Google Mengarahkan Pengguna ke Propaganda yang Mendiskreditkan Shen Yun Performing Arts

Peter Svab – The Epochtimes

Komunis Tiongkok membuka front baru di internet untuk kampanye lebih dari satu dekade untuk menutup Shen Yun.  Yang mana pertunjukannya menantang catatan hak asasi manusia rezim Komunis Tiongkok dan identitas kebudayaan.

Hasil pencarian Google untuk perusahaan Shen Yun Performing Arts mengarahkan pengguna ke propaganda rezim Komunis Tiongkok. Di antara hasil teratas adalah beberapa artikel yang sejalan dengan poin pembicaraan rezim Komunis Tiongkok atau diproduksi langsung oleh rezim komunis Tiongkok. Mesin pencari lain tidak menghasilkan hasil ini. 

Apakah Google secara aktif mencari untuk menargetkan Shen Yun dalam sudut pandang  Komunis Tiongkok? masih tidak jelas. Mesin pencari itu sendiri dapat dimanipulasi.

Seni yang Membangkitkan Amarah

Sejak awal, rezim Komunis Tiongkok menentang Shen Yun karena dua alasan: Ancaman yang ditimbulkan oleh kebangkitan kembali kebudayaan tradisional Tiongkok, dan penggambaran penganiayaan terhadap latihan spiritual Falun Gong yang artistik oleh Shen Yun.

Berawal dari tahun 2007 sebagai perusahaan tari dan musik di bagian utara New York, Shen Yun berkeyakinan untuk menghidupkan kembali kebudayaan tradisional Tiongkok dan menampilkan 5.000 tahun sejarah seni melalui seni.

Pertunjukan Shen Yun yang meriah, dipuji oleh para kritikus untuk penguasaan artistik, telah menjadi andalan di panggung-panggung dari Lincoln Center di New York hingga Palais des Congrès di Paris. 

Sementara itu, sebagian besar tarian bermuatan motif sejarah dan rakyat, beberapa tarian Shen Yun juga menggambarkan penganiayaan keyakinan di Tiongkok saat ini. Dan, bagian ini telah menjadi duri bagi pihak rezim Komunis Tiongkok.

Rezim Komunis Tiongkok menargetkan Shen Yun dengan perangkat propaganda yang luas. Seperti yang disadari kelompok seni tersebut baru-baru ini. Beberapa propaganda tersebut ditampilkan secara menonjol dalam produk Google, termasuk hasil pencarian.

Hal tersebut nampak bagi Shen Yun, karena internet dipenuhi dengan artikel berita dan video yang menampilkan artis, kritikus seni, dan selebritas memuji Shen Yun. Namun demikian, Google tampaknya mendukung beberapa artikel dan situs web, termasuk yang langsung diproduksi oleh rezim Komunis Tiongkok, yang menyebarkan klaim palsu mengenai Shen Yun.

 “Tidak peduli berapa banyak ulasan positif…Namun tetap saja, di peringkat teratas Google ada artikel-artikel negatif ini,” kata Leeshai Lemish, seorang pembawa acara Shen Yun, mengatakan kepada NTD, afiliasi The Epoch Times.

Misalnya, ketika pengguna mengetik “Shen Yun” di bilah pencarian Google, salah satu istilah pencarian yang disarankan adalah “pemujaan shen yun.” Asosiasi ini datang langsung dari rezim komunis Tiongkok.

Semuanya untuk Melawan Falun Gong

Para seniman Shen Yun mengatakan di situs web mereka, bahwa mereka mengambil nilai-nilai mereka dari Falun Gong, sebuah latihan meditasi yang mana para praktisinya dianiaya dengan kejam oleh rezim komunis di Tiongkok selama lebih dari dua dekade.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan meditasi yang mencakup serangkaian ajaran moral berdasarkan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Falun Gong dilarang oleh rezim Komunis Tiongkok pada tahun 1999. Dikarenakan Falun Gong sangat populer. Perkiraan resmi pada saat itu menyebutkan jumlah warga Tiongkok yang berlatih Falun Gong mencapai 70 juta hingga 100 juta.

Falun Gong adalah topik yang sangat pelik  bagi rezim Komunis Tiongkok, karena berhubungan langsung dengan salah satu pelanggaran yang paling mengerikan yang dilakukan oleh rezim Komunis Tiongkok — menghasilkan uang dengan membunuh minoritas umat beriman dan menjual organ mereka.

