theepochtimes.com
“Angka virus resmi Tiongkok tidak dapat dipercaya. Setelah virus tersebut menyebar, terbukti bukan seperti yang dilaporkan Tiongkok,” kata Minoo Mohraz, seorang pejabat Kementerian Kesehatan Iran dan anggota gugus tugas virus Komunis Tiongkok Iran.
Menurut Minoo Mohraz, saat ini Tiongkok menarik banyak artikel dan angka-angka serta penelitian yang belum benar. Minoo Mohraz meyakini angka-angka dari Tiongkok itu tidak dapat dipercaya.
Pejabat gugus tugas lain, Hamid Souri, seorang ahli epidemiologi, mengatakan angka-angka Tiongkok jauh dari kebenaran. Berdasarkan komentarnya pada penilaian Iran terhadap penyebaran virus Komunis Tiongkok, yang umumnya dikenal sebagai Coronavirus baru, dan angka kematian yang tinggi terjadi di seluruh dunia.
Hal tersebut terjadi beberapa hari setelah juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kianoush Jahanpour dikecam karena mempertanyakan angka-angka yang disebabkan oleh virus tersebut di Tiongkok.
The Guardian melaporkan, Kianoush Jahanpour, yang juga seorang dokter medis, membuat pernyataan di sebuah konferensi pers dan tweet pada hari Minggu, 12 April 2020.
Menurut Kianoush Jahanpour, Tiongkok membuat seolah-olah virus Komunis Tiongkok mirip flu tetapi kurang mematikan.
Kianoush Jahanpour menyebut data virus yang disajikan oleh Tiongkok sebagai “lelucon yang menjijikkan.” Menurut nya data tersebut menuntun pemerintah-pemerintah meremehkan ancaman virus itu.
“Jika di Tiongkok mengatakan epidemi dikendalikan dalam dua bulan, seseorang harus benar-benar memikirkannya. Berdasarkan informasi epidemiologis dan laporan yang diberikan oleh peneliti Tiongkok, 11 pusat akademik di dunia awalnya dianggap Coronavirus baru adalah kurang berbahaya dibandingkan dengan setidaknya influenza tipe-A. Saat ini temuan tersebut terbukti salah. Dan kami lebih percaya pada temuan kami sendiri,” tulis Kianoush Jahanpur.
Kianoush Jahanpur diserang di twitter oleh Duta Besar Tiongkok untuk Teheran, Chang Hua, yang meminta Kianoush Jahanpur untuk menghormati kenyataan dan upaya besar rakyat Tiongkok.
“Saya sarankan anda membaca berita Tiongkok dengan sangat hati-hati untuk menarik kesimpulan,” kata Chang Hua.
Setelah celaan pejabat Tiongkok tersebut, Kianoush Jahanpour melayangkan sebuah catatan diplomatik. Dia hanya mengatakan bahwa Iran tidak setuju dengan penilaian epidemiologis virus yang dikeluarkan Tiongkok.
Seperti biasanya hubungan antara Iran dan Tiongkok adalah hangat. Tiongkok adalah mitra dagang utama, khususnya dalam ekspor minyak.
Tetapi para kritikus mengatakan pelaporan Teheran mengenai virus itu juga menyesatkan.
Menurut Worldometer, yang menggunakan sumber-sumber resmi Iran, virus itu membunuh lebih dari 3.800 orang dan menginfeksi lebih dari 62.500 orang, di mana sekitar 27.000 orang pulih.
Menurut Radio Free Europe/Radio Liberty, anggota parlemen dan pejabat setempat di beberapa hotspot virus di Iran mengatakan angka kematian dan angka infeksi yang diumumkan oleh rezim Iran adalah sangat kecil.
Pakar kesehatan masyarakat, Kamiar Alaei, salah satu pendiri dan wakil presiden Institut Kesehatan dan Pendidikan Internasional, yang berbasis di New York, mengatakan bahwa pada pertengahan bulan Maret, jumlah kasus infeksi virus Komunis Tiongkok yang sebenarnya di Iran kemungkinan lima kali lebih tinggi daripada angka resmi yang dilaporkan pada saat itu .
Para ahli lain mengatakan bukan hanya angka sebenarnya cenderung lebih tinggi, tetapi juga rezim Iran kurang transparan dan salah menatalaksana wabah sehingga mengakibatkan meluasnya pandemi.
Faisal Al-Rfouh, seorang profesor ilmu politik dan studi internasional di Universitas Yordania, menyebut hal tersebut sebagai tindakan pengkhianatan.
“Saya percaya pemerintah Iran mengkhianati rakyat Iran sehingga pemerintah Iran tidak mengumumkan sejauh mana Coronavirus dan pemerintah Iran tidak mengambil tindakan yang dibutuhkan untuk membatasi atau meminimalkan meluasnya pandemi di Timur Tengah, ” kata Faisal Al-Rfouh dalam sebuah pernyataan.
Angka-angka dari Institut Perdamaian Amerika Serikat menunjukkan Iran telah menyebarkan virus mematikan itu ke 23 negara, dengan kasus terjauh yang terjadi pada Amerika Utara, Eropa, dan Selandia Baru. Bahkan Tiongkok, pusat awal pandemi, melaporkan 11 kasus infeksi dari Iran pada tanggal 5 Maret 2020.
Keterangan Gambar: Petugas kesehatan menguji orang-orang untuk gejala COVID-19 di luar Teheran, Iran, pada 26 Maret 2020. (STR / AFP / Getty Images)
vivi/rp
Video Rekomendasi