Olivia Li
Saat warga di Tiongkok mengetahui bahwa pihak berwenang Komunis Tiongkok berusaha menutupi wabah Coronavirus dan kemudian membungkam delapan dokter yang memberitahukan teman-temannya mengenai pneumonia baru, rakyat di Tiongkok teringat akan dr. Jiang Yanyong. Ia adalah sosok yang mempertaruhkan nyawanya untuk membuka rahasia wabah SARS di Tiongkok pada tahun 2003.
Dr. Jiang Yanyong adalah pensiunan ahli bedah militer berusia 88 tahun yang bekerja di Rumah Sakit No. 301 Beijing. Setelah memaparkan jumlah kasus SARS yang sebenarnya di Tiongkok, ia diakui sebagai pahlawan SARS atau pelapor pelanggaran SARS.
Tidak lama setelah dr. Li Wenliang, salah satu dari delapan pelapor pelanggaran Coronavirus, meninggal pada tanggal 7 Februari 2020, “Jiang Yanyong” menjadi nama yang paling dicari di Internet di Tiongkok.
Tahanan Rumah dan Pengawasan Ketat
Pusat Informasi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi yang berbasis di Hong Kong baru-baru ini mengungkapkan bahwa sejak tanggal 7 Februari, saat dr. Li Wenliang meninggal dunia, beberapa petugas polisi berpakaian preman menjaga pintu depan kediaman dr. Jiang Yanyong di Beijing.
Dr. Jiang Yanyong menjadi tahanan rumah sejak bulan Maret tahun lalu, setelah ia menulis surat kepada pemimpin komunis Tiongkok Xi Jinping untuk menuntut ganti rugi atas tindakan keras rezim komunis Tiongkok terhadap gerakan pro-demokrasi Lapangan Tiananmen pada tahun 1989.
Saat dr. Jiang Yanyong berusaha mencari perawatan medis untuk mengobati kerusakan saraf yang dideritanya pada tanggal 8 April 2019, penjaga di kompleks tempat tinggalnya tidak membiarkannya meninggalkan rumahnya.
Istri dr. Jiang Yanyong, Hua Zhongwei, mengatakan kepada Pusat Informasi Hak Asasi Manusia & Demokrasi pada tanggal 7 Februari bahwa saat ini dr. Jiang Yanyong sedang memulihkan diri di rumah setelah menerima perawatan medis untuk pneumonia dan kini dalam kondisi stabil.
Hua Zhongwei mengatakan kepada Pusat Informasi Hak Asasi Manusia & Demokrasi bahwa sejak tahun 2004, dr. Jiang Yanyong tidak memiliki kebebasan pribadi dan tidak dapat pergi ke luar negeri untuk mengunjungi kerabatnya, termasuk putrinya yang tinggal di California.
Saat ingin melakukan tur ke Hong Kong, dr. Jiang Yanyong tidak mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang untuk meninggalkan Daratan Tiongkok.
Hua Zhongwei mengatakan dirinya merasa sangat tertekan dan menyesal atas kematian dr. Li Wenliang.
Hilang Ingatan yang Parah
Menurut laporan eksklusif dari media Inggris, The Guardian, seorang teman dr. Jiang Yanyong mengungkapkan bahwa saat dr. Jiang Yanyong ditolak untuk mendapatkan perawatan pada April tahun lalu, dr. Jiang Yanyong sangat marah. Belakangan, dr. Jiang Yanyong diberi obat, yang mengakibatkan hilangnya ingatan yang parah.
Teman lain berkata: “Kami tidak melihatnya untuk waktu yang lama dan tidak dapat menghubunginya. Kami mendengar otaknya sangat terpengaruh.”
Rezim Komunis Tiongkok diketahui secara rutin menganiaya para tahanan hati nurani dengan menyuntikkan obat-obatan terlarang yang merusak sistem saraf. Laporan Guardian tidak mengatakan apakah teman-teman dr. Jiang Yanyong curiga pihak berwenang Tiongkok sengaja memberi obat berbahaya kepada dr. Jiang Yanyong, karena ia dianggap pembangkang politik.
