Gisela Sommer – The Epochtimes
San Diego State University -SDSU- adalah universitas di Amerika Serikat yang terbaru menutup Institut Konfusiusnya. Penutupan lembaga bahasa dan budaya kontroversial yang didanai oleh pemerintah Komunis Tiongkok itu, mengikuti penutupan di tujuh kampus AS lainnya pada tahun ini. Institut Konfusius secara resmi ditutup di San Diego State University pada 30 Juni 2019. Laporan ini, menurut pemberitahuan surat elektronik oleh Kantor Presiden pada 19 Agustus lalu. Penutupan ini, menjadikannya sebagai Kampus di Amerika Serikat yang ke-22 memutuskan hubungan dengan Institut Konfusius dalam beberapa tahun terakhir.
Gwendalle Cooper, pensiunan profesor di San Diego State University, yang pernah mendesak pihak kampus untuk menutup Institut Konfusius, kepada Epoch Times mengatakan, bahwa ia telah mendengar laporan mengejutkan, tentang Institut Konfusius yang digunakan oleh Komunis Tiongkok untuk membungkam kebebasan berbicara di kampus AS. Bahkan, menyebarkan propaganda komunis. Lebih parah lagi, memata-matai di negeri paman Sam itu.
Dr. Cooper mengatakan, sangat senang, jika universitas membuat keputusan untuk menutupnya. Ia mengungkit tentang sebuah Film dokumenter Atas Nama Konfusius yang mengajukan pertanyaan: Mengapa Tiongkok menghabiskan miliaran untuk mendidik kaum muda kita? Atas pertanyaan itu, sudah semestinya semua pihak menjawab pertanyaan tersebut untuk diri mereka masing-masing.
Institut Konfusius adalah lembaga didanai oleh Komunis Tiongkok di bawah Kementerian Pendidikan. Lembaga ini dikampanyekan oleh Kantor Dewan Bahasa Internasional Komunis Tiongkok, juga dikenal sebagai Hanban. Lembaga ini diklaim sebagai organisasi pendidikan untuk mempromosikan budaya dan bahasa Tiongkok. Akan tetapi, agen intelijen barat telah memperingatkan bahwa lembaga tersebut, digunakan sebagai perangkat rezim Komunis Tiongkok untuk mendapatkan pengaruh di luar negeri. Laporan The United State China Economic and Security Review Commission’s, menyebutkan, Institut Konfusius sebagai front untuk menyusup dan memata-matai.
Disebutkan, Pusat-pusat pendidikan yang didanai Tiongkok “juga mengkampanyekan narasi pilihan Beijing. Selain itu, menumbangkan prinsip-prinsip penting dunia akademis, seperti otonomi kelembagaan dan kebebasan akademik. Institut Konfusius juga telah didokumentasikan untuk terlibat dalam mengorganisir protes terhadap sejumlah topik-topik. Dalam beberapa kasus, yang mana bagi Komunis Tiongkok dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas aturannya.
Pada tahun 2009, North Carolina State University ditekan oleh direktur Institut Konfusius untuk membatalkan undangan ke Dalai Lama. Ketika pembukaan pameran fotografi Tibet di University of Maryland’s Insitut Konfusius pada tahun 2009, seorang diplomat Komunis Tiongkok secara terbuka mengutuk Dalai Lama. Pada Tahun 2012, instruktur Institut Konfusius, Sonia Zhao menuduh bahwa McMaster College Kanada “memberikan legitimasi terhadap diskriminasi” karena kontraknya melarangnya mengidentifikasi diri dengan latihan Falun Gong, sebuah gerakan spiritual yang dikriminalisasi dan dianiaya oleh Komunis Tiongkok sejak Tahun 1999.
McMaster setuju dan menolak untuk memperbarui kontrak Konfusiusnya. Selain itu, untuk memaksa negara lain agar lebih bersimpati pada agenda Komunis Tiongkok, Hanban menawarkan paket menarik ke sekolah dan universitas asing untuk mendirikan Institut Konfusius. Lembaga ini dikelola oleh guru-guru dari daratan yang dipilih dan didanai oleh Komunis Tiongkok. Materi pengajaran kerap menghadirkan propaganda Komunis Tiongkok. Hingga memicu kekhawatiran bahwa Institut Konfusius membungkam kritik akademis terhadap rezim Komunis Tiongkok. Pada Tahun 2010, kepala badan intelijen Kanada, Richard Fadden melaporkan, bahwa Institut Konfusius “dikelola oleh orang-orang yang beroperasi di kedutaan atau konsulat Tiongkok.”
