Nicole Hao – The Epochtimes
Hong Kong dan Taiwan dalam siaga tinggi menyusul pemberitahuan dari otoritas Tiongkok bahwa 27 orang mengidap “pneumonia virus yang tidak diketahui penyebabnya” di pusat kota Wuhan, Tiongkok.
Melansir dari The Epochtimes, beberapa netizen menyamakan wabah tersebut dengan epidemi Sindrom Pernapasan Akut yang Mematikan atau SARS yang menewaskan hampir 800 orang pada tahun 2002-2003. Kasus itu ditutup-tutupi oleh otoritas Komunis Tiongkok.
Pemerintah Hong Kong dan Taiwan menyerukan pengujian medis yang lebih cepat. Itu setelah pihak berwenang Tiongkok mengatakan mereka belum bisa memastikan penyebab wabah itu.
Karena Tiongkok memiliki teknologi untuk mengidentifikasi virus dalam waktu 48 jam, tanggapan lambat pihak otoritas membuat banyak orang curiga mengapa penyakit tersebut belum diidentifikasi.
Pemberitahuan Darurat untuk Wabah Baru
Pada tanggal 30 Desember 2019, Komisi Kesehatan kota Wuhan merilis “Pemberitahuan Darurat Mengenai Pneumonia Tidak Diketahui Penyebabnya.”
Pemberitahuan itu mengatakan, bahwa beberapa rumah sakit Wuhan menerima pasien pneumonia dengan gejala yang sama. Akan tetapi, tidak ada rincian lebih lanjut yang tersedia.
Pemberitahuan itu segera disebarkan oleh netizen Tiongkok melalui berbagai platform media sosial. Meskipun pemerintahan komunis Tiongkok segera menyensor informasi tersebut. Pemberitahuan itu telah tersebar luas di kalangan masyarakat Tionghoa perantauan.
Pada tanggal 31 Desember 2019, media yang dikelola pemerintah Tiongkok memastikan wabah tersebut tetapi tidak memuat informasi penyebab infeksi tersebut.
Laporan itu mengatakan gejala pasien termasuk demam, mengalami kesulitan bernapas dan lesi invasif di kedua paru. Sebanyak 27 Warga Wuhan jatuh sakit, di mana tujuh di antaranya dalam kondisi serius.
Sebagian besar pasien adalah penjual di Pasar Makanan Laut Huanan yang terletak dekat dengan Stasiun Kereta Api Hankou di distrik kota Jianghan.
Pasar yang sama dikaitkan dengan semua kasus SARS yang terlihat di Wuhan pada tahun 2003. Netizen mengatakan, bahwa pasar tersebut tidak hanya menjual makanan laut, tetapi juga menjual berbagai binatang termasuk kucing, ular, dan marmut.
Pemberitahuan itu menambahkan bahwa rumah sakit berencana untuk memulangkan dua dari 27 orang yang terinfeksi tersebut dalam beberapa hari ke depan. Itu setelah beberapa perawatan lagi. Sementara 18 pasien lainnya dalam kondisi stabil.
People’s Daily yang dikelola pemerintahan Komunis Tiongkok melaporkan, pada sore hari tanggal 31 Desember 2019 bahwa tim investigasi awal tidak menemukan penularan dari manusia ke manusia, dan sejauh ini, tidak ada staf medis yang terinfeksi.
“Penyebab penyakit ini adalah tidak jelas,” kata People’s Daily di platform media sosial populer Weibo, mengutip pejabat rumah sakit yang tidak disebutkan namanya.
“Kami tidak dapat memastikan apa yang sedang disebarkan secara online, bahwa itu adalah virus SARS. Kemungkinan pneumonia berat lainnya.” demikian bunyi laporan itu.
Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, departemen eksekutif tingkat-kabinet untuk sanitasi dan kesehatan, mengatakan telah mengirim sekelompok ahli ke Wuhan pada tanggal 31 Desember untuk memimpin lebih banyak uji dan penyelidikan lain.
