oleh Lin Yan
Negosiasi perdagangan Amerika Serikat – Tiongkok masih berlangsung. Meskipun kesepakatan bisa saja tercapai. Perjanjian perdagangan sampai batas tertentu dapat meredakan ketegangan hubungan antara kedua negara, tetapi tidak cukup untuk menyelesaikan seluruh perselisihan di antara mereka.
BBC pada hari Senin 22 April lalu memberitakan bahwa perjanjian perdagangan dapat meringankan gesekan antar kedua negara sampai tahap tertentu, tetapi dampaknya hanya bersifat sementara. Perselisihan di bidang teknologi utama antara kedua negara kemungkinan akan semakin meruncing.
Ruang lingkup perselisihan antara negeri paman Sam itu dengan Tiongkok sesungguhnya telah jauh melampaui ruang lingkup perdagangan. Konfrontasi antar dua nilai yang sangat berbeda itulah yang berada di belakang mereka. Terlepas dari apakah perjanjian perdagangan akan tercapai atau tidak, konfrontasi atau gesekan itu akan menjadi fenomena efek secara bersamaan.
Michael Hirson, kepala Asia untuk perusahaan konsultan Eurasia Group kepada BBC mengatakan dunia telah memasuki suatu fenomena baru, karena kompetisi geopolitik antara Amerika dengan Tiongkok telah meningkat dan makin jelas terlihat.
Huawei adalah buah catur komunis Tiongkok yang dimainkan pada papan luar negeri
Beberapa analis berpendapat bahwa gesekan di bidang teknologi utama antar kedua negara tersebut cenderung meningkat lebih lanjut. Sebagai contoh, seperti raksasa teknologi Huawei, Amerika Serikat dan negara-negara lain atau wilayah telah menyatakan keprihatinan yang kuat terhadap keselamatan nasional jika berhubungan dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Negeri paman Sam itu selain membatasi lembaga federal menggunakan produk Huawei, ia juga mendesak aliansinya untuk menghindari penggunaan peralatan buatan Huawei. Australia, Selandia Baru, Jepang dan Taiwan semuanya menyatakan kesediaannya untuk memblokir penggunaan perangkat untuk jaringan seluler 5G Huawei.
Huawei terus membantah adanya hubungan dengan pemerintahan Komunis Tiongkok. Pendiri Huawei Ren Zhengfei bahkan mengatakan bahwa perusahaannya tidak akan pernah melakukan kegiatan spionase.
Namun, melalui nama perusahaan swasta, mendapat manfaat dari komitmen pembiayaan berskala besar yang diberikan oleh bank pembangunan Tiongkok yakni, China Development Bank. Huawei membangun jaringan telekomunikasi di luar negeri dengan pinjaman resmi berbunga rendah jauh di bawah harga pasar. Karena itu Huawei mampu menguasai pasar global.
Sejak tahun 2005, pendapatan operasional Huawei di luar negeri telah mulai melampaui bisnis domestik dan menjadi sumber pendapatan utamanya. Pasar produsen peralatan telekomunikasi terkenal di luar negeri dengan cepat terkikis dan terpaksa menyusut.
Media ‘Bloomberg’ dalam sebuah laporannya mengenai Bank Pembangunan Tiongkok yang dirilis tahun 2012 menyebutkan bahwa, seorang karyawan produsen peralatan telekomunikasi terkenal internasional Alcatel-Lucent mengatakan kepada bosnya : “Kami tidak akan mati di tangan Huawei, bahkan jika kami mati, kami mati di tangan Bank Pembangunan Tiongkok.”
Pendiri Huawei Ren Zhengfei memiliki hubungan erat dengan Chen Yuan, mantan presiden Bank Pembangunan Tiongkok. Chen Yuan secara terbuka pernah menyatakan bahwa pihaknya membantu perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk memperluas bisnis mereka di luar negeri yang ia sebut sebagai penyertaannya dalam ‘memainkan buah catur’ dan ‘menata strategi demi kepentingan nasional’. Jadi menurut apa yang dikatakan Chen Yuan, Huawei adalah buah catur yang dikirim Bank Pembangunan Tiongkok untuk menjajaki dan bermain di pasar internasional.
Secara kebetulan, putri Ren Zhengfei, kepala keuangan Huawei, Meng Wanzhou ditangkap di Kanada pada bulan Desember tahun lalu dan menghadapi ekstradisi ke AS. Hanya beberapa bulan sebelum kejadian itu, Meng Wanzhou sebagai direktur pelaksana Huawei mengadakan acara penandatanganan kerjasama dengan Bank Pembangunan Tiongkok.
Efek lanjutan dari perselisihan perdagangan AS – Tiongkok kian jelas terlihat
Dan Harris, managing partner Harris Bricken, sebuah firma hukum Amerika di Tiongkok kepada Wall Street Journal mengatakan tidak mungkin kesepakatan apa pun yang dicapai antara Tiongkok dan Amerika Serikat, lalu orang dari kedua belah pihak mengatakan bahwa apa yang terjadi sebelumnya hanyalah sebuah lelucon.
