Li Lingpu, melaporkan dari Hongkong
Menurut informasi eksklusif yang diperoleh Epochtimes Hong Kong, Xi Jinping bersama para petinggi Zhongnanhai telah menyaksikan berkumpulnya warga Hongkong dalam aksi 18 Agustus lalu.
Keesokan harinya pada Senin 19 Agustus, Beijing buru-buru menyampaikan instruksi terbaru Xi Jinping kepada para penanggung jawab seluruh departemen dan instansi di Hongkong.
Isi instruksi itu menyebutkan: “Siapa yang membuat masalah harus diselesaikan sendiri, harus diatasi sendiri, jangan memberikan tekanan lagi pada pusat.”
Selama 11 minggu berlangsungnya gerakan “anti RUU ekstradisi”, pada 18 Agustus lalu lebih dari 1,7 juta warga Hongkong berunjuk rasa di jalan. Walau diguyur hujan lebat, tindakan yang menyentuh perasaan seluruh dunia.
Melanjutkan pernyataan terbuka Presiden AS Donald Trump yang mengaitkan masalah perang dagang AS dan Tiongkok dengan situasi di Hongkong saat ini, Wakil Presiden AS Mike Pence pada 20 Agustus lalu, kembali membuka kartu Komunis Tiongkok dengan terkait masalah Hongkong.
Pence menegaskan, jika ingin mencapai kesepakatan dengan AS, Komunis tiongkok harus menaati janjinya pada sino-Inggris pada Tahun 1984.” Komunis Tiongkok pun tidak berani mengerahkan militer untuk menekan warga Hongkong, aura jahatnya pun terpukul.
Menurut informasi yang diungkap oleh generasi kedua Dinasti Merah atau hongerdai (cara baca: hung-erl-tai) kepada surat kabar the Epoch Times, ini adalah pertama kalinya Xi Jinping menyampaikan pernyataan resmi.
Pernyataan itu secara jelas dan paling menyeluruh sejak dimulainya gerakan anti RUU ekstradisi.
Rapat pemberitahuan itu berlangsung sekitar setengah jam, sasaran rapat penyampaian itu adalah semua penanggung jawab instansi Tiongkok di Hongkong, termasuk ketua dan wakil ketua Kantor Penghubung Pusat wilayah eksekutif Hongkong dengan pemerintah pusat di Beijing, pihak militer dan para penanggung jawab BUMN Tiongkok di Hongkong.
Hongerdai itu mengungkapkan, pawai akbar 18 Agustus itu, disaksikan langsung oleh seluruh petinggi Zhongnanhai di Beijing lewat lebih dari 100 pos pengawasan di Hongkong. Dengan, mengerahkan lebih dari 2.000 agen intelijen dari Departemen Keamanan Publik, Departemen Keamanan dan Intelijen, Departemen Informatika, Departemen Politik Pusat Pihak Militer, Departemen Staf Umum dan lain sebagainya, yang disaksikan bersama-sama lewat siaran langsung secara online keseluruhan proses pawai 18 Agustus itu. Termasuk juga saluran siaran langsung oleh the Epoch Times dan stasiun TV New Tang Dynasty.
Hongerdai itu mengatakan, banyak pejabat Komunis Tiongkok setelah menyaksikan pertemuan akbar 18 Agustus tersebut, mengatakan “terpaksa mengatakan salut kepada warga Hongkong”.
Konten penting pada pidato Xi adalah: “Bagi yang membuat masalah harus diselesaikan sendiri, harus diatasi sendiri, jangan lagi memberikan tekanan pada pusat.”
Selain itu PM Li Keqiang mengatakan, “Warga Hongkong tidak akan tunduk jika ditekan”, dan meminta pemerintah Hongkong agar segera menyelesaikan masalah kehidupan masyarakat.
Hongerdai itu mengatakan, Li Keqiang juga menyatakan, “Carry Lam ini, mutlak tak bisa dipercaya.“
Apa yang dimaksud Li Keqiang adalah Kepala Eksekutif Hongkong Carry Lam berikut Kantor Urusan Hongkong dan Makau, Kantor Penghubung Pusat Hongkong dan Aliansi Demokratis Hongkong -DAB- yang telah berbohong kepada pemerintah pusat Xi Jinping. Selain itu, merasa diri benar, memberikan informasi yang keliru pada pemerintah pusat, dan membuat Beijing mengira mereka “mampu mengatasi” Hongkong.
Hongerdai itu juga mengungkapkan, sebelumnya, yang dimaksud dengan “rapat penyampaian” yang digelar pusat bagi departemen berbeda di Hongkong, selalu diadakan oleh Kantor Urusan Hongkong dan Makau dan oleh Kantor Penghubung Pusat, yang selalu berbeda haluan dengan Xi Jinping.
