Penduduk Mengungkapkan Kota-Kota di Tiongkok Menyembunyikan Kasus Infeksi dan Kematian Virus yang Terbaru

Theepochtimes.com- Pihak berwenang Tiongkok belum mengumumkan pembaruan baru mengenai wabah virus Komunis Tiongkok di kota Harbin, timur laut Tiongkok sejak kenaikan kasus pada bulan April 2020. 

Para pasien setempat baru-baru ini mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mereka tahu setidaknya lima orang yang meninggal dunia akibat COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok —belum diumumkan oleh pihak berwenang. 

Di satu rumah sakit, 30 pasien belum sepenuhnya pulih dan sedang diisolasi di rumah sakit tersebut, kata satu orang yang diwawancarai. Ia Mereka sendiri juga dirawat.

Tetapi pihak berwenang mengklaim pasien COVID-19 terakhir dipulangkan pada tanggal 16 Mei 2020 dari rumah sakit tempat ia dirawat.

“Kami sangat cemas, tetapi para dokter mengatakan mereka tidak punya solusi. Para dokter tidak memberi kami obat apa pun, dan berharap tubuh kami pulih sendiri,” kata Zhang Ling, seorang pasien Harbin yang didiagnosis pada tanggal 12 April saat  diwawancarai baru-baru ini.

Virus Komunis Tiongkok, umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, pertama kali merebak di kota Wuhan di tengah Tiongkok pada akhir tahun 2019, dan segera menyebar ke seluruh Tiongkok dan dunia.

Sejak awal bulan April, setelah periode singkat di mana sebagian besar wilayah Tiongkok dilaporkan ada sedikit atau tidak ada infeksi baru, berjangkitnya gelombang kedua telah terjadi pada beberapa provinsi di Tiongkok, termasuk Heilongjiang, di mana Harbin adalah ibukotanya.

Li Ping, Zhang Ling, Zhou Yang, dan nyonya Wang menceritakan pengalamannya menjadi terinfeksi setelah mengunjungi Rumah Sakit No. 2 Harbin dari tanggal 2 April hingga 6 April.

Awalnya mereka sehat saat pergi ke rumah sakit tersebut, tetapi mereka tertular virus tersebut saat berada di rumah sakit tersebut untuk merawat pasangannya yang sedang dirawat di sana karena menderita penyakit yang tidak terkait dengan virus tersebut.

Menurut pihak berwenang Harbin, semua pasien yang terinfeksi berada di Rumah Sakit No. 2 tertular virus tersebut dari seorang pasien COVID-19 yang berusia 87 tahun bermarga Chen yang dirawat inap di lantai 17.

Keempat pasangan pasien yang diwawancarai juga berada di lantai 17 tersebut. Tiga pasangan pasien juga didiagnosis menderita COVID-19, dan dua pasangan pasien meninggal.

Li Ping dan Suami

Li Ping dan suaminya, keduanya berusia di penghujung 50-an, berada  di rumah sepanjang musim dingin untuk menghindari tertular virus tersebut. 

“Suami saya minum obat di rumah selama berbulan-bulan,” kata Li Ping kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada tanggal 28 Mei 2020.

Pada tanggal 29 Maret, suami Li Ping merasa sangat sakit dan dikirim ke Rumah Sakit No. 2 dengan ambulans. Dokter memberitahu Li Ping bahwa suaminya mungkin kira-kira bertahan hidup selama sebulan.

Pada saat itu, pihak berwenang belum melaporkan adanya kasus infeksi baru selama lebih dari satu bulan. Oleh karena itu, Li Ping dan suaminya tidak merasa khawatir.

Pada tanggal 6 April, suami Li Ping tiba-tiba kehilangan kesadaran dan meninggal pada tanggal 8 April. Staf tidak memberitahu Li Ping dan suaminya mengenai risiko terinfeksi virus  Komunis Tiongkok hingga tanggal 16 April.

Li Ping kembali ke rumah pada tanggal 8 April, dan mengatur pemakaman suaminya pada tanggal 10 April. Dua hari kemudian, Li Ping pergi ke rumah sakit lagi untuk mengambil barang-baranganya. Tetapi Li Ping memperhatikan bahwa semua dokter dan perawat di lantai 17 rumah sakit tersebut berbeda dengan yang merawat suaminya.

Pada tanggal 14 April, Li Ping mulai demam. Ia didiagnosis menderita  COVID-19 pada tanggal 16 April, setelah paru-parunya dirusak oleh virus tersebut. Saudara perempuannya dan menantu Li Ping juga kemudian didiagnosis menderita  COVID-19. Li Ping mengatakan mereka berdua tertular virus tersebut darinya.

Sejak itu Li Ping dikeluarkan dari rumah sakit tersebut dan diisolasi di sebuah hotel saat ia menerima wawancara melalui telepon. Li Ping yakin suaminya meninggal akibat COVID-19, meskipun rumah sakit tersebut tidak pernah menguji suaminya, karena suaminya meninggal sebelum dokter menduganya menderita COVID-19.

