oleh Lin Yan
Pada 11 Agustus 2020, media corong Partai Komunis Tiongkok melaporkan, bahwa Xi Jinping telah mengeluarkan instruksi untuk menghentikan pemborosan makanan dan minuman yang selama ini berlangsung di kalangan berduit. Ia menunjukkan bahwa fenomena pemborosan makanan sangat mengejutkan dan menyedihkan ! Ia juga mengutip tulisan dalam puisi Dinasti Tang yang menggambarkan, bahwa siapa yang tahu bahwa makanan yang berada di atas piring makan kita itu adalah hasil jerih payah.
Xi Jinping mengatakan, bahwa kita harus selalu memiliki pandangan krisis terhadap ketahanan pangan, hukumnya harus ditegakkan, pengawasan diperkuat dan mengambil tindakan efektif untuk menghentikan pemborosan makanan. Pada saat yang sama, perlu dilakukan penguatan publisitas dan edukasi, secara efektif menumbuhkan kebiasaan menabung, dan menciptakan di seluruh lapisan masyarakat suasana di mana pemborosan itu memalukan dan menabung adalah kebanggaan.
Sebelumnya, Xi Jinping telah berkali-kali berfokus pada masalah pangan dalam negeri. Pada akhir bulan Juli, ia pergi ke provinsi Jilin untuk memeriksa ladang jagung. Dia mengatakan, bahwa tanah hitam di wilayah timur laut Tiongkok yang subur tersebut perlu dilindungi melalui tindakan yang efektif.
Pada 7 Agustus, media Partai Komunis Tiongkok melaporkan bahwa ketahanan pangan merupakan pondasi penting bagi keamanan nasional.Â
Xi Jinping mengatakan bahwa perlu memastikan bahan pangan berupa biji-bijian mampu berswasembada. Media partai juga mengklaim bahwa total produksi biji-bijian musim panas pada tahun ini mencapai rekor tertinggi yakni 285,6 miliar jin atau setara 142.8 juta ton.
Menanggapi hal ini, timbul keraguan pada para netizen : Bagaimana biji-bijian bisa dipanen ? Bukankah provinsi yang menghasilkan biji-bijian mengalami kekeringan parah atau kebanjiran.
Masyarakat menduga bahwa krisis bahan pangan telah mulai melanda daratan Tiongkok. (Cancan Chu/Getty Images)
Hu Xingdou, seorang ekonom yang akrab dengan masalah pangan dan pertanian Tiongkok mengatakan kepada reporter ‘Apple Daily,’ bahwa krisis pangan di Tiongkok sangat mungkin terjadi. Bagaimana pun perlu dikhawatirkan bahwa 30% bahan pangan Tiongkok bergantung pada impor. Jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi dari itu.
Dia mengatakan bahwa di bawah pengaruh konflik antara Tiongkok dengan AS, orang harus memikirkan masalah pangan, karena sebagian besar transaksi pangan global dilakukan dengan mata uang dolar AS. Jika Tiongkok dan AS akhirnya memisahkan diri secara ekonomi, maka surplus perdagangan Tiongkok berkurang, dan mungkin saja Tiongkok sudah tidak memiliki persediaan dolar AS. Apalagi jika Amerika Serikat juga mencegah Tiongkok menggunakan dolar AS, itu berarti Tiongkok akan mengalami kesulitan dalam membeli bahan pangan dari komunitas internasional.
Hu Xingdou mengatakan, meskipun Tiongkok kemungkinan juga akan mencoba untuk membayar dengan mata uang renminbi ketika membeli bahan pangan dari negara lain, tetapi ini sulit untuk dikomentari. Karena jika ekonomi Tiongkok tidak membaik dan inflasi meningkat, renminbi juga akan terdepresiasi, dikombinasikan dengan situasi internasional, kiranya masalah pangan daratan Tiongkok tidak bisa dianggap enteng.
Pada bulan Maret tahun ini, David Beasley, Direktur Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan, bahwa epidemi virus komunis Tiongkok telah mempengaruhi ekonomi global. Sedangkan jumlah penduduk dunia yang menghadapi krisis pangan yang parah, dapat mencapai 265 juta jiwa pada tahun 2020.
Saat ini, epidemi di Tiongkok telah berlangsung selama lebih dari 8 bulan. Selain epidemi, curah hujan lebat selama lebih dari dua bulan berturut-turut telah melanda wilayah selatan daratan Tiongkok. Sebagian besar Tiongkok tergenang banjir. Kondisi banjir di kota-kota pedesaan di sepanjang sungai sangat parah.
Dari sekitar Danau Poyang hingga Delta Sungai Yangtze, yang dikenal sebagai “kampung kemakmuran”, lebih dari 5,26 juta hektar ladang subur, setara dengan 1,5 kali Pulau Taiwan terendam air banjir. Para ahli mengatakan, bahwa krisis pangan dapat terjadi di daratan Tiongkok pada paruh kedua tahun ini.
Selain itu, karena salju lebat, hujan es, dan kekeringan, daerah penghasil gandum utama di Tiongkok telah mengalami penurunan hasil panen. Sekarang bagian selatan Tiongkok dikepung banjir, dan beberapa bagian provinsi utara mengalami kekeringan yang parah. Tanaman pokok seperti padi dan jagung nyaris gagal panen. Ditambah lagi dengan ngengat padang rumput yang dijuluki serangga pengrusak biji-bijian, serangan belalang, dan bencana lainnya, tidak diragukan lagi bahwa persediaan pangan Tiongkok sudah terancam.
Pada 3 Juli lalu, media Partai Komunis Tiongkok menerbitkan sebuah artikel tulisan Zhou Li, mantan Wakil Menteri Departemen Hubungan Internasional Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok atau International Liaison Department of the Communist Party of China, mengingatkan semua pihak untuk bersiap-siap menghadapi pecahnya krisis pangan global.
Komunis Tiongkok baru-baru ini meminta petani di mana saja, untuk membudidayakan ladang yang tandus agar persediaan pangan terjamin. Hal ini menunjukkan bahwa diperkirakan krisis pangan parah bisa terjadi.
Baru-baru ini, beredar berita bahwa banyak persediaan biji-bijian tingkat nasional dalam gudang telah dicampur dengan pasir, kerikil untuk memalsukan jumlah stok biji-bijian mereka. Selain itu, gudang biji-bijian di Shanghai, Henan, dan Guizhou mengalami kebakaran entah sengaja atau tidak.
Radio Free Asia melaporkan, bahwa berbagai krisis sedang meletus di daratan Tiongkok. Komunis Tiongkok ingin menghentikan impor bahan pangan dari Amerika Serikat, tetapi khawatir jika cadangannya tak mencukupi. Sampai kekurangan pangan terjadi, maka semua cara mereka untuk menjaga stabilitas akan menjadi sia-sia, dan pemberontakan yang akan terjadi. (Sin/asr)
Keterangan Foto : Baru-baru ini, Xi Jinping kembali menginstruksikan penghentian pemborosan makanan. Masyarakat menduga bahwa Tiongkok telah mengalami krisis pangan. (China Photos/Getty Images)