Selain itu ada pula media yang menyebutkan bahwa pidato Xi Jinping mengatakan “harus memakai cara Chengdu” untuk menyelesaikan masalah Hongkong. Artinya, menghukum pengunjuk rasa dengan berat, serta kesepahaman yang dicapai dalam Rapat Beidaihe dan lain sebagainya. Semua itu hanyalah omong kosong belaka.
Hongerdai itu mengatakan, “Rapat Beidaihe” sesungguhnya sudah tidak eksis lagi. Saat ini yang tersisa hanyalah sejumlah kader tua petinggi pusat dan manual militer yang berlibur, yang secara politik sudah tidak ada lagi pengaruhnya, dan Xi Jinping juga tidak lagi menghiraukan para manula itu.
Pidato Xi Jinping juga meliputi, tak akan membiarkan pasukan militer memasuki Hongkong. Juga tidak berharap peristiwa anti RUU ekstradisi di Hongkong berimbas pada Tiongkok daratan, serta timbul kondisi dimana warga Hongkong menyasar pemerintah pusat Beijing dan sebagainya.
Hongerdai itu pada hari itu juga mendengarkan penyampaian pidato tersebut, ia mengatakan, di hari itu pada 19 Agustus setelah pidato disampaikan, raut wajah beberapa orang penanggung jawab Kantor Penghubung Pusat di Hongkong itu terlihat sangat tidak senang.
Setelah Beijing menyampaikan pidato Xi Jinping tersebut, Kepala Eksekutif Hongkong Carry Lam di konferensi pers yang digelar keesokan harinya, memperlihatkan sikap yang melunak. Ia berjanji akan menggelar forum dialog, serta memperluas ruang lingkup investigasi Komisi Independen Pengawasan Polisi -IPCC- Hongkong.
Di hari yang sama Ketua IPCC yakni Dr. Anthony Francis NEOH, secara terbuka juga menyatakan dirinya setuju dibentuknya Komisi Investigasi Independen dan Carry Lam, seharusnya tidak boleh menghalangi pembentukan segera Komisi Investigasi Independen tersebut.
Opini Publik Kritik Hongkong Mereda, Kobaran Amarah Polisi Meredup
Di saat yang sama, opini publik di dalam negeri Tiongkok mereda secara menyeluruh. Semua instansi media corong Komunis Tiongkok termasuk CCTV tidak lagi memberitakan pemandangan “polisi bersenjata” atau “pasukan siaga di perbatasan” dan semacamnya.
Media-media corong ini juga tidak lagi mengeluarkan pernyataan ancaman akan mengerahkan pasukan dan lain sebagainya.
Selain itu, minggu lalu berita hasil rekayasa Komunis Tiongkok tentang wartawan “Global Times” bernama Fu Guohao dianiaya, kini juga telah mereda. Komunis Tiongkok tidak lagi dengan skala tinggi mendukung Fu Guohao.
Nara sumber hongerdai mengungkapkan, wartawan “Global Times” bernama Fu Guohao itu sebenarnya adalah mata-mata Departemen Keamanan, yang menyamar sebagai seorang wartawan.
Hingga 21 Agustus malam hari, sebulan pasca peristiwa serangan teroris di Yuen Long, ketika polisi membersihkan lokasi tidak digunakan gas air mata, polisi tidak menerjang masuk sampai ke dalam stasiun Yuen Long Station untuk mengejar dan menangkap pengunjuk rasa. Berbeda dengan minggu lalu di wilayah pusat kota gas air mata ditembakkan begitu intens dan aksi kekerasan begitu brutal.
Pada saat yang sama, pada 22 Agustus pagi hari, polisi akhirnya turun tangan, dua orang pria berusia 48 tahun dan 54 tahun terlibat dalam penyerangan, penumpang di dalam Yuen Long Station pada 21 Juli lalu, dituduh terlibat kerusuhan.
Kasus ini telah dilimpahkan ke Pengadilan Magistrate Fanling. Setelah pertemuan akbar 18 Agustus, kobaran api arogansi polisi agak meredup.
Diperkirakan Pejabat Hongkong Akan Ada Yang Mengundurkan Diri Dengan Alasan “Kondisi Kesehatan”, Akankah Instruksi Politik Xi Jinping Akan Keluar dari Zhongnanhai?
Kali ini sejak terjadi gerakan anti RUU ekstradisi, Kantor Penghubung Hongkong dan Kantor Urusan Hongkong & Makau berkali-kali menyampaikan pernyataan yang memprovokasi warga Hongkong, bahkan dituduh sebagai dalang di balik kerjasama polisi dengan kelompok triad.
