Epochtimes.com
Pendiri Facebook Zuckerberg baru-baru ini mengkritik sistem sensor online komunis Tiongkok, dan mengatakan membatalkan wacananya memasuki pasar Tiongkok. Tetapi Facebook saat ini mempekerjakan banyak karyawan Tiongkok. Mereka adalah kelompok pekerja terbesar di Facebook, yang beberapa diantaranya mendukung sikap Beijing.
Hal itu membuat khawatir dunia luar, apakah pekerja-pekerja itu telah dicuci otak oleh komunis Tiongkok ketika datang ke Amerika Serikat? Bekerja untuk komunis Tiongkok?
Menurut laporan “CUP”, pendiri Facebook Zuckerberg baru-baru ini mengkritik perangkat lunak sosial Tiongkok Douyin atau Tik Tok dan sensor opini online komunis Tiongkok, menyatakan niatnya untuk membatalkan wacana memasuki pasar Tiongkok.
Pada Maret 2019 lalu, Zuckerberg mengatakan bahwa tidak akan ada lagi data penyimpanan negara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Kemudian pada Oktober 2019, Zuckerberg kembali menyatakan bahwa ia dan komunis Tiongkok tidak akan pernah bisa mencapai kesepakatan tentang pembebasan sensor di Facebook.
Namun, Facebook mempekerjakan banyak karyawan Tiongkok, dan laporan itu mengatakan bahwa banyak pekerja itu menyatakan dukungannya kepada pemerintah komunis Tiongkok.
Menurut laporan itu, jumlah karyawan Tiongkok yang bekerja di Facebook telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar adalah insinyur perangkat lunak dan peneliti data. Ditilik dari komunitas Chinese FB yang khusus dibuat untuk karyawan Tiongkok, diperkirakan lebih dari 6.000 orang adalah grup terbesar sejenis di internal Facebook.
Karena banyaknya orang Tionghoa, mereka kerap tidak perlu berbicara bahasa Inggris sama sekali, cukup berbicara dalam bahasa Mandarin.
Beberapa karyawan Tiongkok mengatakan alasan mereka lebih suka bekerja di Facebook adalah karena Facebook mengutamakan orientasi pada hasil atau imbalan. Yang dimaksud “imbalan” adalah dapat menyediakan hak tinggal permanen di Amerika Serikat sesegera mungkin bagi karyawannya.
Selama dekade terakhir, banyak karyawan Tiongkok dipromosikan menjadi direktur dan bahkan wakil presiden, yang membuat mereka lebih suka mempekerjakan karyawan Tiongkok. Dengan meningkatnya jumlah pekerja Tiongkok, Facebook lebih cenderung mengandalkan orang-orang dari daratan Tiongkok saat merekrut karyawan berbakat.
Tiba di Amerika Serikat juga tetap dicuci otak oleh komunis Tiongkok
Laporan itu mengatakan bahwa orang-orang yang baru datang itu tentu pernah membaca berita tentang pencucian otak yang dikendalikan oleh komunis Tiongkok. Menggunakan perangkat lunak sosial yang dikendalikan oleh komunis Tiongkok.
Mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda dengan orang Amerika tentang internet dan tidak setuju dengan kebebasan berbicara dan diskusi terbuka.
Dalam beberapa bulan terakhir, karena insiden Hong Kong dan perang dagang, suara pertentangan terhadap Komunis Tiongkok semakin meningkat di dalam negeri Amerika Serikat.
Menanggapi berita itu, seorang netizen HK Locust, mengatakan bahwa orang yang bertanggung jawab untuk meninjau konten versi Hong Kong di Facebook ternyata karyawan Tiongkok. Jadi Zuckerberg harus memecatnya untuk mempertahankan eksistensi Facebook.
Seorang netizen mengatakan bahwa meski mereka mengecap pendidikan di Amerika Serikat, mereka sepenuhnya selalu mendukung komunis Tiongkok.
“Saya pernah bertemu seorang bocah tanggung berusia 12 tahun yang studi sejak sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas hingga kuliah di Amerika Serikat dan ia sepenuhnya mendukung komunis Tiongkok,” cerita netizen itu.
Orang-orang itu sama sekali tidak tahu dengan nilai-nilai Amerika Serikat. Mereka bilang wajar saja polisi Hong Kong bertindak represif terhadap demonstran anarkis. Orang-orang itu kelak pasti akan mengkhianati Amerika.
“Menurut saya, selama mereka melihat bahwa massa Hong Kong mendukung Komunis Tiongkok, tembak saja,” tegas netizen itu.
Demi keselamatan keluarga di Tiongkok, orang-orang Tiongkok-Amerika terpaksa menyensor diri mereka sendiri
Sebenarnya, banyak orang Tiongkok menentang komunis Tiongkok. Saat ini, sebagian besar orang Tiongkok daratan yang tinggal di Amerika Serikat menggunakan platform jejaring sosial Tiongkok WeChat untuk berkomunikasi dengan kerabat dan teman-temannya di Tiongkok. Karena Komunis Tiongkok memblokir Facebook dan Twitter, maka WeChat menjadi media penting untuk tetap berhubungan.