RUU Baru untuk Melindungi Universitas AS
Anggota Kongres AS telah memperkenalkan undang-undang baru yang akan berupaya melindungi universitas Amerika Serikat, dari pencurian informasi sensitif oleh negara asing seperti Tiongkok, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Sebuah RUU, yang bernama “Lindungi Universitas Kita, Undang-Undang tahun 2019,” diperkenalkan oleh Senator Jim Banks pada 12 Maret 2019 lalu.
RUU itu akan membentuk gugus tugas antar-lembaga yang dipimpin oleh Departemen Pendidikan, untuk mengatasi kerentanan yang ada saat ini di kampus perguruan tinggi seluruh Amerika. Sebuah sumber menyebutkan, Komunis Tiongkok memiliki “catatan panjang” metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi kembali ke Beijing. Warga negara Tiongkok yang belajar di luar negeri di Amerika Serikat, dimanipulasi dan ditekan untuk menjadi “pengumpul informasi bagi pemerintah komunis dan militer di Beijing.”
Laporan Senat Amerika Serikat yang dirilis pada Februari lalu oleh Sub-komite Permanen Investigasi oleh Rob Portman dan anggota peringkat Senator Tom Carper AS, menyatakan, bahwa Institut Konfusius yang didukung Beijing di kampus-kampus Amerika Serikat, harus ditutup jika tidak ada perubahan besar dalam operasi mereka. Laporan bipartisan setebal 93 halaman itu, menunjuk kepada bahasa dan budaya di institut tersebut sebagai ancaman terhadap kebebasan akademik.
Laporan itu mengatakan, bahwa banyak perguruan tinggi AS gagal mengungkapkan uang yang diterima dari Komunis Tiongkok. Meskipun ada panduan dari Departemen Pendidikan bahwa hadiah asing harus dilaporkan. Komunis Tiongkok telah menghabiskan lebih dari 156 juta dolar AS di sekolah-sekolah Amerika Serikat sejak 2006 silam. Laporan menyatakan, pendanaan Institut Konfusius “dilengkapi dengan sejumlah hal yang membahayakan kebebasan akademik.”
Mantan senator AS, Frank Wolf mengatakan, Selama pertemuan pembentukan Koalisi untuk Memajukan Kebebasan Beragama di Tiongkok, di Washington DC pada 4 Maret tahun ini, menyerukan perhatian khusus kepada Institut Konfusius di universitas-universitas AS. Bekas Senator dari Partai Republik ini mengatakan, setiap perguruan tinggi yang memiliki Institut Konfusius harus mengundang para pendeta Katolik, pastor Protestan, Uyghur, Tibet, dan praktisi Falun Gong untuk berbicara. Jika kemudian, institut konfusius tidak mengizinkannya, maka harus dikeluarkan dari kampus.
Institut Konfusius di Seluruh Dunia Ditutup
Menurut laporan lembaga non-profit AS, The National Association of Scholars melaporkan, merekomendasikan pada tahun 2018 bahwa universitas-universitas di Amerika Serikat harus menutup Insitut Konfusius mereka. Lembaga ini menyatakan keprihatinan tentang kebebasan intelektual dan transparansi, serta lembaga yang digunakan untuk memajukan soft power Tiongkok.
The National Association of Scholars dalam laporannya menyebutkan, setelah mempelajari dan melaporkan tentang Institut Konfusius yang didukung Tiongkok, beberapa senator memperkenalkan, dan Presiden menandatanganinya, undang-undang yang mencegah perguruan tinggi yang menerima Institut Konfusius menerima dana dari Departemen Pertahanan. Karena itu, The National Association of Scholars menyatakan, tetap waspada terhadap upaya-upaya untuk menghindari peraturan ini. Tampaknya masyarakat sadar akan ancaman pengaruh Tiongkok di kampus-kampus Amerika Serikat.
Sebuah film dokumenter berjudul In the Name of Confucius, oleh Filmmaker Kanada, Doris Liu, mendaftarkan di situs webnya tiga puluh tiga penutupan Institut Konfusius di seluruh dunia. Situs itu juga menawarkan materi pendidikan untuk menampung pemutaran film di universitas yang menyelenggarakan Institut Konfusius. Saat ini, lebih dari 100 perguruan tinggi dan universitas di AS, menjadi tuan rumah cabang dari Institut Konfusius.