Awal tahun ini, pengadilan ahli di London menyimpulkan bahwa rezim Komunis Tiongkok memang telah membunuh rakyatnya sendiri dan menjual organ rakyatnya untuk transplantasi “dalam skala yang bermakna.” Selain itu, korban utama adalah orang-orang yang ditahan karena berlatih Falun Gong. 

Kelompok korban lainnya termasuk umat Kristen bawah tanah sebuah jamaah kristen yang menolak untuk menerima versi Kristen yang disensor dalam gereja yang didukung rezim Komunis Tiongkok. Serta minoritas umat Muslim Uighur.

 Informasi mengenai penganiayaan yang sampai ke masyarakat — sebagian besar berkat pelaporan oleh media independen termasuk The Epoch Times. Laporan sangat membantu membongkar kedok Beijing yang berupaya menggambarkan citranya sebagai kekuatan dunia modern, sah, dan bertanggung jawab.

 Siasat rezim Komunis Tiongkok adalah untuk menyebut Falun Gong sebagai “aliran sesat.”

 Kampanye yang Menyesatkan

 Saat penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai, rezim Komunis Tiongkok menyalahkan praktisi Falun Gong atas setiap kesalahan yang mungkin terjadi. Jika pembunuhan terjadi, media yang dikendalikan negara Tiongkok akan menyalahkan Falun Gong. 

Jika informasi negatif mengenai rezim Komunis Tiongkok lolos ke masyarakat media akan menyalahkan Falun Gong karena “menyebarkan desas-desus.” Bahkan serangan sarin yang mematikan pada tahun 1995 di kereta bawah tanah Tokyo yang dilakukan oleh pemujaan Aum Shinrikyo, secara retrospektif disalahkan pada Falun Gong oleh propaganda rezim Komunis Tiongkok.

 “Salahkan saja Falun Gong,” lirik yang ditulis oleh musisi Axl Rose dari “Gun N Roses” yang tenar dalam lagunya di tahun 2008 berjudul “Chinese Democracy” — sebuah pukulan ironis pada kampanye yang menyesatkan oleh rezim Komunis Tiongkok.

 Pada tahun 2001, rezim Komunis Tiongkok menciptakan insiden di mana beberapa orang membakar diri di Lapangan Tiananmen di Beijing dan menyalahkan Falun Gong. 

Ketika sebuah film dokumenter pemenang penghargaan mengungkapkan bahwa insiden itu diciptakan — memperlihatkan dalam cuplikan gambar milik rezim Komunis Tiongkok itu sendiri bahwa salah satu korban benar-benar dipukul di kepala dengan benda tumpul oleh seorang pria yang mengenakan mantel militer. 

Rezim Komunis Tiongkok hanya memotong bagian-bagian yang memberatkan dari cuplikan gambar tersebut dan merilisnya kembali menjadi potongan propaganda. Demikian komentator politik Tiongkok bernama Heng He yang dimuat dalam tajuk rencana The Epoch Times pada tahun 2009.

 Hingga hari ini, turis Tiongkok kadang terpana melihat praktisi Falun Gong berlatih secara bebas di taman-taman di luar negeri. Akibat propaganda dalam negeri Tiongkok awalnya mengklaim bahwa Falun Gong adalah ilegal di seluruh dunia. Mungkin sangat kontras dengan propaganda tersebut. Ratusan ribu orang di Taiwan, negara tetangga Tiongkok, berlatih tanpa mengakibatkan kesengsaraan yang aneh seperti yang dikaitkan dengan Falun Gong di Tiongkok Daratan.

 Rezim Komunis Tiongkok juga berusaha memasukkan propaganda tersebut ke dalam pers Barat. Makalah seperti The New York Times dan The Washington Post, telah lama memasukkan sisipan yang secara resmi ditandai sebagai iklan. Tetapi sebenarnya adalah propaganda yang diproduksi oleh rezim Komunis Tiongkok.

Kadang-kadang, rezim Komunis Tiongkok bahkan mengatur agar media Barat memasukkan propaganda dalam pelaporan berita mereka. 

Dalam kasus semacam itu, biasanya tidak jelas apakah rezim Komunis Tiongkok memengaruhi outlet secara langsung atau apakah propaganda tersebut masuk dalam muatan berita akibat kecerobohan editorial.

 Namun demikian, beberapa artikel mengenai Shen Yun ditampilkan secara menonjol dalam hasil pencarian Google, memberikan lebih banyak paparan propaganda Beijing daripada kebanyakan tanggapan tulus terhadap pertunjukan Shen Yun. 

