Gelombang Pencetakan Uang Terbesar dalam Sejarah Manusia akan Segera Tiba

ntdtv, oleh Ru Song (Ru Sung)

Dalam siklus peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan harga aset, industri perbankan memiliki efek leverage, dan terjadinya kredit macet pun sangat rendah. Profitabilitas akan terus tumbuh stabil.

Merebaknya wabah virus Komunis Tiongkok yang juga dikenal sebagai coronavirus baru, COVID-19 telah menyebabkan sejumlah besar orang terinfeksi, dan puluhan ribu orang meninggal. Pasar saham global jatuh pada awal pecahnya epidemi, tetapi ini hanya merupakan sinyal permulaan, karena pasar saham adalah mata likuiditas dalam kehidupan ekonomi, dan jatuhnya pasar saham adalah masalah inti dalam kehidupan ekonomi. 

Sejauh ini, lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia dikurung di rumah karena larangan keluar rumah untuk mencegah penyebaran corona. Tingkat pengangguran juga melonjak tajam. Menurut laporan media pada 2 April 2020, jumlah orang yang mengajukan bantuan pengangguran untuk pertama kalinya di Amerika Serikat pekan lalu mencapai 6,648 juta, melampaui rekor 3,283 juta dua pekan lalu dan kembali mencetak rekor baru. 

Secara historis, rekor tertinggi dari data yang diajukan sebelumnya adalah 695.000 orang pada tahun 1982, nilai tertinggi kedua adalah 665.000 yang tercatat selama krisis keuangan 2008-2009 silam, dan data 6,648 juta telah jauh melampaui angka tersebut di atas. 

Angka-angka itu menunjukkan bahwa jumlah orang yang menganggur telah meledak dalam minggu ini, sekaligus menunjukkan situasi ekonomi yang akan dihadapi masyarakat dunia. Sekarang setelah memasuki kuartal kedua tahun 2020.

Berikut adalah prediksi data ekonomi : Presiden The Fed St. Louis James Bullard, memperkirakan Product domestic bruto – PDB Amerika Serikat pada kuartal kedua 2020 akan anjlok hingga 50%. Itu belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan pemeringkat Standard & Poor memperkirakan tingkat pertumbuhan PDB Amerika Serikat menyusut 12% pada kuartal kedua tahun 2020. Sedangkan Goldman Sachs memperkirakan PDB Amerika Serikat akan menyusut 24% pada kuartal kedua.

JPMorgan Chase memperkirakan PDB Amerika Serikat menyusut 1,5% pada 2020 dan mungkin menyusut 14% pada kuartal kedua. Bank of America memperkirakan PDB Amerika Serikat turun 12% pada kuartal kedua. Morgan Stanley Danley memperkirakan PDB Amerika Serikat akan menyusut dengan rekor 30,1% pada kuartal kedua tahun 2020. 

Semua lembaga penelitian berharap bahwa ekonomi Amerika Serikat akan berkontraksi tajam pada kuartal kedua dan juga akan menyusut secara signifikan sepanjang tahun. 

Angka-angka di atas membosankan, dan inti dari masalah ekonomi – masalah pasar kerja secara bertahap menjadi jelas: Goldman Sachs memperkirakan tingkat pengangguran Amerika Serikat melonjak dari 3,5% menjadi 9% pada kuartal kedua. JP Morgan memperkirakan tingkat pengangguran pada pertengahan 2020 Akan naik menjadi 6,25%; Presiden Bank Sentral Federal Reserve St. Louis Brad percaya bahwa tingkat pengangguran dapat melonjak hingga 30% pada kuartal kedua. Morgan Stanley memperkirakan tingkat pengangguran rata-rata pada kuartal kedua mencapai 12,8%, mencatat rekor tertinggi.

Ledakan gelombang default (gagal bayar utang)

Kita tahu, bahwa setelah krisis hipotek subprima Amerika Serikat, bank sentral di seluruh dunia berupaya menurunkan suku bunga, Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang menerapkan suku bunga negatif yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tujuannya adalah meningkatkan financial leverage yakni mengacu pada pemerintah, perusahaan dan individu, di bawah idem, namun, hal ini membuat rasio utang ekonomi global mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Laporan Asosiasi Keuangan Internasional menyebutkan, bahwa rasio utang global terhadap PDB dalam negeri mencapai 322% pada kuartal ketiga 2019, mencatat rekor tertinggi. Sampai pada kuartal ketiga, total utang global mencapai 253 triliun dolar Amerika Serikat. Utang global di sini mencakup utang rumah tangga, pemerintah, dan pengusaha di seluruh dunia.

Amerika Serikat adalah negara dengan perekonomian terbesar sekaligus terminal permintaan paling penting di dunia. Sedangkan Uni Eropa termasuk Inggris, yang belum menyelesaikan proses Brexit secara ekonomi, merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua dan salah satu terminal permintaan terpenting di dunia.

Sekarang, tingkat pengangguran di Amerika Serikat sedang melonjak, demikian juga dengan tingkat pengangguran di kawasan euro juga meledak. Ini akan menyebabkan kontraksi tajam dari sisi permintaan, lalu bagaimana pemerintah, perusahaan dan sektor keluarga menghadapi utang dalam kondisi puncak historis ini?

