Sudah satu bulan wabah novel corona virus COVID-19 melanda di Tiongkok. Jika anda melihat laporan Komunis Tiongkok di CCTV, anda mungkin masih melihat 99% laporan mengenai wabah virus Corona, yang menekankan seberapa banyak upaya yang sudah dilakukan pemerintah komunis Tiongkok.
Lalu bagaimana penilaian terhadap situasi ini? bisa jadi situasinya adalah jauh lebih buruk daripada yang mereka sadari. Apalagi, Wuhan memiliki Laboratorium Keamanan Tingkat 4 yang dapat menangani virsu corona, tetapi apakah laboratorium tersebut benar-benar aman?
Belum lama ini ada artikel di majalah Nature yang menyebutkan, virus SARS telah bocor dari laboratorium Beijing beberapa kali. Apa artinya ini?
Mari simak wawancara host NTD dalam program Zooming bersama Simone Gao :
Host: Selamat Datang di Zooming, Saya Simone Gao. Coronavirus Wuhan yang menyebarkan kekhawatiran di seluruh dunia selama beberapa minggu terakhir kini telah membunuh lebih banyak orang di Tiongkok daripada epidemi SARS tahun 2002-2003. Itu, menurut catatan resmi Tiongkok. Saat Coronavirus mencapai 25 negara di seluruh dunia, dan sejumlah besar laporan tidak resmi muncul dari Tiongkok, rezim Tiongkok berada di bawah pengawasan apakah rezim Tiongkok berusaha untuk mengubah sifat epidemi yang sebenarnya.
Seberapa seriuskah itu? Dapatkah berkembang menjadi pandemi? Mengapa Tiongkok mengizinkan beberapa ahli dari luar untuk mempelajari epidemi? Bagaimana Amerika Serikat menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat global ini? Dan apa dampaknya terhadap ekonomi global pada umumnya?
Narasi: Sejak Coronavirus pertama kali terdeteksi di pusat kota Wuhan akhir bulan Desember 2019, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok mengklaim Coronavirus membunuh 425 orang, di mana lebih dari 20.400 kasus infeksi yang dipastikan terjadi secara nasional.
Pihak berwenang kesehatan internasional sebagian besar memuji pemerintah Tiongkok karena lebih transparan dalam menangani epidemi daripada sikap pemerintah Tiongkok selama wabah SARS. Tetapi media sosial dan media di luar Tiongkok menyatakan sebaliknya.
Dilaporkan oleh BBC bahwa pemerintah Tiongkok membungkam para dokter dan teknisi medis yang memposting penemuan Coronavirus pada awal bulan Januari. Pemerintah Tiongkok mengecilkan bahaya kepada masyarakat, membuat 11 juta penduduk Wuhan tidak menyadari perlunya melindungi dirinya sendiri.
Pada saat pihak berwenang digalakkan untuk bertindak pada tanggal 20 Januari, penyakit itu telah berkembang menjadi ancaman yang hebat.
Pada tanggal 23 Januari, pemerintah Tiongkok mengkarantina Wuhan, mengkarantina 6-7 juta orang, termasuk ribuan orang asing, yang terdampar di sebuah kota tempat Coronavirus mengamuk dan rumah sakit penuh sesak. Ada 5 juta orang telah meninggalkan Wuhan sebelum larangan perjalanan diberlakukan.
Kini Hangzhou, pusat penyebaran Coronavirus yang lain, dengan populasi 9 juta juga dikarantina. Seluruh Tiongkok menerapkan pembatasan perjalanan dalam beberapa bentuk hingga hari ini.
host: Sementara para ilmuwan memperdebatkan apakah pembatasan perjalanan akan efektif karena begitu banyak orang yang terinfeksi telah meninggalkan Wuhan dan Tiongkok, pihak berwenang Tiongkok berhasil membuat narasi yang memuji tekad dan kemampuan pemerintah Tiongkok untuk menaklukkan epidemik Coronavirus.