Kadang-kadang, terutama ketika mencari istilah yang berhubungan dengan Shen Yun dalam bahasa Mandarin. Propaganda rezim komunis Tiongkok ditempatkan lebih tinggi dalam hasil pencarian daripada halaman resmi Shen Yun.

Halaman yang mencemari citra Shen Yun di situs Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, cenderung muncul di antara 15 hasil pencarian teratas di Google. 

Namun demikian, seseorang akan sulit sekali menemukan halaman tersebut bila menggunakan mesin pencari lain, seperti Yahoo, Bing, dan DuckDuckGo, kecuali seseorang mencermati hasil pencarian secara lebih mendalam.

 Komunis Tiongkok vs Tradisi

 Alasan lain mengapa Komunis Tiongkok mencemari Shen Yun adalah ancaman promosi kebudayaan tradisional Shen Yun terhadap rezim Komunis Tiongkok. Sejak awal rezim komunis Tiongkok berusaha untuk mencabut kebudayaan tradisional Tiongkok. 

Selama Revolusi Kebudayaan dari tahun 1960-an hingga1970-an , rezim komunis Tiongkok berusaha menghilangkan kebudayaan tradisional Tiongkok secara sempurna. Teks dan monumen bersejarah dibakar dan dihancurkan sementara para sarjana dan biarawan dihina, dipenjara, dan dibunuh. 

Kepercayaan tradisional telah digantikan dengan apa yang kadang disebut orang Tiongkok sebagai “kebudayaan Partai.” Sebuah bentuk campuran revisionisme historis, ateisme dogmatis, materialisme, dan pengejaran kekuasaan dan laba yang diam-diam disetujui demi keuntungan yang dikondisikan atas kepatuhan pada rezim Tiongkok.

Bahkan kebudayaan tradisional itu sendiri ditafsirkan kembali untuk melayani tujuan Komunis Tiongkok. Loyalitas, misalnya, adalah salah satu dari lima kebajikan utama Konfusianisme. 

Secara tradisional, loyalitas termasuk konsep mengkritik atasan seseorang untuk membantu sang atasan memperbaiki kekurangannya. Namun, dalam kebudayaan Partai, loyalitas berarti kepatuhan secara membabi buta kepada Komunis Tiongkok.

Di sisi lain, Shen Yun tidak hanya menampilkan kebudayaan tradisional. Akan tetapi secara terbuka membela prinsip-prinsip yang mendasarinya serta menentang penghancuran dan penganiayaan terhadap kebudayaan tradisional. menurut komentator politik Tiongkok Zhang Tianliang, akan membubarkan basis ideologis rezim Komunis Tiongkok.

“Ketika kepercayaan kebudayaan tradisional dan nilai-nilai moral hidup kembali, hati nurani masyarakat juga akan bangkit. Kebudayaan Partai yang terpecah belah tidak dapat dihindari. 

Saat hal itu terjadi, Komunis Tiongkok, sebuah sistem politik yang jahat, akan kehilangan lingkungan tempat ia bergantung untuk bertahan hidup,” tulis Zhang Tianliang dalam tajuk rencana The Epoch Times tahun 2008 silam.

Setelah pembangkang Komunis Tiongkok Wei Jingsheng menonton Shen Yun pada tahun 2013, ia berkata, “Shen Yun telah menjadi tantangan terbesar bagi Komunis Tiongkok. Orang Tiongkok telah tersadar akan keindahan kebudayaan tradisionalnya sendiri.”

“Rakyat Tiongkok melihat bahwa apa yang disajikan Shen Yun adalah kebudayaan sejati milik mereka, dan kebudayaan yang disajikan oleh Komunis Tiongkok  adalah salah,” kata Wei Jingsheng. 

“Dalam hal ini, Shen Yun sangat penting bagi rakyat Tiongkok,” katanya.

Kampanye yang Didokumentasikan

Propaganda dalam hasil pencarian Google terjadi dalam konteks rezim Komunis Tiongkok yang berusaha menyabotase kinerja Shen Yun. Di mana Shen Yun mengidentifikasi banyak contoh. Siasat yang paling umum adalah menggunakan Kedutaan Besar Tiongkok setempat untuk menindas tempat acara agar tidak membiarkan Shen Yun tampil. 