Gelombang default atau gagal bayar sudah diambang kritis

Ketika gelombang default meletus, kredit macet dalam lembaga keuangan akan meningkat secara eksplosif, dan masa kontraksi tajam pada sistem keuangan global juga akan segera tiba. Dalam proses itu, banyak lembaga keuangan akan dibuat panik dengan penarikan uang besar-besaran oleh nasabah, dan bahkan beberapa lembaga keuangan utama akan gulung tikar. Demikian juga dengan momen terakhir dari pasar modal juga akan segera tiba. 

Sejumlah besar bank membatalkan rencana pembayaran dividen

Sebenarnya lembaga keuangan sudah merasakan hawa dingin di masa depan!

Menurut laporan Agence France-Presse / AFP 27 Maret lalu, Bank Sentral Eropa meminta industri perbankan zona euro untuk tidak membayar dividen tahun 2019 dan 2020 setidaknya sampai Oktober 2020 untuk menjaga likuiditas dalam membantu keluarga dan pelaku bisnis bertahan terhadap wabah corona virus Komunis Tiongkok, pneumonia Wuhan. Selain itu Bank Sentral Eropa juga mendesak bank-bank di zona euro untuk tidak membeli kembali saham.

Bank of England juga menyatakan sambutannya terhadap keputusan industri perbankan Inggris untuk membatalkan dividen, dan mengatakan bahwa “hal itu akan membantu mempertahankan lebih banyak modal dan mendukung ekonomi yang terkena dampak epidemi.” 

Di samping itu, Bank of England juga memperingatkan bahwa jika ada bank yang tidak mematuhi arahan, maka Bank of England akan menggunakan hak pengawasan dan pengelolaannya.

Selanjutnya, sejumlah besar bank mengumumkan akan mematuhi peraturan membatalkan dividen, dan tentu saja ini akan menyebabkan harga saham saham bank anjlok. 

Pada 1 April lalu, HSBC Holdings dan Standard Chartered Group mengumumkan di Hong Kong Stock Exchange bahwa mereka memutuskan untuk membatalkan rencana dividen dan menunda pembelian saham kembali.

Lembaga keuangan menghadapi ancaman kebangkrutan 

Kita tahu bahwa ekspansi pinjaman baru oleh bank itu berarti bahwa rasio leverage pada sistem ekonomi meningkat dan likuiditas pasar juga meningkat. Ketika bank mengambil sikap hati-hati terhadap pinjaman baru, rasio leverage pada sistem perbankan akan menurun dan likuiditas pasar akan menyusut.

Oleh karena itu, ketika sistem perbankan dihadapkan dengan tekanan kredit macet yang disebabkan oleh pertumbuhan pengangguran yang eksplosif, itu akan mengecilkan likuiditas seluruh pasar keuangan melalui harga saham dan pinjaman baru.

Setelah likuiditas pasar keuangan terus menyusut, beberapa lembaga keuangan yang kekurangan modal perlu meningkatkan tingkat pengembalian investasi untuk memenuhi permintaan modal. 

Di saat demikian, tekanan pengetatan likuiditas akan bereaksi pada lembaga keuangan. Beberapa lembaga keuangan dengan kualitas aset yang buruk akan jatuh pailit karena kekurangan likuiditas. Biasanya disertai dengan penarikan uang secara besar-besaran oleh nasabah.

Kita tahu bahwa peristiwa ikonik dari Subprime mortgage crisis atau krisis hipotek subprima Amerika Serikat 2008 adalah runtuhnya Lehman Brothers, salah satu dari lima bank investasi besar di Wall Street, dan runtuhnya lembaga keuangan besar akan menyebabkan kontraksi tajam dalam likuiditas pasar. 

Ketika tsunami likuiditas mulai menyapu seluruh pasar utang, itu akan membuat semakin banyak perusahaan dan lembaga keuangan menghadapi ancaman kebangkrutan.

Saat ini, banyak bank mulai membatalkan dividen, yang berarti bahwa proses pengetatan likuiditas telah dimulai. Tetapi sekarang, rasio utang pemerintah semua negara berada pada posisi tinggi. Misalnya, rasio utang aktual pemerintah Amerika Serikat telah meningkat menjadi lebih dari 116% setelah rencana stimulus sebesar US $ 2,2 triliun. 

Pemerintah lain di Eropa dan Amerika Serikat juga melakukan pengeluaran besar-besaran selama ledakan wabah corona, yang berarti bahwa rasio utang pemerintah melonjak.

Setelah tsunami likuiditas tiba, tidak hanya lembaga keuangan, bisnis, dan rumah tangga akan bangkrut, tetapi pemerintah juga akan bangkrut. 

Pada saat demikian, apa yang harus dilakukan bank sentral masing-masing negara?

Mungkin akan terjadi gelombang pencetakan uang terbesar dalam sejarah umat manusia.

Keterangan foto: Di bawah momok epidemi virus komunis Tiongkok, banyak lembaga keuangan di seluruh dunia menghadapi ancaman pailit/bangkrut… (pixabay)

Johny / rp 

Video Rekomendasi