Sepuluh tahun yang lalu, karyawan Tiongkok yang dipekerjakan oleh Facebook semuanya merupakan lulusan dari universitas di Amerika, memiliki pengalaman belajar di luar negeri, menerima lingkungan sosial Amerika Serikat, dan memiliki pengetahuan tentang budaya Amerika.
Tetapi sekarang, agar dapat berbicara dengan anggota keluarga dengan aman, banyak orang dari Tiongkok sudah terbiasa melakukan sensor diri. Situs web berita teknologi The Verge baru-baru ini, setelah kemenangan telak kubu pan-demokrasi Hong Kong dalam pemilihan dewan distrik November 2019 lalu, banyak orang Tiongkok-Amerika tidak dapat menyampaikan pesannya secara online karena WeChat sedang meninjau pesan-pesan politik.
Xie Bin, seorang analis keamanan informasi di Anderson Cancer Center, Houston, Texas, ditutup akunnya setelah dia memosting di WeChat tentang kekalahan total kandidat pro-Beijing dalam pemilu dewan distrik Hong Kong.
Xie Bin mengatakan bahwa ia harus menghindari pembicaraan topik sensitif terkait politik di WeChat untuk memastikan keselamatan keluarganya di Tiongkok.
“Saya masih harus kembali untuk menjenguk keluargaku, dan saya bisa melihat konsekuensinya,” kata Xie Bin.
Komunis Tiongkok menciptakan teror dan menjalar ke luar negeri
Seberapa waspadanya orang Tiongkok di luar negeri?
Yu Fei, yang telah pindah dan menetap di Kanada selama 16 tahun, mengatakan kepada Radio Free Asia, bahwa beberapa teman Tiongkoknya tahu dia suka menulis artikel yang mengkritik dan menyindir komunis Tiongkok. Dia mengingatkannya jangan sampai menyeret orang lain karena bisa menjadi celaka karenanya. Hingga akhirnya kehilangan teman-teman. Dia mengenal beberapa temannya selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi mereka tetap tidak mau memberi tahu nama Tionghoa mereka.
Dalam tulisannya beberapa waktu lalu, Peneliti Human Rights Watch Tiongkok, Yaqiu Wang mengatakan bahwa ia mewawancarai puluhan imigran Tionghoa Kanada. Mereka tampaknya takut untuk secara terbuka mengkritik Komunis Tiongkok karena terlalu banyak contoh kejadian, Komunis Tiongkok akan mengganggu anggota keluarga para pengkritik komunis Tiongkok di dalam negeri.
Beberapa pengusaha yang berbisnis dengan Tiongkok akan diputus kontrak bisnisnya. Imbasnya, Spiral of Silence atau spiral keheningan berangsur-angsur terbentuk di Kanada, dan itulah yang diinginkan Beijing.
Dalam ilmu komunikasi, Spiral of Silence/Spiral Keheningan, adalah salah satu dari teori komunikasi massa yang ketika seorang atau individu memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara terbuka atau tidak.
Pengguna WeChat di Minnesota, Amerika Serikat, mengatakan bahwa mereka ke Amerika Serikat untuk kebebasan dan demokrasi.
“Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, saya merasa bahwa meski saya berkewarganegaraan Amerika, saya akan terus dipantau oleh komunis Tiongkok,” kata pengguna itu.
Infiltrasi komunis Tiongkok dan serangan balik Amerika
Pada Juni tahun lalu, enam anggota bipartisan di Kongres Amerika Serikat mengusulkan undang-undang baru yang meminta pemerintah Amerika untuk menyelidiki secara lintas departemen kegiatan politik komunis Tiongkok di Amerika Serikat.
Rancangan “Undang-Undang Menentang Pengaruh Politik Pemerintah Tiongkok dan Partai Komunis” menyatakan bahwa komunis Tiongkok menggunakan “kolaborasi organisasi, metode rahasia, penggunaan informasi palsu, manipulasi opini publik, pemaksaan ekonomi, investasi bertarget, korupsi, atau sensor akademik, memaksa dan merusak institusi atau individu di Amerika Serikat, sehingga mereka membuat keputusan yang menguntungkan Komunis Tiongkok.
Sementara itu, komentator peristiwa terkini dan seorang ahli senior tentang masalah Tiongkok, Heng he mengatakan : “United Front Work Department atau Departemen Pekerjaan Front Bersatu Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, menggunakan seluruh kekuatan yang dapat dimanfaatkan yang ditampilkan dalam berbagai penyamaran. Proposal itu adalah untuk mengekspos agen-agen komunis Tiongkok yang sangat tersembunyi sebelumnya.”
Proposal itu adalah untuk mengekspos agen-agen komunis Tiongkok di masa lalu yang penyamarannya sangat tersembunyi.
“Pisahkan mereka dari sebagian besar mahasiswa dan sarjana Tiongkok serta orang-orang Tiongkok yang tidak ingin bekerja untuk komunis Tiongkok, tetapi secara pribadi merasa tidak berdaya,” kata Heng he.
United Front Work Department atau Departemen Pekerjaan Front Bersatu Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok adalah agen Partai Komunis Tiongkok yang mengelola hubungan dengan berbagai individu dan organisasi elit penting dan berpengaruh di dalam maupun di luar Tiongkok. (jon)
Seorang fotografer televisi merekam tanda nama di luar markas Facebook di Menlo Park, California (Foto : Paul Sakuma/AP Photo/The Epoch Times)