Epochtimes, oleh Zhang Dun
Xi Jinping dalam pertemuan Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok pada 8 April mengatakan bahwa, upaya otoritas untuk membangkitkan kegiatan bisnis demi pertumbuhan ekonomi kini kembali menghadapi kesulitan dan tantangan baru.
Karena itu, semua pihak diminta untuk benar-benar mengontrol dan mengendalikan epidemi, sehingga dapat mempercepat masyarakat dan perusahaan untuk melanjutkan produksi demi pembangunan ekonomi dan sosial.
“Dalam menghadapi situasi pandemi global yang parah dan kompleks, serta situasi ekonomi dunia yang serius, kita harus tetap berpegangan pada pemikiran garis bawah, dan bersiap untuk menanggapi perubahan di lingkungan eksternal yang bersifat jangka panjang dan melakukan persiapan kerja kita”, tegas Xi.
Analisis berpendapat bahwa ucapan Xi Jinping ‘menanggapi perubahan di lingkungan eksternal secara jangka panjang’ dirasakan cukup janggal atau hampir tak pernah diucapkan. Bahkan ketika berlangsung perang dagang AS – Tiongkok pun, para pejabat komunis Tiongkok dan Xi Jinping tidak pernah menyampaikan sikap seperti ini.
Pada saat Xi Jinping mengadakan pertemuan dengan Komite Tetap Politbiro dan menyampaikan wejangannya, suara tuntutan dari komunitas internasional terhadap komunis Tiongkok semakin tinggi.
Setelah virus pneumonia Wuhan mulai menulari warga kota Wuhan mulai 1 Desember tahun lalu, otoritas komunis Tiongkok tidak hanya menyembunyikan fakta tentang epidemi tetapi menekan para dokter dan warga masyarakat yang menyebarkan kebenaran tentang situasi epidemi.
Otoritas bahkan menyatakan bahwa epidemi itu dapat dicegah dan dikendalikan. Lebih parah lagi, berbohong bahwa tidak ada penularan dari manusia ke manusia. Sehingga menyebabkan masyarakat internasional lalai dalam melakukan pencegahan. Akhirnya virus merebak dengan cepat ke seluruh dunia.
Akibat komunis Tiongkok menyembunyikan situasi sebenarnya mengenai epidemi dan menekan kebebasan berbicara, tak lain untuk menyampaikan informasi kebenaran mengenai epidemi telah membawa bencana besar bagi dunia.
Hingga 10 April, telah tercatat lebih dari 1,62 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus komunis Tiongkok dan hampir 100.000 orang meninggal dunia. Ini masih belum termasuk angka yang disembunyikan oleh otoritas komunis Tiongkok, Korea Utara dan Iran. Pada saat yang sama, epidemi ini juga menghentikan hampir semua kegiatan ekonomi global.
Menghadapi bencana tersebut, organisasi dan individu di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan India telah mengajukan tuntutan hukum untuk meminta kompensasi dari komunis Tiongkok.
Pada 13 Maret, 5 orang warga serta sebuah pusat pelatihan olahraga di Florida, AS telah mengajukan gugatan terhadap 5 instansi termasuk pemerintah Tiongkok kompensasi sebesar 5 miliaran dolar AS atas kerugian yang mereka alami.
Pada 17 Maret, Larry Klayman, mantan jaksa penuntut di Kementerian Kehakiman AS, bersama Freedom Watch dan perusahaan Texas Buzz Photos untuk mengajukan klaim sebesar 20 triliun dolar AS terhadap 5 terdakwa termasuk pemerintah Tiongkok.
Pada 5 April, lembaga pemikir diplomatik Inggris ‘Henry Jackson Society’ (HJS) mengeluarkan laporan yang isinya menyebutkan bahwa, karena pemerintah komunis Tiongkok menyembunyikan situasi sebenarnya dari epidemi tersebut, sehingga negara-negara anggota G7 mengalami kerugian 3,2 triliun poundsterling. Laporan menyatakan bahwa Inggris seharusnya mengajukan tuntutan kompensasi 351 miliar poundsterling dari komunis Tiongkok.
Baru-baru ini, Komisi Ahli Hukum Internasional atau International Commission of Jurists. ICJ- dan Asosiasi Pengacara India telah mengajukan gugatan kepada Dewan HAM PBB. Jumlah klaim tidak diketahui.
Informasi di atas menunjukkan bahwa serangkaian perilaku komunis Tiongkok berupaya melempar tanggung jawab kepada pihak lain telah mengalami kegagalan, hal itu pun menyebabkan kewaspadaan dan kecaman yang besar dari komunitas internasional.
Profesor Leng Jiefu, mantan kepala Departemen Ilmu Politik di Universitas Renmin Tiongkok mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 8 April, bahwa virus kini telah menyebar ke sekitar 200 negara. Tanggung jawab ini bukan masalah kecil. Berbagai negara percaya bahwa virus ini menyebar dari daratan Tiongkok, oleh karena itu disebut virus Wuhan. India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa semuanya menuntut kompensasi dari Tiongkok.
Profesor Leng Jiefu mengatakan : “Pendapat publik internasional sangat tidak menguntungkan bagi otoritas komunis Tiongkok. Bagaimana kelak klaim kompensasi itu mau diatasi. Ini mungkin sangat serius. Saya pikir ini tidak mudah untuk ditangani”.
Keterangan Gambar: menunjukkan para staf medis di Brooklyn sedang memindahkan jenazah dari truk cold storage untuk jenazah di luar rumah sakit. (Stephanie Keith/Getty Images)
(SIn/asr)
Video Rekomendasi