oleh Fang Xiao
Jumlah orang yang bekerja dari rumah di negara-negara di seluruh dunia telah melonjak karena dampak dari epidemi komunis Tiongkok atau pneumonia Wuhan. Perusahaan dan sekolah menggunakan program konferensi video ‘Zoom’ untuk pertemuan dan pengajaran jarak jauh
SpaceX dan NASA kedua lembaga AS tersebut melarang penggunaan ‘Zoom’. FBI juga mengeluarkan peringatan kepada pengguna agar memperhatikan masalah keamanan jaringan saat menggunakan ‘Zoom’.
Pada pertengah bulan Maret 2020, wabah pneumonia komunis Tiongkok merebak dengan hebat di Amerika Serikat. Banyak perusahaan besar mulai memaksa karyawannya bekerja dari rumah, banyak sekolah juga mulai menjalankan program pendidikan jarak jauh.
‘Zoom’ adalah perangkat lunak konferensi video online gratis yang dianggap sebagai alat “kelas cloud”.
Sejak 15 Maret, sejumlah media telah mengungkapkan bahwa banyak pengguna ‘Zoom’ dari siswa sekolah menengah hingga profesor universitas, bahkan guru yoga pun mengalami gangguan berupa masuknya orang yang tidak dikenal saat perangkat sedang digunakan.
Banyak orang mengeluh melalui media sosial, bahwa pengganggu sengaja berteriak-teriak. Bahkan, memutar lagu, ada juga dari mereka itu memposting gambar yang berbau rasisme. Ada juga secara terbuka menyiarkan video porno, dengan niat agar ceramah atau pertemuan tidak bisa dilanjutkan. Sehingga menimbulkan efek yang sangat buruk.
Baru-baru ini, sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh Citizen Lab, sebuah organisasi penelitian jaringan yang berafiliasi dengan University of Toronto mengungkapkan bahwa ‘Zoom’ menggunakan metode enkripsi non-standar untuk mengirim pesan terenkripsi ke komunis Tiongkok.
Peneliti Bill Marczak mengatakan bahwa ‘Zoom’ membuat kesalahan tipikal, yaitu merancang dan mengadopsi skema enkripsi mereka sendiri. Akan tetapi, tidak menggunakan standar enkripsi konten suara dan video yang ada.
Pada saat yang sama, ‘Zoom’ mengirimkan pesan terenkripsi ke komunis Tiongkok. Bahkan jika peserta yang menggunakan Zoom semuanya berada di luar negeri. Laporan itu menyebutkan : Dalam banyak uji coba panggilan di Amerika Utara, pengamatan kita menemukan bahwa kunci untuk mengenkripsi dan mendekripsi konferensi dikirimkan ke server di Beijing.
‘Hong Kong Economic Times’ memberitakan bahwa laporan penelitian perusahaan keamanan cyber Israel Check Point, yang mana baru dirilis juga menunjukkan bahwa jika ‘Zoom’ digunakan secara tidak benar. Nantinya, akan memberikan kesempatan kepada penjahat untuk mengeksploitasi kelemahan perangkat lunak lalu mengakses secara ilegal dan menguping konten pertemuan pribadi. Bahkan mendapatkan file yang dikirimkan lewat ‘Zoom’, membocorkan materi rapat. Oleh karenanya, meminta pengguna untuk berwaspada terhadap risiko perangkat lunak ini. Selain itu, memanfaatkan fungsi platform dengan baik demi keamanan komunikasi.
Reuters melaporkan, Kantor FBI di Boston baru-baru ini mengingatkan pengguna ‘Zoom’ untuk tidak menggunakan ‘Zoom’ untuk pertemuan publik atau berbagi tautan pertemuan. Karena itu, FBI telah berulang kali menemukan orang tak dikenal masuk secara ilegal ke ruang kelas sekolah dan menunjukkan bahwa ‘Zoom’ telah menjadi salah satu target terbaru penjahat cyber untuk mencuri data pribadi pengguna.
Perusahaan dirgantara AS ‘SpaceX’ baru-baru ini, menyebarkan pemberitahuan internal untuk mengingatkan karyawan agar sedapat mungkin menggunakan e-mail, pesan teks, atau telepon dalam berkomunikasi, dan menghindari penggunaan perangkat lunak ‘Zoom’ sebagai alat rapat. Sedangkan juru bicara NASA Stephanie Schierholz, juga mengungkapkan kepada media bahwa mereka telah melarang karyawan menggunakan ‘Zoom’.
Kantor Komisaris Privasi untuk Data Pribadi di Hong Kong juga mengeluarkan pengumuman pada 1 April untuk mengingatkan anggota masyarakat untuk memperhatikan masalah privasi saat menggunakan ‘Zoom’.
Meskipun Zoom berkantor pusat di San Jose, California, tetapi ada 3 anak perusahaan yang berkantor di daratan Tiongkok dengan total mempekerjakan sekitar 700 orang karyawan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan aplikasi. Setidaknya, dua pengacara AS di Amerika Serikat kini sedang mempertanyakan soal perlindungan privasi dari Zoom.
Pendiri ‘Zoom’, Yuan Zheng dan tim penelitian dan pengembangan perusahaan yang berlatar belakang Tiongkok telah menjadi sorotan banyak pihak.
CEO warga Amerika asal daratan Tiongkok bernama Yuan Zheng mendirikan ‘Zoom’ di Amerika Serikat pada tahun 2011. Dia baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang mengakui bahwa, perangkat lunak itu memiliki kerentanan keamanan dan meminta maaf kepada publik. (Sin/asr)
FOTO : Logo Zoom di kantor pusat mereka di San Jose, California, dalam file foto. (Shutterstock)