Sementara itu, Hong Kong dan Taiwan meningkatkan pemeriksaan perbatasan dan rumah sakit dalam keadaan siaga.
Hong Kong
Setiap hari, ada empat kereta yang beroperasi antara Hong Kong dengan Wuhan. Akibatnya, keberadaan penyakit di Wuhan membuat warga Hong Kong khawatir.
David Hui Shu-cheong, seorang profesor kedokteran bidang pernapasan di Universitas Hong Kong Tiongkok, mengatakan kepada media setempat pada tanggal 31 Desember 2019 bahwa situasi kritis pneumonia virus Wuhan mengingatkannya pada apa yang Hong Kong hadapi dengan SARS pada tahun 2003. David Hui Shu-cheong menunjukkan bahwa pada tahun 2003, satu dari empat pasien SARS berada dalam kondisi serius. Ia mengatakan otoritas Tiongkok Daratan harus mengatur uji virus sesegera mungkin.
Sementara itu, orang-orang harus mengenakan masker wajah dan sering mencuci tangan jika mereka berencana untuk pergi ke Wuhan, tambah David Hui Shu-cheong.
Yuen Kwok-yung, profesor mikrobiologi di Universitas Hong Kong, berusaha menenangkan masyarakat setelah mengakui bahwa wabah ini memiliki kemiripan dengan wabah flu burung tahun 1997 dan wabah SARS tahun 2003. Ia mengatakan pada konferensi pers yang diselenggarakan pemerintah pada tanggal 31 Desember 2019 : “Kini di Hong Kong dan Tiongkok Daratan, perlindungannya jauh lebih baik daripada tahun 2003…Jadi saya pikir orang tidak perlu panik tetapi harus waspada, harus mengikuti instruksi dari Departemen Kesehatan dan Otoritas Rumah Sakit Hong Kong.”
Taiwan
Ketakutan akan penyakit ini menjadi topik keprihatinan besar di Taiwan. Rakyat Taiwan khawatir bahwa dengan adanya liburan Tahun Baru Imlek pada tanggal 25 Januari, ada risiko yang lebih tinggi bahwa virus tersebut dapat disebarkan oleh pengusaha Taiwan yang kembali dari Tiongkok.
Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan mengadakan konferensi pers pada sore hari tanggal 31 Desember 2019, Lo Yi-Chun, wakil direktur Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan, memberikan pengarahan singkat mengenai situasi tersebut. Ia mengatakan bahwa Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan mengirim email penyelidikan ke Tiongkok untuk meminta informasi.
Lo Yi-Chun mengatakan bahwa begitu pihak Wuhan memastikan jenis virusnya, pemerintah Taiwan akan membentuk tim kerja darurat untuk mengkoordinasikan departemen yang bereaksi terhadap kemungkinan infeksi.
Pada tanggal 2 Januari 2020, Taiwan News melaporkan bahwa seorang anak berusia 6 tahun yang tiba di Taiwan pada tanggal 31 Desember 2019 setelah melewati Wuhan menderita demam dan sedang diawasi dengan ketat. Namun, anak itu diizinkan pulang karena anak tersebut tidak melakukan perjalanan di Wuhan. Ia juga tidak melakukan kontak dengan binatang.
Sejak epidemi SARS pertama kali terjadi, tidak ada kasus tambahan dari virus SARS yang dilaporkan sejauh ini di seluruh dunia.
Virus SARS pertama kali ditemukan di provinsi Guangdong Tiongkok pada tahun 2002, setelah itu menyebar ke Hong Kong dan kota-kota lain. Setidaknya 1.755 warga Hong Kong terinfeksi virus SARS, di mana 299 di antaranya meninggal. Di Taiwan, 307 orang tertular virus SARS, 47 di antaranya meninggal dunia.
Secara global, total 8.096 orang dari 31 negara menderita SARS, termasuk Singapura, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Australia, dan Filipina. Saat ini tidak ada obat untuk SARS. (Vivi/asr)