Bowen Xiao
Presiden Donald Trump meragukan angka resmi kasus infeksi COVID-19 dan kematian di Tiongkok yang dikeluarkan oleh rezim Beijing, saat menanggapi pertanyaan selama briefing gugus tugas virus Komunis Tiongkok pada tanggal 1 April 2020.
Donald Trump ditanya apakah ia telah menerima laporan intelijen yang menyimpulkan bahwa Beijing menyembunyikan tingkat wabah yang sebenarnya, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg, yang mengutip tiga pejabat Amerika Serikat yang anonim.
“Kami belum menerima itu,” Donald Trump menanggapi, merujuk pada laporan rahasia.
“Tetapi jumlah yang dikeluarkan oleh Tiongkok tampaknya sedikit di sisi terang. Dan saya bersikap baik saat saya mengatakan bahwa adalah relatif terhadap apa yang kita saksikan dan apa yang dilaporkan,” ujar Trump.
Donald Trump juga ditanya apakah ia sudah membahas angka-angka tersebut dalam percakapannya baru-baru ini dengan pemimpin Tiongkok Xi Jinping. Sementara Presiden Donald Trump mengatakan, ia berkomunikasi terus-menerus dengan Xi Jinping, Donald Trump mengatakan mereka belum benar-benar membahas angka tersebut.
“Mengenai apakah angka-angka Tiongkok itu akurat atau tidak, saya bukan seorang akuntan dari Tiongkok,” tambah Donald Trump.
Dokumen internal pemerintahan komunis Tiongkok yang diperoleh The Epoch Times menyoroti bagaimana rezim Komunis Tiongkok dengan sengaja tidak melaporkan kasus-kasus virus Komunis Tiongkok yang sebenarnya dan diskusi mengenai wabah yang disensor, membantu memicu penyebaran penyakit tersebut.
Pada briefing yang sama, penasihat keamanan nasional Robert O’Brien juga mengatakan, kepada wartawan bahwa tidak ada data resmi yang berasal dari Tiongkok dapat dibuktikan.
“Sayangnya, kami tidak dalam posisi untuk memastikan angka-angka yang dikeluarkan oleh Tiongkok. Tidak ada cara untuk memastikan angka-angka tersebut,” kata Robert O’Brien.
Pejabat Amerika Serikat, termasuk Donald Trump, belakangan ini menjadi lebih vokal dalam menunjuk kesalahan penanganan virus Komunis Tiongkok oleh rezim Tiongkok. Amerika Serikat juga menjadi target kampanye propaganda yang semakin agresif oleh Beijing.
Meskipun narasi yang didorong oleh rezim Komunis Tiongkok dapat berubah dengan cepat, tujuannya adalah sama: Untuk membelokkan tanggung jawab Komunis Tiongkok atas kegagalan menangani virus Komunis Tiongkok dan untuk menggambarkan citra positif bahwa Partai Komunis Tiongkok berhasil mengendalikan wabah tersebut.
Pada briefing tanggal 17 Maret, Donald Trump mengatakan: “Tiongkok mengeluarkan informasi yang salah, bahwa militer Amerika Serikat memberikan [virus] ini kepada Tiongkok. Itu adalah salah, dan bukannya berdebat, saya harus menyebutnya dari mana asal virus tersebut. Virus tersebut memang berasal dari Tiongkok.”
Dr. Deborah Birx, koordinator tanggap Gugus Tugas Coronavirus Gedung Putih, menyatakan pada briefing tanggal 31 Maret bawah tanggapan Amerika Serikat diperlambat oleh data yang cacat dari Tiongkok.
“Bila anda melihat data Tiongkok awalnya…anda mulai memikirkan virus ini lebih mirip SARS daripada virus yang akan menyebabkan pandemi global. Masyarakat medis menafsirkan data Tiongkok adalah serius, tetapi lebih kecil dari yang diperkirakan. Karena, mungkin…kita dulu kehilangan sejumlah besar data yang bermakna,” kata Dr. Deborah Birx.
Sementara itu, di Eropa, penasihat ilmiah memperingatkan Inggris bahwa statistik resmi Tiongkok mengenai virus Komunis Tiongkok adalah “dikecilkan 15 hingga 40 kali” dan Downing Street yakin Beijing sedang berusaha mengeksploitasi pandemi untuk keuntungan ekonomi, dilaporkan oleh The Mail pada tanggal 28 Maret.
Orang dalam Tiongkok mengatakan kepada The Epoch Times pada bulan Januari, bahwa pihak berwenang kesehatan masyarakat berusaha menutupi keparahan virus tersebut dengan membatasi jumlah kit diagnostik yang dikirim ke rumah sakit Wuhan.
The Epoch Times juga telah mendokumentasikan kisah-kisah beberapa warganegara Tiongkok — termasuk dokter, jurnalis warga, cendekiawan, dan pebisnis yang melaporkan pelanggaran — yang telah dibungkam oleh rezim komunis Tiongkok karena mengungkap kebenaran.
Dan dalam utas Twitter tanggal 2 April mengenai Tiongkok, mantan penasihat keamanan nasional John Bolton, menulis bahwa “Pemalsuan dan penyembunyian data mengenai Coronavirus oleh Tiongkok adalah berbahaya bagi Amerika Serikat dan seluruh dunia.
“Tidak terhitung jumlah orang yang mati sia-sia karena perilaku rezim Beijing yang otoriter. Ekonomi global sudah menderita kemunduran besar yang mungkin akan berkurangi secara substansial bila Tiongkok jujur,” tulis John Bolton di Twitter. (vv/asr)
FOTO ; Presiden Donald Trump memberi isyarat ketika dia berbicara selama pengarahan harian tentang virus Komunis Tiongkok, di Ruang Briefing Brady di Gedung Putih pada tanggal 1 April 2020, di Washington. (Mandel Ngan / AFP via Getty Images)