Diungkap Komunis Tiongkok Memanfaatkan Jaringan Global Untuk Memikat Ilmuwan Hingga Rekrut Hampir 60.000 Profesional

Theepochtimes.com- Pejabat Amerika Serikat semakin memperingatkan bahwa Komunis Tiongkok menggunakan rencana rekrutmen yang didukung negara untuk memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan Amerika Serikat ke Tiongkok. Dengan adanya rencana ini, para ahli asing dibayar untuk bekerja di Tiongkok, termasuk membuka laboratorium dan melakukan penelitian di lembaga-lembaga di Tiongkok.

Laporan oleh lembaga pemikir Australian Strategic Policy Institute (ASPI) yang dipublikasi pada 20 agustus 2020, merincikan untuk pertama kalinya sistem global yang luas digunakan oleh Beijing untuk mencari dan memikat ilmuwan dari lembaga penelitian dan perusahaan Barat.

Partai Komunis Tiongkok memanfaatkan setidaknya 600 “stasiun kerja rekrutmen bakat” di seluruh dunia untuk mendukung program bakat Tiongkok, demikian laporan itu menemukan. 

Amerika Serikat memiliki paling banyak stasiun kerja yaitu 146, di mana negara-negara berteknologi maju lainnya termasuk Jerman, Australia, Inggris, Kanada, Jepang, dan Prancis, juga menampung lusinan pos terdepan masing-masing.

“Stasiun kerja bekerja atas nama pemerintah Tiongkok untuk melihat dan mengejar bakat di luar negeri,” kata laporan itu.

Pertama kali didirikan pada tahun 2006, rezim Tiongkok secara drastis melakukan peluncuran stasiun kerja rekrutmen bakat dalam beberapa tahun terakhir, kata laporan itu. Lebih dari 115 dari 600 situs diidentifikasi didirikan pada tahun 2018 saja, tambah laporan itu.

Antara tahun 2008 hingga 2016, rencana bakat Partai Komunis Tiongkok merekrut hampir 60.000 profesional luar negeri, kata laporan itu, mengutip statistik resmi. Rezim Tiongkok menjalankan lebih dari 200 program perekrutan bakat, di mana yang paling terkenal adalah Rencana Seribu Bakat.

Stasiun-stasiun kerja ini biasanya dijalankan oleh kelompok setempat — seperti komunitas, asosiasi profesional, pelajar, atau bisnis — yang dikontrak oleh pihak berwenang Tiongkok untuk merekrut individu, menurut laporan itu. Rezim Tiongkok membayar sebesar usd 29.000 untuk setiap orang yang direkrutnya, dan mencapai hingga usd 21.000 setahun untuk biaya operasional, kata laporan itu.

Kantor perusahaan Tiongkok di luar negeri juga menjadi tuan rumah stasiun perekrutan, dan salah satu juga didirikan di Institut Konfusius di Universitas College Dublin, tambah laporan itu. Institut Konfusius adalah  pusat bahasa yang didanai oleh Beijing yang telah menarik reaksi atas perannya dalam penyebaran propaganda dan membungkam perbedaan pendapat di ruang kelas Amerika Serikat.

Penemuan ini muncul saat Amerika Serikat meningkatkan pengawasan atas upaya rezim Tiongkok untuk mendapatkan teknologi dengan menarik bakat Amerika Serikat. Pejabat Amerika Serikat mengutip Konsulat Tiongkok di Houston yang sedang melakukan pekerjaan yang menargetkan ilmuwan setempat untuk perekrutan ke Tiongkok, sebagai alasan Amerika Serikat memerintahkan penutupan Konsulat Tiongkok di Houston pada bulan Juli. 

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat tahun lalu telah membawa serentetan penuntutan terhadap para peneliti  Tiongkok dan Amerika Serikat. Mereka diduga menyembunyikan hubungan dengan Tiongkok dan pendanaan dari Tiongkok, terkadang sekaligus menerima uang hibah federal.