Zhang dan Wang

Suami Zhang Ling menderita tumor. Pada tanggal 9 April, dokter mengatakan suaminya sudah pulih dengan sangat baik dan dipulangkan dua hari berikutnya. Namun, suaminya mulai menderita demam pada malam tanggal 10 April.

“Semua perawat dan direktur rumah sakit sedang berkumpul di kantor. Tidak ada yang peduli dengan para pasien. Seorang pria perawat memberitahu saya bahwa mereka akan meninggalkan rumah sakit pada keesokkan paginya. Pada pagi hari tanggal 11 April, semua dokter dan perawat ditukar. Staf medis yang baru tiba semuanya mengenakan pakaian pelindung. Staf medis sebelumnya tidak memakai pakaian pelindung,” kata Zhang. 

Pada tanggal 12 April, semua pasien di lantai 17 dipindahkan ke lantai lain. Zhang dan suaminya kemudian menjalani uji asam nukleat. Hasil uji mereka berdua adalah positif. Zhang juga berbicara mengenai kasus bapak Wang, yang dirawat inap di Ruangan yang sama dengan suaminya. 

“Wang, istri Wang, suami saya, dan saya didiagnosis menderita COVID-19 dan [kemudian dipindahkan ke dan] diisolasi di Rumah Sakit Infeksi Harbin …Bapak Wang meninggal karena virus tersebut pada tanggal 29 April. Nyonya Wang diisolasi di rumah sakit hingga kini. Nyonya Wang sangat sedih,” kata Zhang.

Zhang mengatakan bahwa suaminya menjadi sangat sakit setelah terinfeksi Virus tersebut. Zhang, suami Zhang, dan Nyonya Wang semuanya saat ini berada di Rumah Sakit Infeksi Harbin.

Zhang mengatakan bahwa 30 pasien COVID-19 saat ini sedang dirawat di rumah sakit tersebut, di mana hasil uji asam nukleat 20 dari 30 pasien tersebut adalah negatif, tetapi hasil uji antibodi adalah positif. 10 Pasien lainnya memiliki hasil positif baik uji asam nukleat maupun uji antibodi.

The Epoch Times tidak dapat membuktikan informasi tersebut secara independen.

Kasus Zhou

Zhou adalah istri Yang dirawat inap di Rumah Sakit No. 2 Harbin karena menderita demensia sejak tanggal 28 Maret. Pada tanggal 10 April, Zhou melihat bahwa semua staf medis dalam keadaan panik di malam hari tersebut, tetapi ia tidak tahu apa yang terjadi.

“Pada malam tanggal 11 April, staf rumah sakit melakukan uji asam nukleat pada saya dan istri saya serta pasien-pasien lain di ruangan yang sama dan mereka yang menemani pasien. Istri saya dan pasien demensia lainnya didiagnosis menderita COVID-19 pada tanggal 12 April…Saya didiagnosis menderita COVID-19 beberapa hari kemudian,” kata Zhou. Zhou dan istrinya sejak itu dipindahkan ke Rumah Sakit Infeksi Harbin.

Underreporting

Saat dihubungi oleh The Epoch Times, meja resepsionis Rumah Sakit Harbin No. 2 mengatakan rumah sakit tersebut tidak menerima pasien dan dikarantina. 

Resepsionis itu berkata : “Saya tidak tahu kapan rumah sakit ini akan dibuka kembali. Ini adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin tingkat atas.”

The Epoch Times sebelumnya memperoleh serangkaian dokumen internal pemerintahan yang menunjukkan bahwa staf medis di rumah sakit tersebut terinfeksi. Dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa pihak berwenang Harbin tidak melaporkan jumlah kasus infeksi yang sebenarnya.

Zhang mengatakan 30 pasien dirawat di Rumah Sakit Infeksi Harbin pada akhir bulan Mei, tetapi pihak berwenang Heilongjiang mengumumkan tidak ada pasien baru di Provinsi Heilongjiang pada tanggal 17 Mei dan setelahnya.

Heilongjiang juga mengumumkan kasus kematian COVID-19 terbarunya pada tanggal 27 Februari. Sejak itu, jumlah korban jiwa di Provinsi Heilongjiang adalah tetap sama, yaitu 13 orang.

Tetapi suami Li Ping dan bapak Wang, serta Chen yang adalah kerabatnya yang berusia 87 tahun, dan dua pasien lainnya mengatakan kepada The Epoch Times bahwa orang yang mereka cintai meninggal karena virus Komunis Tiongkok pada bulan April dan Mei.

Keterangan Gambar: Seorang pekerja medis mengambil sampel swab dari residen untuk dites virus CCP di sebuah jalan di Mudanjiang, China, pada 3 Juni 2020. (STR / AFP via Getty Images)

(Vivi/asr)

Video Rekomendasi