Janita Kan
Dalam sebuah surat kepada CEO Zoom Eric Yuan pada hari Jumat 3 April 2020, anggota parlemen Partai Demokrat dari Komite DPR untuk Energi dan Perdagangan bertanya kepada Eric Yuan untuk “menjelaskan” praktik pengumpulan data oleh Zoom, termasuk informasi mengenai pelacakan perhatian peserta, rekaman cloud, dan transkripsi otomatis konferensi.
Senator Partai Republik Jerry McNerney dan Perwakilan Jan Schakowsky, yang juga adalah ketua subkomite konsumen perlindungan dan perdagangan, termasuk di antara mereka yang menandatangani surat itu.
“Ketergantungan baru kami pada solusi semacam itu menimbulkan pertanyaan penting mengenai praktik privasi perusahaan yang banyak dari kita berinteraksi dengan Zoom untuk pertama kali,” isi surat itu.
Zoom mendapatkan popularitas yang kuat dalam beberapa minggu terakhir karena jutaan orang Amerika Serikat, diminta untuk bekerja dari rumah sebagai bagian langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran pandemi virus Komunis Tiongkok.
Zoom mengatakan pihaknya mencapai lebih dari 200 juta pengguna harian di seluruh dunia pada bulan Maret, yang naik dari 10 juta pengguna harian pada akhir bulan Desember tahun lalu.
Surat itu datang saat Zoom menyoroti berbagai masalah privasi dan keamanan dalam beberapa minggu terakhir. Baru-baru ini, fitur privasi dan keamanan Zoom sedang diperiksa dengan cermat. Itu setelah peretas mengeksploitasi fitur berbagi layar dengan membajak pertemuan dan ruang kelas online dengan pesan dalam fenomena yang muncul yang disebut “zoom-bombing.”
FBI divisi Boston mengeluarkan peringatan mengenai zoom-bombing pada tanggal 30 Maret, itu setelah FBI divisi Boston menerima beberapa laporan mengenai konferensi yang terputus oleh kiriman gambar-gambar porno atau kata-kata yang yang mengancam.
Satu contoh, sebuah kelas online yang dilakukan pada Zoom terputus saat seseorang tidak dikenal menelepon ke nomor tersebut dan berteriak senonoh kepada peserta. Kemudian orang tersebut meneriaki alamat rumah guru di panggilan telepon tersebut.
Pejabat yang menggunakan Zoom untuk pertemuan juga menjadi korban fenomena tersebut.
Jaksa Agung Connecticut William Tong berkata pada hari Jumat, bahwa ia mengalami zoom-bombing oleh ratusan “komentar yang tidak senonoh dan rasis” selama panggilan Zoom pada awal minggu ini.
William Tong berkata bahwa kantornya bekerja dengan kantor kejaksaan lain di seluruh negeri untuk menyelidiki Zoom untuk potensi pelanggaran privasi, William Tong memberitahu wartawan dalam panggilan telepon pada hari Jumat, dilaporkan CNBC. William Tong menambahkan bahwa setidaknya dua kantor lainnya — New York dan Florida — adalah bagian upaya tersebut.
New York Times melaporkan awal minggu ini bahwa Jaksa Agung New York Letitia James, mengirim sepucuk surat ke Zoom untuk menanyakan apa langkah-langkah keamanan baru telah dilakukan untuk menangani peningkatan lalu lintas, karena Zoom menjadi lebih populer selama pandemi virus Komunis Tiongkok.
Zoom juga merupakan subjek dari gugatan class action yang diajukan California, karena Zoom diduga mengumpulkan dan berbagi data pengguna pribadi ke pihak ketiga termasuk Facebook, tanpa sepengetahuan atau izin pengguna.
Gugatan tersebut menuduh Zoom gagal “melindungi secara memadai informasi pribadi dari peningkatan jutaan pengguna “Zoom App” dan platform konferensi video.”
Eric Yuan merilis beberapa pernyataan pada posting blog yang membahas kekhawatiran praktik Zoom berbagi data.
Eric Yuan mengklaim berbagi data dengan Facebook berasal dari fitur yang memungkinkan pengguna untuk “masuk melalui Facebook” untuk perangkat Apple dan mereka hanya sadar bahwa paket perangkat lunak Facebook sedang mengumpulkan informasi perangkat pada tanggal 25 Maret.
Dalam pernyataan terpisah baru-baru ini pada hari Rabu lalu, Eric Yuan mengakui Zoom telah menghilangkan harapan privasi dan keamanan oleh masyarakat. Ia menambahkan bahwa Zoom awalnya dibangun untuk perusahaan pelanggan dan tidak memperhitungkan bahwa Zoom akan menjadi populer di masyarakat.
“[Kami] tidak merancang produk dengan tinjauan ke masa depan, dalam hal berminggu-minggu, setiap orang di dunia tiba-tiba harus bekerja, belajar, dan bersosialisasi dari rumah. Kini Zoom memiliki banyak pengguna yang lebih luas yang memanfaatkan Zoom dalam berbagai cara yang tidak terduga, menghadirkan tantangan yang tidak kami antisipasi saat Zoom disusun,” tulis Eric Yuan.
Eric Yuan mengatakan bahwa, pihaknya telah memperbarui kebijakan privasi untuk “menjadi lebih jelas dan transparan. Itu terkait mengenai data apa yang Zoom kumpulkan dan bagaimana data itu digunakan ”dan bahwa pihaknya telah menghapus paket perangkat lunak yang mengirim informasi ke Facebook. Ia juga mengatakan bahwa, selama 90 hari ke depan, Zoom akan mendedikasikan sumber daya untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah program tersebut.
Surat anggota parlemen Amerika Serikat mencari informasi lebih lanjut mengenai data apa yang dipertahankan Zoom, informasi apa yang dibagikan Zoom kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga mana yang menerima informasi tersebut.
“Meskipun Zoom baru-baru ini mengklarifikasi kebijakan privasinya, ulasan kebijakan privasi Zoom menunjukkan bahwa Zoom mungkin masih mengumpulkan sejumlah besar informasi yang bermakna mengenai pengguna terdaftar dan pengguna tidak terdaftar yang menggunakan Zoom serta dari pihak ketiga,” kata anggota parlemen Amerika Serikat dalam surat itu.
Sementara itu, ada juga kekhawatiran akan keberadaan infrastruktur Zoom yang berada di Tiongkok. Penelitian dilakukan oleh Citizen Lab, sebuah laboratorium penelitian yang berbasis di Universitas Toronto, menemukan selama uji panggilan telepon antara Amerika Serikat dengan Kanada menemukan kunci enkripsi sedang dikirim ke server Zoom yang berada di Tiongkok.
Citizen Lab juga menemukan Zoom, yang berkantor pusat di Amerika Serikat dan terdaftar di NASDAQ, dikembangkan oleh tiga perusahaan di Tiongkok, dua di antara perusahaan tersebut dimiliki oleh Zoom. Pengisian Komisi Sekuritas dan Bursa oleh Zoom menunjukkan bahwa
Zoom mengoperasikan pusat penelitian dan pengembangan di Tiongkok dan memperkerjakan setidaknya 700 karyawan di Tiongkok pada tanggal 31 Januari 2020. Zoom diharapkan memberi jawaban atas pertanyaan anggota parlemen Amerika Serikat. (vv)
FOTO : Pendiri Zoom Eric Yuan berpose di depan gedung Nasdaq. (Kena Betancur / Getty Images)
Video Rekomendasi :