Karena program ini, berada di bawah pengawasan pemerintah, sembilan lembaga akademik AS telah menutup Institut Konfusius pada tahun 2018. Sebanyak delapan lembaga telah ditutup pada tahun 2019 sejauh ini, yaitu: Universitas Massachusetts Boston, Universitas Minnesota, Universitas Minnesota, Universitas West Kentucky, Universitas Oregon, Universitas Negeri San Francisco, Universitas Hawaii di Mānoa, dan San Diego State University.
Universitas West Kentucky mengatakan, pihaknya memutuskan hubungan dengan Institut Konfusiusnya. Dikarenakan, kebijakan federal yang baru tahun lalu, tidak mengizinkan lembaga untuk menampung Institut Konfusius. Jika kampus-kampus itu, mereka menerima dana Departemen Pertahanan AS untuk program bahasa Mandarin. Universitas Hawaii resmi menutup institut konfusius-nya pada 31 Mei.
Greg Shepherd, seorang profesor musik dan drama di Kauai Community College, mengatakan, penutupan Institusi Konfusius di Universitas Hawaii dan di tempat lain “harus menjadi berita sambutan bagi siapa saja yang menghargai kebebasan dan hak asasi manusia,” seperti dilaporkan American Military News melaporkan pada 30 Juli. Shepherd mengungkapkan, Lembaga-lembaga tersebut adalah upaya terang-terangan untuk propaganda oleh pemerintah Komunis Tiongkok. Yang mana, menindas rakyat Tibet dan Xinjiang, serta para praktisi Falun Gong dan agama-agama lainnya.
Shepherd mengatakan, penutupan itu adalah refleksi sedih di Universitas Hawaii, karena perlu 13 tahun. Dan, baru terjadi karena ancaman pemotongan dana oleh Departemen Pertahanan AS. Di Australia, semua Institut Konfusius telah secara langsung diberitahukan oleh pemerintah Australia tentang undang-undang pengaruh anti-asing yang baru di negara itu. Undang-undang itu mewajibkan individu atau organisasi yang bekerja untuk pemerintah asing, mendaftar sebagai agen asing. Di Kanada, Dewan Sekolah Distrik Toronto, Universitas McMaster, dan Universitas Sherbrooke telah mengakhiri kemitraan mereka dengan Institut Konfusius dalam beberapa tahun terakhir. Kontrak antara penyelenggara lembaga pendidikan dan Hanban, biasanya berisi klausa yang dapat dibatalkan oleh salah satu pihak dengan pemberitahuan selama enam bulan.
Ruang Kelas Konfusius di Sekolah Dasar dan Tinggi
Selain menyusupkan Institut Konfusius ke sekolah tinggi pendidikan barat, Komunis Tiongkok juga telah mendirikan ratusan Ruang Kelas Konfusius di sekolah dasar dan sekolah menengah. Pendidikan ini menyebarkan kekuatan lunaknya dan mencuci otak anak-anak muda, dengan ideologi komunis dengan kedok pengajaran bahasa dan budaya Tiongkok. Menurut Hanban, ada 548 Institut Konfusius dan 1.193 Ruang Kelas Konfusius di 147 negara pada akhir 2018. Laporan yang diarsipkan di situs webnya, dari 15 November 2017 daftar lusinan Ruang Kelas Konfusius, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, berpartisipasi dalam program di wilayah San Diego yang lebih besar pada waktu itu.
Disebutkan: “Ketika Institut Konfusius di San Diego State University pertama kali didirikan pada tahun 2009, ada total 7 Ruang Kelas Konfusius di wilayah San Diego. Pada tahun 2017, ada total 20 Ruang Kelas Konfusius di 30 sekolah Kelas Konfusius. Institut Konfusius di San Diego State University terus bekerja sama dengan Hanban untuk menciptakan lebih banyak Ruang Kelas Konfusius di wilayah San Diego yang lebih besar.” Menanggapi laporan itu, Dr. Cooper optimis San Diego State University akan memperbaiki situasi, apalagi Prof Mark Wheeler, selaku Ketua Senat San Diego State University juga sudah meyakinkannya. (asr)