Cheng Xiaorong
Pada 27 November lalu, Presiden Trump telah menandatangani “Resolusi HAM & Demokrasi Warga Hong Kong”, mensahkannya menjadi undang-undang.
Pada malam hari itu juga, puluhan ribu warga kota Hong Kong menggelar pertemuan. Mereka menyampaikan rasa terima kasih pada pemerintah AS.
Tiga hari sebelumnya, yakni pada 24 November, kubu Pan-Demokrasi Hong Kong meraih kemenangan mutlak dalam pemilihan legislatif. Peristiwa ini telah mengubah peta politik Hong Kong. Kedua berita yang menggemparkan dunia itu, telah membuat nyali Komunis Tiongkok menciut.
Selama lima bulan lebih, media massa corong Komunis Tiongkok dan media Hong Kong yang pro-Komunis Tiongkok telah memfitnah dan menipu masyarakat, mendoktrin etnis Tionghoa di dalam maupun luar negeri, menutupi fakta di Hong Kong. Membuat petinggi Komunis Tiongkok “salah tafsir” terhadap situasi di Hong Kong, mengira konsep “Hong Kong merdeka”, “kerusuhan”, dan “tangan hitam” dari luar negeri telah merasuki hati masyarakat. Mengira “mayoritas bungkam” adalah “warga patuh” yang dibutuhkan pemerintah. Mengira AS akan terkekang dengan kepentingan ekonomi dan mengkhawatirkan resolusi HAM warga Hong Kong dan lain-lain.
Ketika situasi berkembang di luar dugaan Komunis Tiongkok, ketika sorak sorai yang dipersiapkan corong media bagi kubu pro-Beijing tidak lagi efektif. Media massa yang berhati nurani menjadi semakin menonjol — berpihak pada kebenaran, melindungi nilai universal, yakni mengikuti fenomena Langit dan kebutuhan zaman.
The Epoch Times Beritakan Fakta Anti UU Ekstradisi, Sebarkan Aspirasi Warga
Di garis depan konflik, The Epoch Times berdiri bersama warga Hong Kong yang memprotes, menjadi perbedaan yang kontras dengan media massa Komunis Tiongkok.
Sejak 9 Juni sampai sekarang, kantor wartawan Epoch Times Hong Kong tidak hanya meliput berita harian, bahkan setiap minggu terjun ke lokasi pawai dan pertemuan untuk secara langsung menyiarkan situasi yang terjadi. Terkadang bahkan sampai mencapai durasi 15 jam lamanya.
Selain itu, The Epoch Times juga membuka banyak saluran media sosial. Divisi Video setiap hari membuat rekaman pendek untuk ditayangkan.
Dalam beberapa bulan, oplah pemesanan saluran berita gabungan The Epoch Times dan NTDTV meroket pesat. Saat ini telah mencapai 193.000 pelanggan.
Divisi Liputan telah mewawancarai puluhan tokoh arus utama Hong Kong terkait topik gerakan anti UU ekstradisi, termasuk komentator senior, mantan pejabat pemerintahan, anggota legislatif, pengacara, uskup yang pensiun, analis saham, bintang film dan lain-lain. Topik wawancaranya sangat diminati pembaca.
Guo Jun, presiden surat kabar “The Epoch Times” Hong Kong menjelaskan, “Koran tematik gratis kami yang terbit setiap minggu, langsung memaparkan kondisi sebenarnya perlawanan warga Hong Kong kepada warga dari daratan Tiongkok (yang banyak berkunjung ke Hong Kong), Komunis Tiongkok menuding warga Hong Kong sebagai perusuh dan teroris, sebaliknya kami terus memberitakan isi hati warga Hong Kong: ‘Tidak ada perusuh, yang ada hanya tirani’.”
Para reporter memasuki komunitas, berbincang secara mendalam dengan para akademisi muda, tokoh gerakan masyarakat, pegawai negeri, kaum manula, mantan polwan, imigran dari Tiongkok dan juga berbagai kalangan warga lainnya.
Pemberitaan The Epoch Times yang objektif telah memenangkan kepercayaan dan pujian dari warga Hong Kong, menurut penjelasan wartawan. Di lokasi konflik, banyak warga memegang tangan mereka sembari berlinang air mata karena haru, berterima kasih pada The Epoch Times yang di tengah kondisi bahaya selalu mendampingi mereka terus melangkah ke depan.