Namun, upaya itu sebagian besar adalah gagal. Shen Yun terus berkembang dalam ukuran dan kini sudah memiliki tujuh perusahaan tur yang secara kolektif tampil di depan sekitar satu juta orang per tahun.

Siasat lain adalah menindas politisi untuk tidak menghadiri pertunjukan Shen Yun atau tidak mengeluarkan pernyataan yang  mendukung Shen Yun. Namun, tampaknya sebagian besar upaya menjadi bumerang dan bukannya menimbulkan desas-desus mengenai Shen Yun di kalangan politik. 

Dalam beberapa kasus, politisi mengungkap kampanye yang menindas di media, memprotes upaya Komunis Tiongkok untuk meredam kebebasan berekspresi di luar negeri. Rezim Komunis Tiongkok juga berusaha menekan media secara langsung. 

Pada tahun 2008, sebuah stasiun televisi yang disponsori pemerintah di Republik Ceko mengundang para pemain Shen Yun untuk wawancara. Di depan kamera pembawa acara menunjukkan sebuah surat dari Kedutaan Besar Tiongkok yang mendesak stasiun televisi tersebut untuk tidak terlibat dalam pertunjukan Shen Yun di Praha pada tahun itu.

“Kami bukanlah televisi Tiongkok, juga bukan televisi milik pemerintah, jadi keuntungan kami adalah kami dapat mengundang siapa pun yang kami inginkan. Ini mungkin sedikit berbeda di Tiongkok,” komentar salah satu pembawa acara TV pada saat itu.

Kekuatan Google

 Tidak jelas apakah Google telah memanipulasi hasil pencarian terkait Shen Yun dengan sengaja, apakah hasilnya miring secara tidak sengaja, atau apakah rezim Komunis Tiongkok telah memainkan mesin pencari Google.

 Namun, hasilnya adalah sama. Dan hasil itu adalah penting. Dengan mengendalikan 90 persen pencarian internet global, Google memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi penggunanya.

 Psikolog penelitian Robert Epstein membuktikan dalam eksperimen bahwa ia dapat mempengaruhi opini orang-orang hanya dengan mendorong hasil tertentu dalam pencarian internet ke atas dan ke bawah.

 Robert Epstein juga menunjukkan, bahwa Google menggunakan kekuatannya dengan cara yang memengaruhi jutaan suara dalam pemilihan umum Amerika Serikat baru-baru ini.

 “Metode yang digunakan Google adalah  tidak terlihat. Metode yang digunakan adalah penyisipan secara tersembunyi. Metode tersebut lebih kuat daripada kebanyakan efek apa pun yang pernah saya lihat dalam ilmu perilaku dan saya telah mendalami ilmu perilaku selama hampir 40 tahun,” kata Robert Epstein bersaksi di sidang subkomite Kehakiman Senat pada tanggal 16 Juli.

 Bias

Google tidak menanggapi permintaan komentar, tetapi perwakilan Google telah berulang kali mengatakan kepada Kongres bahwa Google tidak secara manual mengubah hasil pencarian. Namun, Google mengakui bahwa algoritma pencariannya sebagian bekerja dari data yang dihasilkan oleh ulasan manual dari masing-masing situs web.Google menggunakan apa yang disebut “penilai” yang tugasnya menentukan nilai “Keahlian, Keabsahan, Kepercayaan” untuk situs web. 

Terserah para penilai untuk melakukan penelitiannya sendiri, sehingga jika mereka membuat penilaiannya pada informasi yang tidak lengkap atau palsu atau jika mereka memasukkan bias mereka sendiri ke dalam peringkat, algoritma pencarian kemudian dapat menghasilkan hasil yang miring.

 Selain itu, banyak kebocoran, rekaman yang menyamar, dan pelapor pelanggaran  menunjukkan bahwa Google juga secara sengaja mengubah algoritma. Sehingga hasilnya mencerminkan pandangan dunia yang disukai oleh Google — menyebut Google sebagai “keadilan pembelajaran mesin.” 

Beberapa dokumen yang bocor dan rekaman yang menyamar mengindikasikan bahwa pandangan dunia yang didorong oleh Google dipengaruhi oleh teori interseksi semu-Marxis. 

Informasi ini memangkas klaim berulang Google bahwa Google membuat dan menjalankan produknya menjadi netral secara politik. Faktanya, kepentingan Google paling selaras dengan politik kiri kontemporer yang didominasi oleh Interseksionalitas atau sebuah teori Teori sosiologi feminis yang pertama kali disebut oleh Kimberlé Crenshaw pada tahun 1989 silam. Hal demikian menurut Michael Rectenwald, mantan profesor studi liberal di Universitas New York dan penulis ” Archipelago Google: Gulag Digital dan Simulasi Kebebasan.”