Termasuk pada peristiwa penyerangan di Yuen Long 21 Juli lalu, Kepala Divisi Pekerjaan New Territory pada Kantor Penghubung yakni Gai Ji Lei, diduga pada upacara pelantikan Komisi Desa Shap Pat Heung sempat menyampaikan pernyataan, bahwa “tidak akan membiarkan mereka membuat onar di Yuen Long”, yang diduga memprovokasi kelompok triad Yuen Long bertindak anarkis.
Sebelumnya, anggota Komisi Tetap Politbiro dari kubu Jiang Zemin bernama Han Zheng, yang juga merangkap urusan Hongkong, juga Zhang Xiaoming selaku Kepala Kantor Urusan Hongkong dan Makau, Wang Zhiming selaku Kepala Kantor Penghubung Hongkong dan lain-lain, juga pernah beberapa kali melontarkan pernyataan mendukung Carry Lam.
Pada seminar 8 Agustus lalu, Zhang Xiaoming menyebut para pelajar Hong Kong sebagai perusuh, juga menuding aksi kerusuhan tersebut jelas memiliki ciri khas “revolusi warna.”
Ia juga mengatakan Deng Xiaoping pernah mengatakan, jika terjadi kerusuhan, pusat pasti akan turun tangan. Ia menyampaikan komentar yang mengancam warga Hongkong dengan serangan literasi juga ancaman militer.
Hongerdai itu mengatakan, meletusnya masalah di Hongkong secara menyeluruh kali ini, adalah akibat kekacauan yang diciptakan sendiri oleh Carry Lam, selaku Kepala Eksekutif Hongkong, Kantor Urusan Hongkong dan Makau dan Kantor Penghubung Hongkong. Merekalah yang harus bertanggung jawab atas masalah ini.
Sumber itu mengatakan, Xi Jinping tidak mempercayai Kantor Penghubung Hongkong dan Kantor Urusan Hongkong & Makau.
Xi menganggap mereka terus melakukan seperangkat kebijakan dari tokoh utama pada kubu Jiang Zemin yakni Zeng Qinghong dan mantan Kepala Kantor Urusan Hongkong & Makau yakni Liao Hui.
Selama ini Kantor Urusan Hongkong & Makau terus menyampaikan berita palsu kepada Beijing, dan juga membuat instruksi politik Xi Jinping tidak pernah bisa keluar dari kantor pusat pemerintahan Komunis Tiongkok di Beijing, Zhongnanhai.
Namun sejak perang dagang dimulai, Xi Jinping yang sudah pusing tujuh keliling itu, tidak bisa lagi memikirkan masalah Hongkong. Di saat yang sama api kemarahan warga telah membakar Komunis Tiongkok.
Mengenai bagaimana mengatasi masalah Hongkong, hongerdai itu menyatakan, saat ini Beijing tengah berharap cemas situasi di Hongkong akan mereda. Setelah itu mungkin terjadi pengunduran diri sejumlah orang di Kantor Urusan Hongkong-Makau dan Kantor Penghubung Hongkong serta pemerintahan Hongkong dengan alasan “masalah kesehatan”.
Tapi apakah metode stabilitas Beijing seperti ini akan efektif? Hongerdai itu mengatakan, kemarahan warga Hongkong tidak akan reda, pada 31 Agustus mendatang akan ada lebih banyak lagi orang yang akan turun ke jalan.
Pada 21 Agustus lalu Presiden Trump menyatakan, dirinya terpilih untuk mengatasi orang-orang Komunis Tiongkok.
Sejak 18 Agustus lalu Trump secara jelas menyatakan bahwa AS akan mengaitkan situasi Hongkong dengan perang dagang AS-Tiongkok.
Saat itu, Wapres Pence juga memperingatkan Komunis Tiongkok atas masalah Hongkong, agar tidak timbul lagi tragedi seperti penindasan terhadap pelajar di Tiananmen pada 1989 silam.
Sikap keras Amerika Serikat itu membuat pasukan Komunis Tiongkok tidak bisa memasuki Hongkong.
Xi Jinping kemudian menuntut Kantor Urusan Hongkong & Makau serta Kantor Penghubung Hongkong agar segera meredakan situasi di Hongkong.
Setelah pidato Xi Jinping terkait masalah Hongkong disampaikan pada 19 Agustus lalu kepada penanggung jawab instansi pemerintahan Komunis Tiongkok di Hongkong, pada 22 Agustus surat kabar corong Komunis Tiongkok yakni surat kabar “Wen Wei Po” masih menerbitkan artikel berjudul “7 Ciri Khas Terorisme Baru Muncul di Hongkong.”