Di Washington DC, reporter The Epoch Times secara berkesinambungan mewawancarai banyak anggota kongres senior termasuk para anggota kongres yang memprakarsai “Resolusi HAM & Demokrasi Hong Kong.” Meminta agar mereka menjelaskan makna dan karakter resolusi itu, memecahkan segala kebohongan dan doktrin yang diciptakan oleh Komunis tiongkok.
Sejumlah media massa yang pro-Komunis Tiongkok menyebutkan resolusi tersebut sempat ditentang oleh banyak anggota senat. Sementara surat kabar The Epoch Times tetap percaya, resolusi tersebut akan diloloskan. Dikarenakan resolusi ini menyangkut dasar pendirian bangsa.
Di Kanada, warga bermarga Chen yang menjadi imigran dari Hong Kong hijrah ke Vancouver sebelum 1997 mengatakan pada The Epoch Times bahwa, propaganda besar Komunis Tiongkok di luar negeri telah menipu banyak etnis Tionghoa.
Ia dulunya selalu membaca surat kabar “Sing Tao Daily” dan “Shang Bao” untuk jangka waktu lama. Setelah aksi anti UU ekstradisi Hong Kong dimulai, semua surat kabar tersebut menyebut demonstran Hong Kong sebagai “perusuh”.
Sanak saudara Mr. Chen memberitahunya, kejadiannya bukan seperti itu. Akan tapi Mr. Chen tetap tidak percaya.
“Karena sama sekali berbeda dengan yang diberitakan di surat-surat kabar itu, saya sangat bingung, sampai akhirnya saya membaca surat kabar The Epoch Times setempat, saya baru tahu yang dikatakan keluarga saya adalah benar. Kemudian saya pun memberitahu mereka, seluruh keluarga harus turun ke jalan, untuk menyampaikan tuntutan mereka, jika tidak maka akan menyesal di kemudian hari.” Demikian yang disampaikan Chen.
The Epoch Times Melindungi Nilai Universal, Melihat Tembus Yang Akan Terjadi
Surat kabar The Epoch Times didirikan oleh beberapa etnis Tionghoa di luar negeri. Misi awalnya adalah memecahkan monopoli media massa satu kata Komunis Tiongkok. Mengungkap kejahatan Komunis Tiongkok merusak kebudayaan tradisional Tiongkok dan kejahatan komunis Tiongkok menindas HAM. Serta menyebarkan nilai universal.
Selama 19 tahun, surat kabar “The Epoch Times” mempertahankan prinsip, tidak menghindari topik sensitif, independen dan berani, memberikan panduan yang benar bagi pembaca.
Oleh karena itu pula, surat kabar ini dapat menilik langsung karakter perlawanan anti komunis warga Hong Kong, menyuarakan aspirasi warga yang mengejar kebebasan.
Komentator Hong Kong bernama Chip Tsao pernah mengutip berita The Epoch Times saat hadir dalam acara televisi, ia mengatakan, “Saya sering kali mencari berita dari Anda (Epoch Times), surat kabar Anda sangat rinci dan mendalam.”
Di Amerika Serikat, The Epoch Times berbahasa Inggris sedang mendapat pengakuan dan disukai oleh semakin banyak tokoh arus utama.
Menurut berita, Presiden Trump acapkali membaca surat kabar “The Epoch Times” berbahasa Inggris. Ia memujinya dengan mengatakan “ini bukan berita palsu.”
Ia bahkan berkali-kali memposting ulang berita The Epoch Times di akun Facebook-nya. Ada pembaca meninggalkan pesan: “Pemberitaannya yang sangat berpengaruh terhadap petinggi pemerintahan negara yang paling maju, ini sungguh hebat.”
Motto dari surat kabar “The Epoch Times” berbahasa Inggris adalah: “Truth and Tradition”. Kedua kata ini sepenuhnya menjelaskan pondasi, orientasi serta penyebab surat kabar ini dapat bertahan begitu lama. Karena untuk memberitakan fakta dan mempertahankan tradisi, butuh hati nurani yang teguh, mampu membedakan kejahatan dengan kebenaran, dan berani.
Baik pribadi maupun media massa, hanya dengan memilih kebenaran, fakta dan kejujuran, baru dapat membuka sumber kearifan serta menahan tantangan, dan barulah bisa melangkah dengan jauh. (SUD/WHS)