oleh Liu Yi
Epochtimes.id- Li Kasheng baru-baru ini telah menjual propertinya yang berada di Central Distrik Hongkong dengan harga yang memecahkan rekor.
Langkah menjual habis properti perusahaan konglomerat Hongkong tersebut lagi-lagi menimbulkan kekhawatiran dari pihak Daratan Tiongkok.
Seorang gurubesar menyangkut penarikan modal Li dari Tiongkok menyatakan bahwa lingkungan institusional di Tiongkok saat ini tidak kondusif telah menjadi penyebab utama dan merugikan perkembangan ekonomi Tiongkok.
Cheung Kong Asset Holding Limited milik Li Kasheng pada 1 November malam mengumumkan bahwa pihaknya telah melepas properti The Center dengan harga HKD 40.2 miliar atau US$ 5,5 miliar. Transaksi tercatat sebagai yang tertinggi di bursa komersial Hongkong.
Seorang pejabat keuangan Tiongkok bernama Huang Sheng menilai bahwa tindakan Li Kasheng tersebut mungkin berkaitan dengan kekhawatiran dirinya terhadap probabilitas munculnya gelembung properti di Daratan dan Hongkong. Sehingga mengambil tindakan mendahului dengan memperoleh nilai pengembalian yang cukup tinggi.
Media keuangan cnfol.com percaya bahwa selain properti yang berada di Central Distrik Hongkong itu, Li Kasheng juga telah menjual sejumlah properti mereka di Daratan Tiongkok.
Seorang figur yang cukup disegani dalam dunia real estate Tiongkok bernama Pan Shiyi juga terus melepas properti yang ia kuasai. Bos-bos besar real estate ini sekarang menunjukkan sikap pesimis terhadap masa depan dari bidang tersebut.
Sementara itu, Guru besar bernama Cai Xia yang mengajar di Pusat Pendidikan Partai Komunis Tiongkok pada bulan Agustus lalu menyangkut penarikan modal (divestasi) Li dari Tiongkok memberikan pandangan pribadinya.
Dalam berita utama media Sina Finance disebutkan bahwa menurut Cai Xia, logika modal adalah menghasilkan keuntungan, modal akan mengalir ke tempat di mana mampu menghasilkan keuntungan.
Sedangkan pada saat ini lingkungan institusional di Tiongkok tidak kondusif, kekuasaan yang terpusat, dimonopoli sehingga akan berdampak pada modal yang terperas dan modal kemudian akan memeras tenaga kerja.
Saat ini, jenjang kekuatan pertama adalah kekuasaan, kedua adalah modal, dan yang paling lemah adalah lapisan masyarakat bawah. Modal bisa bertekuk lutut menyerah kalah jika menghadapi kekuasaan.
Seperti ungkapan yang berbunyi “Ternak akan dipotong bila sudah gemuk”. Ketika kekuasaan dan modal bekerjasama, maka lapisan bawah masyarakat yang paling tertekan, menerima imbasannya.
Menanggapi suara “Jangan membiarkan Li Kasheng kabur (dari Tiongkok)”, Cai Xia mengatakan bahwa pemahaman ini sendiri merupakan logika kelompok gangster, pemikiran preman, ditambah dengan prasangka moral di masa lalu mengenai modal.
Sinyal seperti itu selain hanya membuat Li Kasheng tidak lagi berani masuk Daratan juga akan berdampak buruk pada pemodal asing lainnya yang masih berinvestasi di Tiongkok.
Sikap tersebut dinilai picik karena tidak bisa membedakan antara hitam dan putih. Jika masyarakat masih secara sepihak mengkritik Li Kasheng, mungkin masih banyak investasi baik dalam dan luar negeri akan mengalir ke luar.
Sejak tahun 2008, Li Kasheng secara bertahap menjual properti mereka yang berada di Tiongkok. Sebuah gedung bertingkat 40 yang terletak di pusat keuangan Shanghai telah dilepas dengan harga RMB 4.9 miliar pada tahun 2008.
Penjualan aset Li di Tiongkok makin intensif sejak tahun 2013. Hanya di tahun itu saja, keluarga Li Kasheng telah menjual properti mereka dan menarik kembali dana investasi yang bernilai melebihi RMB 20 miliar. (asr)
Sumber : Epochtimes.com