ntdtv.com- Perusahaan besar yang memproduksi minyak salad dalam skala besar dan modern, mereka menggunakan metode ekstraksi minyak, yang umumnya termasuk metode ekstraksi pelarut kimia atau alkana, zat beracun.
Menurut informasi dari Tetsumori Yamashima, seorang ahli otak dan doktor Jepang terkenal dalam buku karyanya, bahwa pelarut kimia itu sangat beracun. Dia menjabarkan secara terbuka informasi publik terkait di situs web pabrikan Jepang yang berspesialisasi dalam produksi pelarut tersebut. Berikut penjabarannya :
Jika tidak hati-hati dan terserap ke dalam tubuh manusia secara tidak sengaja, maka pindahkan korban ke tempat bersirkulasi udara dan biarkan korban beristirahat dalam posisi yang mudah bernapas. Jika merasa sangat tidak nyaman, segera periksakan diri ke dokter.
Ketika terjadi kontak dengan kulit, lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci permukaan kulit dengan air yang banyak dan deterjen. Jika terjadi iritasi pada kulit atau tubuh terasa tidak nyaman, segera konsultasikan dengan dokter. Pakaian yang terkontaminasi harus dicuci sebelum dipakai kembali.
Saat masuk ke mata, cuci secara hati-hati dengan air selama beberapa menit, namun, jika memakai lensa kontak, sebaiknya lepaskan dulu lensa kontaknya, baru cuci bersih mata Anda. Jika iritasi mata belum juga hilang atau tidak nyaman secara fisik, sebaiknya konsultasi dengan dokter terkait.
Ketika masuk ke dalam tubuh secara tidak sengaja, lakukan kumur-kumur mulut Anda dan periksa ke dokter.
Kemungkinan gejala akut dan gejala yang tertunda seperti iritasi mata, hidung, dan tenggorokan menyebabkan kantuk, sakit kepala, dan disfungsi koordinasi motorik. Jika terjadi iritasi kulit untuk waktu yang lama, akan muncul gejala degreasing, pecah, dan dermatitis.
Orang-orang sulit percaya mengapa racun kimia berbahaya semacam itu digunakan dalam produksi minyak nabati. Mungkin ada yang berkata, akankah racun dihilangkan dengan teknologi canggih pada akhirnya? Jika demikian, mari kita lihat proses produksi minyak nabati rapeseed dan minyak kedelai.
Apakah jumlah dari sisa pelarut dalam minyak nabati menimbulkan bahaya?
TetsumoriYamashima mengatakan bahwa Jepang paling banyak menggunakan minyak nabati rapeseed karena mengandung 60% asam oleat dan kurang rentan terhadap oksidasi. Selain itu juga sangat berguna untuk mencegah aterosklerosis, hipertensi, dan penyakit jantung. Komposisinya sama seperti minyak zaitun yang diakui dunia.
Namun, bedanya dengan minyak zaitun, minyak nabati rapeseed mengandung sekitar 22% asam linoleat. Asam linoleat ini awalnya bermanfaat. Namun, rentan terhadap oksidasi karena pemanasan dan paparan cahaya, yang merupakan salah satu penyebab aterosklerosis, peradangan dan alergi. Tidak hanya itu, asam linoleat yang dipanaskan pada suhu tinggi juga akan meracuni racun sel saraf, 4-hydroxynonenal.
Terkait minyak nabati rapeseed, ada dua jenis metode ekstraksi minyak yang digunakan di Jepang.
Pertama, metode penekanan mekanis yakni biaya tinggi, tidak dapat disimpan untuk waktu yang lama, dan harganya lebih mahal.
Kedua adalah metode ekstraksi pelarut kimia yang umumnya menggunakan alkana. Setelah bahan baku dari minyak nabati dilarutkan akan mengandung sejumlah besar racun, dan untuk menghilangkan pelarut kimia beracun ini, harus dipanaskan pada suhu tinggi, namun menghasilkan sejumlah besar neurotoxin dalam proses tersebut.
Bukan hanya itu, bagaimanapun cara dihilangkan, minyak nabati rapeseed akan selalu meninggalkan sedikit sisa pelarut.
Yamashima mengatakan bahwa beberapa perusahaan besar pernah mengungkapkan data ini, jumlah residu maksimum mencapai 5ppm (Part Per Million (PPM) yakni Satuan konsentrasi ppm), bukankah data ini mengerikan?
Menurut Standar Residu Pestisida Jepang, standar konsentrasi untuk beras adalah 0,2 ppm dan kubi-kol 0,5 ppm, namun dibandingkan dengan minyak salad yang mencapai 5 ppm, itu adalah perbedaan yang mengejutkan.
Meski jumlah residu pestisida sangat rendah, namun, jika dikonsumsi dalam jangka panjang juga akan menghimpun racun di dalam tubuh dan berisiko kanker, apalagi dengan konsentrasi 5ppm. Jadi jangan anggap remeh.
Meskipun minyak salad yang diproduksi dalam jumlah besar dan memiliki masa simpan yang lama itu tidak mudah rusak dan praktis, tetapi mengandung bahaya yang tidak terlihat.