Awal tahun ini, mantan Ketua Departemen Kimia Universitas Harvard, Charles Lieber, didakwa atas tuduhan terkait pembuatan pernyataan palsu atas partisipasinya dalam Rencana Seribu Bakat dan menerima usd 2,25 juta dalam pendanaan oleh Tiongkok selama tiga tahun — sebuah kasus yang dijelaskan oleh jaksa sebagai “salah satu tuduhan pelanggaran yang paling mengerikan  terkait dengan program rekrutmen bakat.  

Pejabat Amerika Serikat mengatakan Charles Lieber telah menerima lebih dari usd 15 juta dana federal sejak tahun 2008. Charles Lieber mengaku tidak bersalah.

Meskipun partisipasi dalam program bakat Tiongkok tidak dengan sendirinya adalah ilegal, peneliti diminta untuk mengungkapkan pendanaan asing saat melamar hibah federal. Pejabat Amerika Serikat meminta universitas untuk memperketat pemeriksaan konflik kepentingan dan sumber pendanaan asing.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa banyak unit yang dibentuk oleh instansi di bawah Departemen Kerja Front Terpadu milik Partai Komunis Tiongkok. Departemen Kerja Front Terpadu mengkoordinasikan ribuan kelompok untuk melakukan pengaruh operasi politik asing, menindas gerakan pembangkang, mengumpulkan data intelijen, dan memfasilitasi transfer teknologi ke Tiongkok. 

Laporan itu menyebutkan, berbagai lembaga Tiongkok lainnya  juga terlibat dalam mendirikan fasilitas perekrutan di luar negeri, termasuk universitas, asosiasi ilmiah yang didukung negara, dan biro urusan ahli asing. 

Militer Komunis Tiongkok juga menggunakan jaringan yang sama untuk perekrutan bakat, menurut laporan itu. Lembaga penelitian top Tiongkok yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat maupun perusahaan pertahanan milik negara Tiongkok secara aktif merekrut ahli dari luar negeri. Laporan itu juga menyebutkan, Misalnya, Akademi Fisika Teknik Tiongko, yang menjalankan program senjata nuklir Tentara Pembebasan Rakyat, merekrut 57 ilmuwan melalui  Rencana Seribu Bakat pada tahun 2014.

Laporan tersebut menyoroti bagaimana upaya perekrutan bakat terkait kasus spionase ekonomi. Pada bulan Mei 2019, Tesla menggugat mantan karyawan bernama Cao Guangzhi karena diduga mencuri kode sumber fitur autopilot Tesla sebelum bergabung dengan startup saingan, Xiaopeng yang berbasis di Guangzhou Motor. Cao  Guangzhi kemudian mengaku mengunggah file ke iCloud miliknya tetapi membantah bahwa tindakannya menyebabkan kerugian bagi Tesla. Kasus ini belum disidangkan.

Satu dekade sebelum gugatan itu, Cao Guangzhi turut mendirikan Asosiasi Wenzhou PhD USA, yang telah bekerja sama dengan otoritas Wenzhou sejak awal didirikan, demikian  laporan itu menemukan. Wenzhou, kota di selatan Shanghai, adalah pusat perdagangan dan manufaktur Tiongkok.

Asosiasi  Wenzhou PhD USA, yang dikontrak untuk menjalankan stasiun perekrutan bakat pada tahun 2010, tumbuh menjadi lebih dari 100 anggota dalam beberapa tahun, dan termasuk insinyur dari perusahaan teknologi top seperti Google, Apple, dan Amazon, akademisi dari Harvard dan Yale, dan karyawan pemerintah Amerika Serikat.

Menurut laporan itu, Asosiasi Wenzhou PhD USA juga membantu Universitas Wenzhou merekrut seorang ilmuwan materi dari Laboratorium Nasional Argonne pemerintah Amerika Serikat.

Keterangan Gambar: Seorang wanita yang mengenakan masker pelindung berjalan di kampus Universitas Columbia di New York pada 9 Maret 2020. (Foto oleh Jeenah Moon / Getty Images)

(vv/asr)

Ikuti Cathy di Twitter: @CathyHe_ET

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=itZ2pAe4jLU