oleh Zhang Li – Hk.epochtimes.com
Warga Jiaozhou, Qingdao, Tiongkok biasa membeli beras khas kota Wuchang, Heilongjiang karena nasinya enak dimakan. Tetapi belakangan ini mereka menemukan bahwa nasi dari beras tersebut selalu berbau plastik setiap kali makan. Setelah memperhatikan dengan lebih seksama saat mencuci beras, mereka menemukan butiran-butiran beras plastik tercampur dalam beras asli.
Menurut laporan media, warga Jiaozhou bernama Mrs. Liu, membeli 1 kantung beras Wuchang berisi 20 kg merk Chang Xing Xiang Mi, Heilongjiang yang terkenal dari sebuah toko penjualnya di Desa Lijiahe, Jiaozhou.
Nasinya sudah 2 kali dikonsumsi, tetapi berbau plastik setiap kali dia makan. Awalnya Mrs. Liu mengira bahwa itu karena masalah pada penanak nasinya.
Pada 16 Oktober sore, saat sedang mencuci beras, Mrs. Liu terkejut ketika menemukan banyak beras plastik yang mengambang di air cucian. Teman-temannya yang kebetulan sedang bertamu ke rumahnya, menduga kuat bahwa beras yang mengambang itu adalah partikel plastik.
Petugas toko yang menjual beras kepada Mrs. Liu juga tidak bisa menjelaskan hal ini.
Ketika reporter media mengamati beras yang dibeli oleh Mrs. Liu, terlihat bahwa beras mudah dipisahkan dari tumpukan kecil partikel non-beras biasa yang berbentuk silinder, jernih dan sangat mirip dengan beras asli. Tetapi setelah dimasukkan air, semua beras plastik itu langsung mengambang, muncul ke permukaan.
Ketika menggunakan korek api untuk membakar beras, mereka menemukan bahwa beras yang asli menjadi pasta seperti gosong, tetapi beras-beras plastik akan menjadi lumer mengerut layaknya kalau kita membakar benda plastik.
Menurut pemilik toko mengatakan bahwa mereka telah menjual beras merek dan pabrikan ini selama beberapa tahun dan tidak pernah mengalami situasi seperti ini.
Setelah Mrs. Liu datang untuk melaporkan situasinya, pemilik toko pun segera membuka satu kantung beras merk yang sama yang masih tersegel untuk memeriksa, ternyata tidak menemukan masalah.
Namun, belakangan ini banyak terjadi masalah pada depot-depot badan urusan logistik bahan pangan biji-bijian di seluruh daratan Tiongkok. Antara lain, terdapat lebih dari 2.500 ton biji-bijian pangan mengandung logam berat yang melebihi batas, juga beras hasil pertanian Hunan yang tidak layak konsumsi masuk pasar sampai Guangdong.
Pada tahun tahun 2013 silam, beras mengandung kadmium juga terjadi di Guangdong. Para pejabat lokal mengatakan, “Beras berkadmium yang melebihi batas itu bukanlah beras yang beracun, dan tidak ada masalah meskipun dikonsumsi selama 1 atau 2 tahun”.
Pada bulan April tahun ini, kasus beras beracun juga membuat heboh Provinsi Hunan. Saat kejadian itu terungkap, sebagian beras beracun itu dijual ke pasar Provinsi Yunnan dan tempat-tempat lain. Beras berkadmium yang melebihi standar yang akhirnya disita petugas itu jumlahnya masih sekitar 99 ton.
Banyaknya pemalsuan terhadap bahan pangan di daratan Tiongkok, orang-orang dari Provinsi Zhejiang, Hebei, dan Henan malahan menjadi “terkenal di seluruh negeri” karena penipuan di industri tertentu yang mereka kuasai.
Sebagaimana disebutkan dalam artikel “Kasus Penipuan dan Pemalsuan Beras Wuchang” yang dimuat di situs Zhihu, bahwa kasus penipuan dan pemalsuan beras Wuchang merupakan fenomena pasar serius yang berdampak buruk. Penipuan paling serius dalam beberapa tahun terakhir ini adalah orang-orang dari Tiongkok di wilayah Timur Laut.
Selain pemalsuan beras Wuchang itu sendiri, seperti yang dilansir oleh China Central TV, mencampur beras varietas lain untuk dijual sebagai beras Wuchang juga terjadi di Provinsi seperti Shaanxi, Gansu dan tempat lainnya di negara ini.
Pabrik penggilingan padi dan para pebisnis beras curiga bahwa pesaing atau pihak lain sengaja melakukan pemalsuan demi meraup keuntungan. Wartawan dan produsen telah melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang untuk diusut. (sin)
Keterangan Foto : Lahan pertanian daratan Tiongkok yang tercemar oleh logam berat, dan kandungan logam berat dalam beras Hunan yang diatas ambang sangat mempengaruhi penjualan beras. Gambar menunjukkan stok beras pada sebuah toko di Beijing. (Getty Images)