Wu Ying
Epochtimes.id- Pasca sebuah drone militer AS ditembak jatuh oleh Iran, sejumlah media AS melaporkan bahwa Presiden AS Trump memerintahkan serangan terhadap sebagian fasilitas militer Iran.
Namun demikian, Trump menarik kembali perintahnya beberapa menit kemudian sebelum serangan dilaksanakan. Presiden Trump mentweet di akunnya pada Jumat (21/6/2019) mengungkapkan alasannya menarik perintah serangan.
Trump menulis : “Presiden Obama dan Iran telah mencapai kesepakatan yang mengecewakan dan mengerikan, memberi mereka $ 150 miliar ditambah $ 1,8 miliar dalam bentuk tunai! Saat itu, Iran berada dalam kesulitan besar dan dia menyelamatkan mereka, memberi mereka jalur bebas dan cepat menuju pada perkembangan senjata nuklir.”
Trump menambahkan, “Mengakhiri perjanjian yang bahkan belum diratifikasi Kongres dan menjatuhkan sanksi keras. Ketika saya menjadi presiden, Iran membuat masalah besar di seluruh kawasan Timur Tengah, dibandingkan saat itu, Iran sekaranag adalah negara yang lebih lemah, mereka telah runtuh!”
Trump melanjutkan, “Kamis 20 Juni lalu, mereka menembak jatuh sebuah drone yang terbang di wilayah perairan internasional. Tadi malam, kami telah siap untuk membalas, menyerang tiga target. Ketika saya bertanya berapa banyak orang yang akan mati karena serangan ini, seorang jenderal menyebut sekitar 150 orang. 10 mneit sebelum serangan itu dilancarkan, saya membatalkannya.”
Trump kembali men-tweet: “Dibandingkan dengan sebuah drone yang ditembak jatuh, itu akan menjadi tanggapan yang tidak proporsional dengan jumlah korban yang mungkin terjadi. Saya tidak terburu-buru, militer kami telah dibangun kembali, semuanya baru, dan siap untuk beroperasi, sejauh ini pasukan kami yang terbaik di dunia. Sanksi yang dikenakan AS terhadap Iran berpengaruh, dan lebih banyak sanksi telah dijatuhkan kepada Iran, semalam. Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir, tidak boleh melawan Amerika, dan tidak boleh melawan dunia!”
Pada Kamis 20 Juni lalu, Trump mengatakan di Gedung Putih bahwa Iran telah membuat kesalahan besar. Semua catatan ilmiah menunjukkan bahwa pesawat itu berada di atas perairan internasional saat ditembak jatuh. Menanggapi pertanyaan tentang bagaimana Amerika Serikat akan meresponsnya, Trump mengatakan “Anda akan segera melihatnya.”
Kamis 20 Juni, Letnan Jenderal Joseph Guastella, Komandan Komando Sentral Pasukan Udara AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa drone RQ-4 milik Angkatan Laut AS berada di wilayah udara internasional di Teluk Oman dan Selat Hormuz untuk melakukan misi pengintaian. Akan tetapi Garda Revolusi Iran meluncurkan rudal darat-ke-udara di dekat Goruk negara itu dan menembak jatuh drone tersebut.
Media Amerika Serikat, The Hill, mengatakan pada Kamis 20 Juni 2019, bahwa seiring dengan berita terbaru tentang drone AS yang ditembak jatuh Angkatan Laut Iran menunjukkan bahwa Presiden Trump memang benar. Pasalnya, Rezim Iran tidak dapat dipercaya.
Artikel itu menulis bahwa ketika Presiden Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, oposisi politiknya dengan keras mengkritik strateginya dan mengatakan bahwa perjanjian yang ditandatangani oleh Obama adalah satu-satunya cara untuk mengekang ambisi nuklir Iran. Namun, sejak itu, Iran telah membuktikan bahwa skeptisisme Presiden Trump tentang kebijakan pendahulunya sepenuhnya masuk akal.
Presiden Trump jelas memahami bahwa Teheran hanya menggunakan perjanjian itu sebagai kedok untuk melanjutkan ambisi pengembangan nuklirnya dan tidak berniat mengubah perilakunya.
Demikian pula, perjanjian nuklir Iran tidak secara efektif menyelesaikan kegiatan geopolitik jahat lainnya di Iran dan tidak memberikan insentif yang berarti untuk mencegah Iran mensponsori organisasi teroris atau mengancam sekutu AS di wilayah tersebut.
Presiden Trump dalam penarikan perjanjian tersebut mengatakan “Secara teori, apa yang disebut ‘Perjanjian nuklir Iran’ seharusnya melindungi Amerika Serikat dan sekutu dari kegilaan bom nuklir Iran, senjata ini hanya akan membahayakan kelangsungan hidup rezim Iran,Faktanya, perjanjian ini memungkinkan Iran terus memperkaya uranium dan, dan mencapai kepemilikan nuklir seiring berlalunya waktu.”
Artikel itu mengatakan bahwa perjanjian nuklir Iran sebenarnya merupakan cara yang kuat bagi Iran untuk mengembangkan material dan teknologi nuklir.
Seperti yang berulang kali dinyatakan oleh Presiden Trump, Iran kini melampaui batasannya pada stok uranium yang diperkaya daripada mencoba menegosiasikan kembali perjanjian.
Sebagaimana yang disebutkan Presiden Trump tahun lalu, mencabut sanksi terhadap Iran hanya akan memungkinkan kekuatan otoriter untuk menggunakan dana baru, membangun rudal berkemampuan nuklir, mendukung terorisme dan menciptakan kekacauan di seluruh kawasan Timur Tengah dan wilayah lain. (jon/asr)