NTD, oleh Liu Minghuan
Menurut laporan sejumlah media, baru- baru ini, kasus pneumonia baru terus muncul di Provinsi Heilongjiang, Tiongkok, terutama di Suifenhe City, kota pelabuhan yang terletak di perbatasan Tiongkok – Rusia. Jumlah pasien yang terinfeksi meningkat dengan cepat, sehingga komunitas diblokir, dan sejumlah besar pasien tidak memperoleh tempat untuk merawat atau mengisolasi diri.
Pihak berwenang provinsi Heilongjiang sebelumnya pernah mengumumkan bahwa mulai 7 April, murid kelas akhir dari seluruh sekolah menengah atas di provinsi Heilongjiang mulai kembali masuk sekolah. Mulai 13 hingga 17 April, murid kelas akhir dari sekolah menengah pertama mulai kembali masuk sekolah.
Namun, wakil direktur Kantor Pendidikan Provinsi Heilongjiang pada 16 April mengatakan mengingat perubahan situasi epidemi, masing-masing daerah diwajibkan untuk membuat penyesuaian waktu untuk kembali masuk sekolah bagi murid-murid kelas akhir SMP, dengan saran sesudah lewat liburan panjang peringatan Hari Buruh.
Selain itu, Departemen Pendidikan Provinsi Shandong juga mengumumkan penundaan masuk sekolah bagi murid kelas 3 SMA di Jiaozhou, Provinsi Shandong sampai waktu yang akan ditentukan di kemudian hari. Padahal sebelumnya, Shandong telah mengumumkan bahwa 15 April mulai kembali masuk sekolah.
Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan juga telah menyesuaikan waktu mulainya masuk sekolah. Sebelumnya, siswa sekolah menengah setempat dan siswa tiga negara sudah mulai pada awal April lalu. Sementara sekolah dasar dan sekolah menengah pada awalnya dijadwalkan mulai pada tanggal 13 April lalu.
Namun, Kantor Pendidikan Kota Chengdu baru-baru ini mengumumkan bahwa murid SMP dan SMA yang bukan kelas akhir direkomendasikan untuk mulai sekolah pada 13 April, dan murid SMP dan SMA kelas akhir direkomendasikan masuk sekolah mulai 20 April. Sedangkan murid kelas 5 dan 6 SD disarankan masuk pada 27 April, dan SD kelas lainnya, direkomendasikan mulai masuk sekolah pada 6 Mei.
Sementara itu, di Suining, Deyang, dan Dazhou di Sichuan juga telah menyesuaikan tanggal mulai masuk sekolah.
Menurut laporan, pada saat wabah menyebar, komunis Tiongkok mengklaim telah berhasil menaklukkan epidemi, dan mendorong para pekerja dan perusahaan untuk kembali beraktivitas. Sekolah, guru dan murid selekas mungkin kembali melanjutkan kegiatan pendidikan. Namun, diam-diam komunis Tiongkok bersiap untuk menghadapi datangnya gelombang penyebaran wabah yang kedua.
Sebuah dokumen dari Kantor Komisi Kesehatan Kota Chongqing yang berjudul “Pemberitahuan tentang Persiapan Tim Penyelamat Medis Darurat Nasional untuk Kembali Dikirim ke Lini Depan,” menunjukkan bahwa pihak berwenang mungkin memandang perlu tim penyelamat medis darurat selalu berada dalam kondisi siap kapan saja dibutuhkan.
Lalu apakah hal ini mencerminkan bahwa situasi epidemi di Tiongkok masih parah dan dapat kembali “meledak” kapan saja ?
Yang Jiong, kepala ahli dari Kedokteran Pernafasan dan Perawatan Kritis Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan, mengatakan dalam wawancara dengan media Tiongkok pada 6 April lalu.
Yang Jiong menyebutkan ada data survei 3 hari terakhir terpantau pasien terinfeksi dengan tanpa gejala di kota Wuhan mencapai sekitar 0,15% -0,3% dari jumlah pasien yang dikonfirmasi terinfeksi.
Itu berarti jumlahnya ada sekitar 10.000 atau 20.000 orang. Orang-orang ini semakin membahayakan seiring dibebaskannya lockdown. Mereka yang berpotensi mengundang datangnya gelombang epidemi kedua. Hal itu tentu mengkhawatirkan.
Selain itu, pada 18 April, penulis pembangkang Tiongkok bernama ‘Laodeng’ mengirim pesan melalui twitter tentang sebuah berita internal Partai Komunis Tiongkok yang berbunyi: “Epidemi kedua sedang mendekat dan para pembesar sudah mulai menjauhi kota, mengungsi ke Xishan, Beijing, seperti pada masa perang.”
Keterangan foto: Orang yang terinfeksi virus komunis Tiongkok (pneumonia Wuhan) tetapi tidak menunjukkan gejala justru memiliki risiko besar untuk memicu datangnya gelombang epidemi kedua. (Retamal Hektor/AFP/Getty Images)
sin/rp
Video Rekomendasi