Minyak kedelai dipanaskan melalui tiga tahapan bersuhu tinggi, neurotoksin meningkat tajam
Produksi minyak kedelai hampir selalu menggunakan metode ekstraksi pelarut kimia. Alasannya, kedelai berbeda dari minyak rapeseed dan zaitun. Meskipun kedelai digiling menjadi bubuk juga tidak akan mudah menghasilkan minyak. Sementara jika menggunakan pengepresan suhu rendah, sulit untuk mengekstrak minyaknya. Untuk mengurangi biaya, umumnya menggunakan pelarut kimia
Pertama, kedelai diserpih pada suhu sekitar 60 derajat celcius.
Langkah kedua, tambahkan alkana pelarut kimia untuk mengekstraksi minyak mentah.
Langkah ketiga, saring minyak mentah.
Dengan cara yang sama, dimana untuk menghilangkan pelarut beracun yang dimasukkan ke dalam minyak, harus diuapkan pada suhu tinggi. Metode ini tidak ada bedanya seperti minyak nabati rapeseed, kemungkinan besar masih banyak pelarut kimia yang tersisa, inilah bahayanya bagi kesehatan.
Setelah itu, minyak mentah masih mengandung bau tak sedap yang perlu dihilangkan pada suhu tinggi sekitar 250 derajat.
Dengan kata lain, seluruh proses tidak hanya meninggalkan sisa pelarut, tetapi juga melalui tiga proses pemanasan.
Selain itu, setengah dari bahan-bahan yang terkandung dalam minyak kedelai adalah asam linoleat yang paling takut terhadap pemanasan.
Setiap kali saat dipanaskan akan menghasilkan sejumlah besar neurotoksin atau racun yang beraksi di sel saraf. Entah berapa banyak racun yang dihasilkan dalam proses tiga kali pemanasan itu, terutama dua suhu tinggi terakhir, namun setidaknya jauh lebih berbahaya daripada minyak nabati rapeseed.
Minyak ini sering digunakan dalam makanan yang digoreng di Jepang dan memiliki masa simpan sekitar dua tahun. Meskipun disimpan di rak dan tidak lagi dipanaskan, namun, minyak ini mudah teroksidasi karena efek cahaya. Ditambah lagi dengan beberapa kali pemanasan, neurotoksin yang meningkat tajam itu sudah sangat mengerikan. Saat membelinya dan dipanaskan lagi di rumah, itu adalah pemanasan suhu tinggi keempat!
Terlebih lagi, sulit untuk membayangkan kerusakan tubuh seperti apa yang disebabkan oleh makanan yang digoreng di kedai atau restoran dengan minyak yang telah dipanaskan berulang kali dalam waktu yang lama.
Coba lihatlah gejala penyakit demensia, amnesia, tumor otak, dan penyakit mental seperti depresi, autisme, lekas marah, dan pembunuhan tanpa alasan yang semakin melanda kawula muda.
Yamashima mengatakan bahwa salah satu alasan utamanya adalah minyak-minyak salad itu. Racun yang dikandungnya secara diam-diam memicu keracunan sel-sel saraf otak. Selain itu, alergi, hepatitis, dan kanker kolorektal juga terkait dengan lemak ini, dan seharusnya membuat orang-orang waspada.
Banyak penyakit modern saat ini disebabkan oleh pola makan. Minyak goreng digunakan setiap hari, jadi sebaiknya berhati-hatilah. Cobalah untuk memilih minyak nabati yang dibuat dengan metode pengepresan alami.
Tentang minyak jagung dan minyak safflower
Selain itu, juga ada minyak jagung dan minyak safflower di Jepang. Minyak jagung, meski mengandung antioksidan berkualitas tinggi, namun, kandungan asam linoleat-nya jauh lebih tinggi dari minyak kedelai.
Pemanasan selama lima belas menit juga akan menghasilkan sejumlah besar neurotoksin. Sedangkan minyak safflower, sebagian besar bahan baku berasal dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Kadar asam linoleat-nya jauh lebih tinggi dari minyak salad pada umumnya. Meskipun beberapa varietas khusus dikecualikan, namun demi keamanan, sebaiknya tidak menggunakannya jika tidak bisa membedakannya.
Minyak nabati yang umum ini melalui proses penyulingan yang membentuk zat beracun dan berbahaya, namun, ada beberapa minyak nabati yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia atau tahan terhadap suhu tinggi, seperti minyak zaitun, minyak beras, dan minyak wijen yang diproses secara tradisional dengan metode pengepresan suhu rendah.
Keterangan foto: Minyak salad yang dimurnikan dengan ekstraksi pelarut kimia (minyak sayur olahan yang biasa dikonsumsi oleh orang-orang). Sekadar diketahui, pelarut beracun yang digunakan dan neurotoksik 4-hidroksinonenal yang dihasilkan dari beberapa kali pemanasan suhu tinggi itu sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. (Shutterstock)
Johny /rp
Video Rekomendasi