Narasi: Pada tanggal 24 Januari, sehari setelah Wuhan dikarantina, CCTV, media pemerintah Tiongkok, memberikan liputan yang luar biasa terhadap kedatangan 450 staf medis Tentara Pembebasan Rakyat yang dikerahkan ke pusat penyebaran wabah Coronavirus. Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok, semua staf medis itu adalah ahli medis yang top, termasuk mereka yang berperang melawan SARS atau Ebola.
Wuhan dilaporkan menerima pengiriman besar-besaran berupa 14.000 jas hazmat, 110.000 pasang sarung tangan serta masker dan kacamata.
Namun, setiap hasil dari upaya ini adalah sulit dideteksi. Media sosial dipenuhi dengan foto-foto di rumah sakit yang penuh sesak, mayat-mayat yang tergeletak di lobi rumah sakit, dan staf medis yang bekerja terlalu keras membuat permohonan daring yang putus asa untuk mendapatkan lebih banyak pasokan medis.
Dalam satu video yang diposting ke Weibo, situs media sosial Tiongkok, yang dihapus dengan cepat, reporter independen Fang Bin memfilmkan 8 mayat yang diangkut ke dalam van dalam waktu 5 menit.
Pekerja rumah duka di Wuhan mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mereka bekerja 24 jam selama 7 hari untuk mengkremasi mayat.
Di pos lain, satu perawat mengklaim setidaknya 90.000 orang terinfeksi Coronavirus — angka yang jauh lebih besar dari jumlah yang dilaporkan Tiongkok secara resmi.
Host: Pertanyaan mendasar untuk adegan-adegan mengerikan ini adalah: Seberapa besar epidemi ini? Dan apakah angka-angka dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok mencerminkan kenyataan? Kami melihat beberapa laporan yang bermasalah.
Narasi: Coronavirus pertama kali diidentifikasi di Wuhan pada tanggal 1 Desember.
Namun, menurut Reuters, alat uji untuk penyakit itu tidak didistribusikan ke beberapa rumah sakit di Wuhan sampai sekitar tanggal 20 Januari. Sebelum tanggal 20 Januari, sampel harus dikirim ke laboratorium di Beijing untuk pengujian, sebuah proses yang membutuhkan tiga hingga lima hari untuk dapatkan hasil.
Selama jeda itu, rumah sakit di Wuhan mengurangi jumlah orang yang diawasi secara medis dari 739 orang menjadi hanya 82 orang, menurut data yang dikumpulkan oleh Reuters dari pihak berwenang kesehatan Wuhan, dan tidak ada kasus baru yang dilaporkan di Tiongkok.
Pada tanggal 27 Januari, The Epoch Times melaporkan bahwa di Wuhan, alat uji diagnostik hanya diberikan kepada “rumah sakit yang memenuhi syarat” dan dalam jumlah yang sangat terbatas. Personil medis di rumah sakit ini mengatakan bahwa jumlah kit diagnostik yang mereka pasok kurang dari 10 persen dari yang mereka butuhkan untuk menguji pasien.
Host: Dengan mengendalikan jumlah kit diagnostik yang tersedia, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok dapat memberikan batas atas jumlah kasus yang dipastikan yang dilaporkan setiap hari. Namun, seberapa besar epidemi itu? Ahli mikrobiologi Tiongkok dan Amerika Serikat yang terlatih bernama Lin Xiaoxu, yang juga adalah direktur laboratorium cabang penyakit virus di institut penelitian Walter Reed Army mengatakan hal ini kepada saya.
Tn. Lin: Jadi situasi sebenarnya selalu jauh lebih serius daripada apa yang disajikan pemerintah Tiongkok kepada dunia terlepas dari apakah itu jumlah pasien yang parah atau jumlah kematian dan juga dugaan kasus. Di Amerika Serikat kami menyebutnya ‘pasien dalam penyelidikan.’ Jadi semua angka-angka ini, jika anda menghitung waktu 10 kali dari data resmi, mungkin lebih dekat dengan kenyataan.
Bumper: Sesaat lagi, apakah Amerika Serikat telah merespons secara memadai?