The Guardian, para pejabat Rusia ada di sana untuk membahas teknik pemeliharaan peralatan, pelatihan, dan strategi militer.
Seorang pejabat Rusia yang tidak disebutkan namanya dikutip mengatakan bahwa tidak ada hal yang misterius terkait kunjungan itu. “Akan salah untuk mengira bahwa ini adalah semacam pengerahan pasukan besar-besaran,” katanya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo menelepon Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tentang keberadaan pesawat Kremlin di Caracas.
“Menlu mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov, bahwa Amerika Serikat dan negara-negara regional tidak akan berpangku tangan ketika Rusia memperburuk ketegangan di Venezuela. Masuknya personil militer Rusia untuk mendukung rezim tidak sah Nicolas Maduro di Venezuela, berisiko memperpanjang penderitaan rakyat Venezuela yang sangat mendukung Presiden sementara Juan Guaido,” Tulis Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataan tertulis pada 25 Maret 2019.
Hoy llegaron al aeropuerto Internacional de MaiquetÃa estos dos aviones de la Fuerza Aerea rusa.
1 Ilyushin Il-62M
1 Antomov 124Fotos: cortesÃa pic.twitter.com/w7hgQhyivr
— Federico A. Black B. (@FedericoBlackB) March 23, 2019
Pompeo, menurut rilis berita, juga meminta Moskow untuk menghentikan ‘perilaku tidak wajar’ dan bergabung dengan negara-negara lain, termasuk mayoritas negara-negara demokratis. Dia mengajak Rusia untuk bersama-sama mengusahakan masa depan yang lebih baik bagi rakyat Venezuela.
Beberapa bulan yang lalu, Rusia mengerahkan pesawat bomber strategis dan berkemampuan nuklir ke negara Amerika Latin sosialis itu. The Guardian juga mencatat bahwa ada spekulasi tentara bayaran Rusia dikirim ke Venezuela untuk melindungi Maduro di tengah seruan dari puluhan negara untuk mundur dari jabatannya.
Laporan itu muncul setelah pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi pada industri minyak Venezuela dalam upaya menekan Maduro agar mundur.
Negara itu, sementara ini, telah disiksa oleh pemadaman listrik, kekurangan air, kekurangan makanan, kerusuhan, dan penjarahan.
Guaido, yang menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pada awal 2019, menerima dukungan dari Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara demokratis. Termasuk sebagian besar Amerika Selatan.
Sementara Rusia dan Tiongkok, yang memberikan pinjaman miliaran dolar kepada Venezuela, pada dasarnya masih menopang Maduro. Pendukung Maduro terkenal lainnya termasuk Turki, Afrika Selatan, Iran, dan Kuba.
Selama akhir pekan, Maduro mengatakan akan ada perombakan dalam pemerintahannya setelah berbulan-bulan kekacauan.
“Saya akan mengumumkan beberapa metode mendatang dalam pemerintahan baru dan perubahan besar di seluruh pemerintahan Venezuela,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan melalui TV pemerintah, menurut Bloomberg News. “Kita perlu memperbarui diri, menyegarkan, meningkatkan, dan mengubah.”
Maduro juga meminta para pendukungnya untuk memobilisasi dan mempersenjatai diri, guna membela rezim sosialis Venezuela. Sementara itu, sanksi AS, tambahnya, tidak akan mampu memaksanya untuk ‘menyerah’ dan menanggalkan jabatan. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA