NTD, oleh Xiao Jing
Mickael J. Ryan, Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO dalam konferensi pers pada 18 April 2020 mengatakan bahwa hasil penelitian terkini menunjukkan, meskipun beberapa orang memiliki antibodi dalam darah mereka, tidak dapat menjamin bahwa pasien akan benar-benar bebas dari risiko terinfeksi virus pneumonia komunis Tiongkok yang dikenal sebagai virus wuhan untuk kedua kalinya.
Ryan juga mengatakan : “Banyak informasi awal yang kami terima sekarang menunjukkan bahwa populasi yang memiliki antibodi cukup rendah”. Oleh karena itu, metode kekebalan kelompok atau Herd immunity mungkin tidak cocok untuk memerangi virus komunis Tiongkok.
Carlos del Rio, dekan eksekutif Akademi Kedokteran Universitas Emory di Georgia, AS memiliki pandangan yang sama. Ia juga mengatakan kepada media baru-baru ini : “Hanya karena Anda memiliki antibodi di tubuh, itu tidak berarti Anda memiliki kekebalan”.
Menurut laporan dari VOA, Zongmei Sheng, seorang peneliti di American Institute of Allergy and Infectious Diseases mengatakan bahwa di masa lalu, orang-orang percaya bahwa selama mereka telah terpapar virus dan menghasilkan antibodi, maka mereka dapat terhindar dari terinfeksi untuk kedua kalinya oleh virus yang sama. Kondisi tersebut tidak berlaku untuk virus komunis Tiongkok.
Zongmei Sheng mengatakan bahwa sekarang ada bukti bahwa banyak orang yang didiagnosis terinfeksi pneumonia komunis Tiongkok belum menunjukkan gejala apa pun. Oleh karena itu, jumlah orang yang terinfeksi di dunia sebenarnya lebih banyak, hanya saja mereka termasuk pasien asimtomatik atau terinfeksi ringan.
“Lalu pertanyaannya muncul lagi : Para pasien yang terinfeksi ringan atau tanpa gejala ini, hasil tesnya mungkin menunjukkan positif, tetapi berapa banyak antibodi dalam tubuhnya ? Berapa lama antibodi ini dapat bertahan dalam tubuh untuk memastikan bahwa itu dapat menjamin tidak terinfeksi ? Terhadap masalah-masalah ini kita belum memiliki jawabannya. Kata Zongmei Sheng lebih lanjut, jadi “Bahkan ada antibodi dalam tubuh seseorang, tidak ada jaminan yang bersangkutan kebal terhadap virus komunis Tiongkok.”
Saat ini, hanya ada 2 metode tes virus komunis Tiongkok : Pertama, adalah tes asam nukleat, yaitu untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus. Yang lain adalah tes antibodi, juga dikenal sebagai tes serum yang terutama melewati darah sampel mendeteksi protein dalam sistem kekebalan manusia. Tujuannya, untuk melihat apakah tubuh memiliki antibodi terhadap virus. Kemudian mencari tahu pasien tanpa gejala yang telah terinfeksi dan memiliki antibodi di tubuh mereka.
Keterangan Gambar: Mickael J. Ryan, Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO dalam konferensi pers pada 18 April mengatakan bahwa penelitian terkini menunjukkan, bahkan jika tubuh seseorang telah memproduksi antibodi untuk melawan virus komunis Tiongkok, itu tidak menjamin yang bersangkutan akan terus kebal terhadap virus tersebut. (Gambar virus CDC-AS)
(sin/asr)
Video Rekomendasi