Ideologi raksasa digital seperti Google dan Facebook dapat digambarkan sebagai “perusahaan kiri” dan memiliki kemiripan dengan ideologi “sosialisme dengan karakteristik Tiongkok” yang dipraktikkan oleh rezim komunis di Tiongkok, kata Michael Rectenwald.

 Meski demikian, Google tidak serta-merta mempromosikan propaganda Komunis Tiongkok dengan sengaja.

 Mempengaruhi Operasi

 Algoritme Google juga merespons sinyal yang dapat dimanipulasi dari luar. Peringkat halaman web dapat ditingkatkan jika halaman otoritatif lainnya terhubung ke halaman tersebut, kata Alexander Kehoe, pakar optimisasi mesin pencari dan co-founder Caveni Digital Solutions, sebuah perusahaan pengoptimalan mesin telusur dan pemasaran digital.

Rezim Komunis  Tiongkok berada dalam posisi untuk memanfaatkan fitur ini guna meningkatkan konten tertentu dalam hasil pencarian.

 “Aktor negara…memiliki sumber daya untuk membuat [situs web] palsu atau membuat begitu banyak situs web lain yang terkait dengan anda sehingga anda terlihat otoritatif, meskipun hal tersebut adalah buatan dan bukan organik,” kata Alexander Kehoe kepada The Epoch Times.

Memang, rezim komunis Tiongkok menjalankan operasi pengaruh online besar-besaran. Sebuah studi pada tahun 2017 yang diterbitkan dalam American Political Science Review mengatakan, bahwa rezim Komunis Tiongkok mempekerjakan sebanyak 2 juta troll buzzer internet, yang memposting sekitar 488 juta pesan misinformasi atau sengaja disesatkan setiap tahun.

Baru-baru ini, rezim Tiongkok menggunakan kampanye online yang diproduksi untuk memengaruhi persepsi masyarakat mengenai unjuk rasa di Hong Kong, sebuah analisis oleh The Wall Street Journal menunjukkan.  Pada tahun 2018, rezim Komunis Tiongkok menggunakan siasat serupa untuk mempengaruhi pemilihan umum di Taiwan, demikian pengakuan seorang pria sebagai mata-mata Tiongkok yang membelot.

 Leeshai Lemish yakin rezim Komunis Tiongkok menggunakan buzzer troll internet miliknya untuk memposting di media sosial dan di tempat lain tautan ke halaman propaganda yang menindas Shen Yun untuk meningkatkan peringkatnya.

“Hal tersebut membuat kami bekerja lebih keras karena hanya melalui cara normal orang-orang menemukan sesuatu hari ini adalah mencari melalui Google dan mendengar mengenai Shen Yun di media sosial,” kata Leeshai Lemish.

“Rezim Tiongkok sungguh berusaha keras untuk tidak mengizinkan kami menggunakan saluran-saluran itu, dan kemudian menciptakan kesan negatif pada orang-orang untuk mempersulit kami menjual tiket.”

Kadang-kadang para buzzer troll internet mudah dikenali karena mereka tidak fasih berbahasa  Inggris, gaya mereka dalam berbahasa Inggris adalah khas untuk beberapa orang di Tiongkok Daratan di posting online mereka, kata Leeshai Lemish.

 Alexander Kehoe menyebut buzzer troll internet milik rezim Tiongkok adalah “sangat terang-terangan.”

 “Hampir mirip dengan mereka yang  sungguh-sungguh mengikuti garis Komunis Tiongkok…Tidak ada orang Amerika Serikat yang dengan sungguh-sungguh mengatakan sesuatu seperti ini,” kata Alexander Kehoe.

 Adalah jelas bahwa Google setidaknya menyadari upaya rezim Komunis Tiongkok. Awal tahun ini, Twitter, Facebook, dan YouTube, yang dimiliki oleh Google, menangguhkan ratusan akun yang terhubung dengan operasi informasi rezim Komunis Tiongkok yang berusaha merusak gerakan unjuk rasa di Hong Kong.

Dengan pemilihan presiden tahun 2020 mendatang, operasi pengaruh politik asing kemungkinan akan tetap menjadi topik hangat. (Vv/asr)