Pahlawan SARS
Saat virus SARS mulai menyebar di Tiongkok pada akhir tahun 2002 hingga awal tahun 2003, media corong Komunis Tiongkok diperintahkan untuk tidak melaporkan epidemi tersebut.
Pada tanggal 3 April 2003, Zhang Wenkang, yang saat itu menjabat Menteri Kesehatan Tiongkok, mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan bahwa hanya ada 12 kasus SARS di Beijing, dan bahwa SARS “telah dikendalikan secara efektif.”
Zhang Wenkang mendorong orang asing untuk menghadiri pertemuan bisnis dan pameran di Beijing dan Provinsi Guangdong. Ia mengatakan bahwa “Beijing adalah tempat yang aman untuk tinggal dan dikunjungi” dan “kehidupan sehari-hari di Guangdong adalah normal.”
Keesokan harinya, dr. Jiang Yanyong mengirim email surat berisi 800 kata kepada media penyiaran pemerintahan Komunis Tiongkok, China Central Television (CCTV) dan Phoenix TV yang berbasis di Hong Kong untuk melaporkan angka yang jauh lebih tinggi yang ia kumpulkan.
Dr. Jiang Yanyong mengatakan bahwa ia mengetahui dari staf medis di dua rumah sakit di Beijing bahwa setidaknya ada tujuh kematian akibat SARS dan 106 kasus SARS.
Meskipun tidak ada penyiar yang memberitakan isi suratnya itu, surat tersebut bocor ke outlet media Barat.
Seorang wartawan dari Time Magazine menghubungi dr. Jiang Yanyong pada tanggal 8 April dan menerbitkan angka-angka dalam suratnya itu pada hari yang sama.
“Saya benar-benar tidak dapat mempercayai apa yang saya lihat. Semua dokter dan perawat yang melihat berita kemarin sangat marah,” tulis dr. Jiang Yanyong dalam emailnya kepada media Tiongkok.
Surat dr. Jiang Yanyong tersebut langsung mengarah pada pemecatan Walikota Beijing dan Menteri Kesehatan Tiongkok pada tanggal 21 April.
Pihak berwenang Komunis Tiongkok dengan cepat mengambil peran “pahlawan SARS,” secara aktif dengan cara mengidentifikasi dan mengkarantina kasus-kasus SARS yang dicurigai, sambil tetap mempertahankan pahlawan SARS yang sebenarnya, dr. Jiang Yanyong, tidak menjadi sorotan.
Pihak berwenang Komunis Tiongkok juga mengusahakan berbagai metode untuk menghapus dr. Jiang Yanyong dari ingatan orang.
Misalnya, pihak berwenang Komunis Tiongkok kemudian memberikan gelar “pahlawan SARS” kepada Zhong Nanshan, yang menatalaksana wabah SARS pada tahun 2003 dengan mengembangkan strategi yang efektif untuk mengidentifikasi dan mengisolasi pasien SARS.
Dalam beberapa tahun terakhir, saat media pemerintahan komunis Tiongkok menerbitkan artikel mengenai epidemi SARS, dr. Jiang Yanyong sama sekali tidak disebutkan, sementara Zhong Nanshan dimuliakan sebagai pahlawan nasional versi Komunis Tiongkok.
Zhong Nanshan saat ini adalah ilmuwan terkemuka panel ahli Komisi Kesehatan Nasional untuk Novel Coronavirus. Meskipun ia dihormati sebagai ahli medis top di Tiongkok, sebenarnya netizen daratan Tiongkok mempertanyakan integritas moralnya.
Sebelum pihak berwenang Tiongkok akhirnya mengakui bahwa Coronavirus menyebar di antara orang-orang, Zhong Nanshan tampaknya membantu pihak berwenang Komunis Tiongkok untuk meremehkan parahnya penularan. (Vivi/asr)
Video Rekomendasi :