Dalam artikel itu, pelajar yang berunjuk rasa disebut perusuh, masih digunakan cara premanisme ala Komunis Tiongkok.
Tujuannya untuk menjatuhkan dan juga memfitnah serta menyerang para demonstran. Maksudnya juga bertujuan untuk memprovokasi warga Hongkong.
Xi Jinping Berbeda Paham dengan Han Zheng dan Wang Huning, Kebijakan Beijing Terhadap Hongkong Mengambang
Bisakah perintah politik Xi Jinping keluar Zhongnanhai?
Pengamat senior Tiongkok di Amerika Serikat bernama Zang Shan berpendapat, terhadap masalah di Hongkong berbagai kalangan luar merasakan kebijakan Beijing terhadap Hongkong mengambang dan tidak menentu.
Hal ini bisa dilihat dalam masalah Hongkong antara Xi Jinping dengan pengaturan yang dilakukan mantan Komisi Tetap Politbiro Komunis Tiongkok yang bertanggung jawab atas urusan Hongkong dan Makau yakni Zeng Qinghong, dengan pejabat Kantor Urusan Hongkong dan Makau yakni Han Zheng, juga Komisi Tetap Politbiro Komunis Tiongkok yang menangani propaganda yakni Wang Huning, belum tercapai kata sepakat.
Menurut Zang Shan, melunaknya Komunis Tiongkok sebenarnya adalah akibat dari angkat suaranya Amerika, beberapa saat ini.
Mantan Menlu Komunis Tiongkok yang kini menjabat sebagai Sekjend Komisi Kerja Pusat Urusan Luar Negeri merangkap direktur kantor Yang Jiechi, terus menguji berbagai sikap Washingtong DC. Komunis Tiongkok benar-benar merasakan sikap keras petinggi AS terhadap Komunis Tiongkok.
Faktanya, pada 18 Agustus lalu, pemimpin tertinggi Komunis Tiongkok telah memutuskan untuk menempuh langkah mundur. Perwakilan Komunis Tiongkok di Hongkong yang paling “berpengaruh” yakni Elsie Leung sebelum pertemuan akbar 18 Agustus dimulai, telah melontarkan informasi bahwa “Komunis Tiongkok melunak”.
Pada 18 Agustus pagi hari, tokoh perwakilan dari organisasi partai bawah tanah Komunis Tiongkok di Hongkong yang juga mantan Sekretaris Kehakiman Hongkong yakni Elsie Leung, saat diwawancara menyatakan, kekuatan militer Komunis Tiongkok yang terhimpun di Shenzhen adalah untuk keperluan latihan “hari kemerdekaan”, disebutkan menghina bendera dan lambang negara adalah “tindakan kecil”.
Pada 18 Agustus di hari itu sebanyak 1,7 juta warga berkumpul, kepolisian telah “melunak”, pertama kalinya tidak menembak dan melepaskan gas air mata ke arah massa demonstran.
Sehari sebelumnya kekuatan merah dalam skala besar yang mendukung polisi, juga lenyap tak berbekas.
Sebelum kegiatan itu, dikabarkan akan ada organisasi didatangkan ke Hongkong seperti triad Fujian, Klen Baju Putih dan lain-lain. Akan tetapi, tak terlihat tanda-tandanya, semua ini seharusnya terkait dengan kebijakan terbaru yang ditempuh oleh Zhongnanhai.
Zang Shan mengatakan, baru-baru ini dari barisan media ekstrem kiri Komunis Tiongkok, terlihat pernyataan “Komunis Tiongkok tidak peduli apakah dapat mencapai kesepakatan dagang dengan AS atau tidak”, dengan kata lain, kebijakan Xi Jinping terhadap Hongkong tengah menghadapi tantangan dari lawan politiknya, antara Trump dan Xi Jinping memiliki kekompakan tertentu.
Trump meminjamkan kekuatan bagi Xi, berharap Xi Jinping dapat menyelesaikan masalah Hongkong dengan cara damai dan manusiawi.
Namun pada akhirnya apakah Xi Jinping mampu menyelesaikannya? Saat ini masih sulit dikatakan. Pasalnya, tantangan terbesar Xi Jinping adalah dirinya terbentur dengan sistem Komunis Tiongkok yang bersifat jahat itu. Sistem itu akan memberikan kesempatan bagi kekuatan politik yang bertekad menyanderanya, yakni mantan Komisi Tetap Politbiro sekaligus mantan wakil kepala negara, Zeng Qinghong, untuk membuat kekacauan. (SUD/WHS/asr)