Australia Menuntut Penyelidikan Virus Komunis Tiongkok, Tiongkok Makin Ditekan

Theepochtimes.com- Virus  Komunis Tiongkok, yang umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, yang muncul dari Tiongkok Daratan tahun lalu, menyebabkan penyakit COVID-19.

Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, mengatakan keprihatinannya terhadap transparansi Tiongkok berada pada “titik yang sangat tinggi.”

“Masalah seputar Coronavirus adalah masalah untuk tinjauan independen, dan saya berpikir bahwa penting bagi kita untuk melakukan hal tersebut. Faktanya, Australia akan benar-benar bersikeras untuk hal tersebut,” kata Marise Payne kepada televisi ABC.

Australia berhasil mengendalikan epidemi sebelum epidemi membebani sistem kesehatan masyarakat, yang melaporkan 53 kasus infeksi baru pada hari  Minggu 19 April 2020. Total kasus infeksi di Australia mencapai hingga 6.586 kasus, menurut data Kementerian Kesehatan Australia.

Ada 71 kasus kematian di Australia. Peningkatan angka kasus infeksi baru berada di bawah 1 persen selama tujuh hari berturut-turut. Angka itu jauh lebih rendah daripada banyak negara-negara lain.

Seruan Marise Payne untuk penyelidikan wabah terjadi pada saat hubungan yang tegang antara Australia dengan mitra dagang terpentingnya.

Hubungan memburuk di tengah tuduhan Australia atas campur tangan Tiongkok dalam urusan dalam negeri Australia dan keprihatinan Australia terhadap pengaruh rezim Komunis Tiongkok yang berkembang dan tidak pantas di kawasan Pasifik.

“Kepercayaan saya pada Tiongkok didasarkan pada jangka panjang. Keprihatinan saya seputar transparansi dan memastikan bahwa kami dapat terlibat secara terbuka,” kata Marise Payne. 

Seruan Australia untuk penyelidikan muncul saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump  meningkatkan kritiknya terhadap Tiongkok.

Donald Trump dan para asisten seniornya juga menuduh Tiongkok  kurang transparan setelah virus  Komunis Tiongkok merebak. 

Pada hari Sabtu 18 April 2020, Donald Trump mengatakan Tiongkok harus menghadapi konsekuensi jika Tiongkok “secara sadar bertanggung jawab” untuk pandemi. Tiongkok menampik kritik tersebut dengan mengatakan Tiongkok telah terbuka mengenai wabah  dan telah memperingatkan dunia mengenai wabah itu.

Tanggapan Organisasi Kesehatan Dunia  ‘Tidak Membantu’

Minggu lalu, Donald Trump menangguhkan bantuan ke Organisasi Kesehatan Dunia – WHO dengan menuduh WHO sebagai “Tiongkok-sentris.”

WHO yang bermarkas di Jenewa itu menolak tuduhan  tetapi Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt juga mengkritik WHO. Hunt mengatakan beberapa tanggapan WHO  terhadap virus  Komunis Tiongkok,  tidak membantu.

“Apa yang kami lihat dari beberapa pejabat di Jenewa, kami pikir merupakan tanggapan yang tidak membantu dunia. Kami melakukannya dengan baik karena kami membuat keputusan sendiri sebagai suatu negara,” kata Greg Hunt saat briefing.

Australia menentang saran WHO  pada tanggal 1 Februari dan melarang orang yang tiba dari Tiongkok. Australia kemudian menutup perbatasannya dan memberlakukan pembatasan ketat gerakan masyarakat.

Menurut Greg Hunt, Australia menang dalam kampanye melawan virus  tetapi belum menang tuntas.

“Kami harus fokus pada pengendalian dan kapasitas,” kata Greg Hunt.

Sementara itu, Selandia Baru yang bertetangga dengan Australia, yang mengadopsi salah satu karantina terketat di dunia bahkan sebelum melaporkan kasus kematian pertama, lebih berhasil dalam menekan virus tersebut.

Ada empat kasus infeksi baru yang dipastikan di Selandia Baru pada hari Minggu 19 April 2020, sehingga total kasus infeksi menjadi 1.098 kasus. data Kementerian Kesehatan Selandia Baru menunjukkan ada sebelas orang meninggal.

“Saya tahu ini adalah tidak mudah, tetapi telah berhasil,” kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada briefing televisi. 

Menurutnya,  pemerintah Selandia Baru akan bertemu   untuk memutuskan perlu atau tidaknya melonggarkan pembatasan jaga jarak sosial.

Keterangan Gambar: (Kiri) Perdana Menteri Scott Morrison di Gedung Parlemen di Canberra, Australia pada 13 Februari 2019. (Kanan) Menteri Luar Negeri Marise Payne di Sydney, Australia pada 1 Februari 2019. (Tracey Nearmy / Getty Images)

vivi/rp 

Video Rekomendasi