ETIndonesia – Pemerintah merancang 3 strategi utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di tahun 2020. Pertama, penguatan neraca perdagangan. Kedua, penguatan permintaan domestik. Ketiga, transformasi struktural.
“Selain merawat fundamental ekonomi agar tetap sehat, Pemerintah juga akan menjaga sentimen. Dasar ekonomi adalah 2 hal itu,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat berbincang dengan awak media tentang outlook perekonomian dan strategi kebijakan Pemerintah di tahun 2020, Jumat (20/12/2019) di kantornya di Jakarta yang dirilis oleh Kemenko Perekonomian.
Mengenai penguatan neraca perdagangan, Pemerintah fokus pada peningkatan ekspor melalui pengembangan hortikultura berorientasi ekspor dan percepatan perundingan internasional.
Selain itu, Pemerintah juga berkomitmen mengurangi ketergantungan impor melalui sinergi BUMN dalam percepatan mandatori B30, restrukturisasi TPI/TPPI, dan pengembangan usaha gasifikasi batubara.
Sementara dari sisi penguatan permintaan domestik, Pemerintah akan meningkatkan konsumsi masyarakat melalui kebijakan KUR, penerapan Kartu Prakerja, dan kemudahan Sertifikasi Halal utuk UMK. Kemudian untuk meningkatkan konsumsi pemerintah akan dicapai dengan percepatan dan perluasan digitalisasi transaksi daerah.
“Lalu yang terpenting adalah peningkatan investasi. Kita akan mengejarnya dengan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja; perbaikan ekosistem ketenagakerjaan; percepatan penyelesaian dan penetapan RTRW dan RDTR Kabupaten/Kota; serta percepatan pelaksanaan pengadaan tanah,” kata Menko Perekonomian.
Adapun untuk transformasi struktural dilakukan melalui revitalisasi industri pengolahan, transformasi sektor jasa, transformasi pertanian, pembangunan infrastruktur berkelanjutan, dan hilirisasi pertambangan.
“Program Quick Wins terkait ini antara lain pengembangan litbang industri farmasi, pengembangan usaha dan riset green energy serta katalis, kemitraan pertanian berbasis teknologi, pengembangan asuransi pertanian, pengembangan kawasan Batam, Bintan, Karimun, dan Tanjung Pinang,” terang Airlangga.
Menko Airlangga menyadari, tantangan perekonomian di tahun 2020 memang masih besar. Di sisi internal, Indonesia akan menghadapi defisit transaksi berjalan, ketergantungan impor bahan baku, perlunya peningkatan daya saing, isu ketenagakerjaan, dan kesiapan menghadapi industri 4.0. Sedangkan di sisi eksternal, ada tantangan yang bersumber dari kebijakan moneter AS, perang dagang AS-Tiongkok, isu Brexit, fluktuasi harga komoditas, dan kebijakan proteksionisme.
“Namun tantangan ini juga harus dilihat sebagai peluang yang bisa dimanfaatkan. Prospek atas perbaikan ekonomi global di 2020 yang dikeluarkan oleh IMF maupun World Bank bisa memberikan peluang bagi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Airlangga.
Melihat tantangan dan peluang yang dihadapi tersebut, Perekonomian Indonesia tahun 2020 diprediksi mampu tumbuh 5,3%, sejalan dengan stabilisasi perekonomian global dan implementasi kebijakan untuk penguatan perekonomian Indonesia.
“Konsumsi RT masih menjadi kontributor utama pertumbuhan sisi pengeluaran, inflasi 2020 diproyeksikan tetap terkendali, sektor eksternal masih dipengaruhi ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi harga komoditas,” tutur Menko Perekonomian.
Kemudian untuk menjaga sustainability APBN, lanjut Airlangga, diperlukan beberapa kebijakan yang mampu menekan laju inflasi. “Perlu extra effort dari berbagai pihak untuk mencapai realisasi inflasi terjaga sesuai target,” tutupnya. (Kemenko Ekon/asr)
FOTO : Presiden RI Joko Widodo dalam Peresmian Implementasi Program Biodiesel 30% (B30), Senin (23/12) di SPBU Pertamina, Jalan MT Haryono, Jakarta. (ekon.go.id)