Isabel Van Brugen – The Epochtimes
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, bukan peran Malaysia untuk mempromosikan prakarsa “One Belt One Road” atau proyek OBOR Tiongkok. Mahathir juga menegaskan, tak ingin gagasan dan ideologi Komunis Tiongkok mempengaruhi generasi muda negara itu.
Berbicara pada sesi forum konferensi Malaysia Beyond 2020 di Kuala Lumpur pada 21 Oktober, Mahathir mengatakan bahwa meskipun Malaysia menganggap Tiongkok sebagai “teman.” Ia tidak ingin orang-orang percaya bahwa negara tersebut telah jatuh di bawah pengaruh Komunis Tiongkok.
Seperti dikutip oleh The epochtimes, Mahathir menegaskan selalu menganggap Tiongkok sebagai teman. Terkecuali untuk beberapa periode pada hari-hari awal kemerdekaan Malaysia. Ketika itu, pemerintah Tiongkok mempraktikkan komunisme yang dapat diekspor ke Malaysia. Mahathir menegaskan, Malaysia tidak menginginkannya.
Pemimpin berusia 93 tahun itu, berbicara mengacu pada buku komik propaganda kontroversial berjudul “Belt and Road Initiative for Win-Winism.” Komik itu diyakini telah didistribusikan ke sekolah-sekolah di seluruh negeri Malaysia.
Buku komik itu, mempromosikan prakarsa OBOR Tiongkok. Isinya dilaporkan berisi propaganda yang mengulangi pandangan politik Komunis Tiongkok. Isinya juga menggambarkan mereka yang percaya Muslim Uighur dianiaya di Xinjiang, sebagai “ekstrimis” seperti dilaporkan oleh Malay Mail.
Mahathir mengatakan, dirinya tidak terlibat dalam publikasi dan ia tidak mengetahui isi buku yang beredar itu.
Menurut Mahathir, pada saat ini, bukan bagi pemerintah Malaysia untuk mempromosikan ide dan ideologi Tiongkok. Akan tetapi untuk mencari mengetahui bagaimana negara itu bisa mendapat manfaat dari mereka.
Sebanyak yang pemerintahan Malaysia tidak menyukai pengaruh Barat dalam strategi dan sekolah negara itu, Malaysia tidak ingin negara lain memiliki pengaruh yang tidak semestinya kepada kaum muda negara itu.
Komik yang beredar itu diduga berisi foto Mahathir. Komik itu dengan catatan yang menyatakan buku itu, diberikan sebagai hadiah darinya kepada pemimpin Tiongkok Xi Jinping. Ketika itu, mereka bertemu selama KTT dan Forum Road and Belt di Beijing pada bulan April lalu.
Kantor Perdana Menteri membantah klaim dalam sebuah pernyataan pada 18 Oktober yang mengatakan: Kantor Perdana Menteri ingin menyatakan, bahwa buku itu bukan hadiah resmi selama pertemuan dan dibawa masuk tanpa melalui prosedur dan saluran yang tepat. “
Distribusi buku-buku yang sudah beredar di sekolah saat ini, sedang diselidiki, seperti diungkapkan kantor Kementerian Dalam Negeri Malaysia.
Mahathir menambahkan pada konferensi Malaysia Beyond 2020 bahwa Malaysia tidak akan mendukung inisiatif OBOR “tanpa studi yang layak.”
Menurut Mahathir, pihaknya mendukung gagasan ‘One Belt One Road’ tetapi pihaknya harus mencari tahu apa itu proyek OBOR.
Mahathir menegaskan, pihaknya tidak akan mempengaruhi pikiran orang-orang muda. Dikarenakan, Orang-orang muda harus memahami masalah, strategi, dan kebijakan negara itu terlebih dahulu.
Komentar Mahathir disampaikan setelah dia berhasil menegosiasikan kembali proyek jalur kereta api utama yang didukung Tiongkok dalam kesepakatan yang akan menyelamatkan negara 21,5 miliar ringgit atau 5,2 miliar dolar AS terkait utang kepada negara adidaya komunis itu.
Pria 93 tahun itu memangkas biaya East Coast Rail Link (ECRL) – yang merupakan bagian penting dari prakarsa infrastruktur OBOR Tiongkok- hampir sepertiga nilainya dari 65,5 miliar ringgit atau 16 miliar dolar AS menjadi 44 miliar ringgit atau 11 miliar dolar AS, seperti diumumkan kantor Mahathir pada 12 April.
Kantor Perdana Menteri menegaskan, pengurangan nilai proyek itu pasti akan menguntungkan Malaysia. Selan itu, meringankan beban pada posisi keuangan negara itu.
Mahathir mengatakan, pemerintahnya menegosiasikan ketentuan-ketentuan baru perjanjian untuk memprioritaskan kebutuhan rakyat Malaysia. Mahathir menambahkan, bahwa biaya awal dari jalur kereta api tidak dapat dibenarkan dan tidak jelas.
Langkah itu dilakukan, setelah berbulan-bulan negosiasi menyusul keputusan Mahathir untuk membatalkan proyek OBOR itu pada tahun lalu. Perjanjian tersebut pertama kali ditandatangani pada tahun 2017 di bawah administrasi Datuk Seri Najib tun Razak, pendahulu Mahathir yang sarat dengan skandal.
Pemimpin berusia 93 tahun itu secara bersamaan mengumumkan pembatalan proyek Pipa Gas Trans-Sabah -TSGP- pada hari terakhir kunjungan lima hari resminya ke Tiongkok. Mahathir mengatakan bahwa prioritas utama negaranya adalah meminimalkan utang dan pinjaman negara itu.
Mahathir membatalkan ambisius proyek kereta api – East Coast Rail Link- tahun lalu di tengah kekhawatiran bahwa proyek tersebut tidak masuk akal secara finansial bagi negara. Bel alarm dipicu setelah negara-negara lain mulai mengalami kesulitan keuangan. Hal demikian ketika pembangunan proyek infrastruktur mereka sebagai bagian dari inisiatif OBOR dimulai.
Sementara itu, Mahathir juga mengatakan bahwa, merupakan mukjizat bahwa Malaysia tidak bangkrut oleh skandal pencucian uang 1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang menyebabkan kerusakan finansial dan institusional.
Menurut Mahathir, salah satu tantangan terbesar setelah berhasil menggulingkan rezim kleptokratis adalah memberantas kekacauan yang tertinggal dan membangun kembali bangsa.
Meskipun kasus 1MDB tanpa keraguan adalah barang yang ganjil, Malaysia tidak akan pernah dapat sepenuhnya memahami kerusakan yang disebabkan oleh bangsa. Meski demikian, sangat ajaib bahwa Malaysia tidak bangkrut. (asr)