Menurut Harris Bricken, kenaikan tarif, penangkapan, ancaman bahkan risiko yang lebih tinggi telah berdampak pada perusahaan. Dampaknya tidak akan hilang begitu saja hanya karena dikatakan sudah tidak ada lagi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika di Shanghai pada akhir bulan Februari lalu menemukan, 65 persen anggota mengatakan bahwa ketegangan AS – Tiongkok berpengaruh terhadap strategi jangka menengah dan panjang perusahaan mereka, dan hampir seperempat dari anggota menunda rencana investasi lebih lanjut di Tiongkok.
Komoditas Tiongkok yang paling terpengaruh oleh kenaikan tarif Amerika adalah jenis pakaian dan alas kaki. Rick Helfenbein, presiden American Apparel and Footwear Association mengatakan bahwa perselisihan perdagangan masa lalu telah mengubah rantai pasokan industri dan tidak akan pulih setidaknya dalam 10 tahun ke depan.
Rick Helfenbein mengatakan bahwa ketika perusahaan garmen berbicara dengan para analis dan investor tentang dampak dari faktor ketidakpastian Tiongkok, jawaban yang salah adalah “90% bisnis mereka terkait dengan Tiongkok. Jawaban bijaknya adalah perusahaan Garmen sedang berupaya keras untuk mengurangi ketergantungan dari Tiongkok.
Pemerintahan Trump telah berulang kali menekankan bahwa mereka berharap dapat menormalisasi kerja sama perdagangan Amerika – Tiongkok. Namun praktik perdagangan tidak adil dan terdistorsi yang dilakukan komunis Tiongkok harus diubah.
Sesungguhnya kekhawatiran Amerika terhadap komunis Tiongkok bertambah dan ini banyak hubungannya dengan langkah-langkah radikal komunis Tiongkok yang ditempuh dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, inisiatif One Belt One Road atau OBOR, program Made In China 2025, dan program pembinaan perusahaan-perusahaan juara nasional untuk menduduki pasar global. Tetapi pada saat yang sama memperkuat kontrol ideologi internal, inilah yang memperburuk kekhawatiran dunia luar tentang penyalahgunaan sumber daya dan penetrasi dunia oleh komunis Tiongkok.
Wapres AS Mike Pence dalam pidatonya di bulan Oktober tahun lalu mengatakan, komunis Tiongkok telah memilih agresi ekonomi daripada membuka ekonomi dan memilih untuk menjalin hubungan kemitraan yang lebih besar dan erat.
Banyak analis percaya bahwa konfrontasi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok tidak dapat dihindari. Hal yang lebih mendalam adalah bahwa sistem yang berbeda dalam menyikapi ekonomi global membuat mereka bagaikan “berbeda mimpi walaupun tidur seranjang”. Demikian pula, perusahaan AS dan Tiongkok sekarang sangat berhati-hati dalam menghidupkan kembali investasi bilateral.
Bagaimana menghadapi normalisasi gesekan nilai kedua negara di masa mendatang
Wall Street Journal pada hari Minggu 21 April lalu menerbitkan artikel yang menyebutkan bahwa perjanjian perdagangan yang dinegosiasikan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok diharapkan mampu memberikan perlakuan yang lebih baik bagi perusahaan-perusahaan AS di daratan Tiongkok. Negosiasi ini diharapkan memungkinkan Tiongkok untuk memasok lebih banyak hasil pertanian AS dan produk lainnya.
Langkah pertama normalisasi nilai, analis memperkirakan bahwa langkah-langkah non-tarif memberikan dampak yang lebih jauh di masa depan. AS mungkin saja terus mempertahankan langkah-langkah non-tarif sebagai alat untuk menekan pemerintah Tiongkok mengubah praktik tidak adilnya.
Kedua, Amerika Serikat juga dapat membatasi investasi Tiongkok di Amerika Serikat, membatasi ruang lingkup ekspor teknologi dari perusahaan AS ke Tiongkok.
Bagaimanakah hubungan AS – Tiongkok akan berkembang, secara khusus tergantung pada jenis perjanjian perdagangan yang akan mereka capai. Dipengaruhi oleh perlakukan saling berperang tarif, kedua belah pihak akhirnya memulai negosiasi setelah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada bulan Desember tahun lalu.
Tetapi para analis semua sependapat bahwa tidak peduli perjanjian perdagangan apa yang akan dicapai, hubungan antara dua kekuatan ekonomi utama dunia ini sudah berbeda dari masa lalu. Mereka sekarang dapat bekerja sama sepenuhnya, berkembang, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan di bidang-bidang tertentu, tetapi pada saat yang sama mereka mungkin saja membangun hambatan dan melakukan operasi decoupling secara selektif di bidang lain.
Stephen Olson, seorang peneliti perdagangan global di lembaga think tank Amerika Hinrich Foundation mengatakan kepada BBC, ia percaya bahwa semakin banyak area yang bisa dikelilingi oleh kedua belah pihak, terutama yang terkait dengan teknologi.
Stephen Olson mengingatkan apa yang harus dunia hadapi adalah gesekan antara ekonomi pasar bebas tradisional, ekonomi perdagangan bebas, ekonomi konsensus Washington dan ekonomi lain yang sangat kompleks dan dikelola secara terpusat melibatkan serangkaian aturan yang berbeda. (Sin/asr)