Berita Palsu Tentang Kolusi Pilpres Rusak Hubungan Amerika Rusia

EpochTimesId – Tuduhan palsu bahwa Presiden Donald Trump berkolusi dengan Rusia selama pemilihan presiden 2016 merusak hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Rusia. Demikian diklaim oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kepada wartawan, di atas Air Force One, dalam perjalanan ke Filipina pada 11 November 2017.

Trump mengatakan bahwa cerita kolusi itu digoreng oleh politisi dan media massa. Akibatnya, sulit bagi Amerika Serikat untuk mendapatkan dukungan Rusia dalam menekan Korea Utara.

Padahal, dukungan Rusia dibutuhkan melalui sarana ekonomi untuk menghentikan program senjata nuklir Korea Utara. Trump saat ini sedang menempuh solusi diplomatik untuk mencapai kesepakatan dengan Korea Utara.

Namun, jika solusi diplomatik menemui jalan buntu, sebuah provokasi dengan senjata nuklir oleh Korea Utara dan tanggapan militer Amerika dan sekutunya akan membuat jutaan orang Korea Selatan, Amerika, dan Korea Utara terancam bahaya.

“Anda berbicara tentang jutaan dan puluhan juta nyawa. Ini bukan mainan anak kecil. Ini adalah masalah besar yang nyata. Dan jika Rusia membantu kami, selain Tiongkok, masalah itu akan jauh lebih mudah dan cepat,” kata Trump.

“Ini adalah saat yang berbahaya-ini bukan barang kecil,” kata Trump. “Ini adalah saat yang sangat berbahaya.”

Menemukan solusi untuk krisis nuklir Korea Utara adalah prioritas nomor satu dalam kunjungan 12 hari Trump ke Asia. Ketika Jepang, Korea Selatan, dan bahkan Tiongkok telah meningkatkan upaya melawan Korea Utara, Rusia tampaknya ketinggalan peran.

Trump mengatakan bahwa Tiongkok telah memerintahkan bank-banknya untuk memotong pembiayaan ke Korea Utara, dan telah mengurangi penjualan dan perdagangan minyak. Rusia mungkin akan turut menanggung kerugian yang diderita Korea Utara.

Sejak menjabat sebagai Presiden, Trump telah membina hubungan dekat dengan pemimpin China Xi Jinping, yang menjamunya di Florida pada bulan April. Mengingat tuduhan kolusi antara kampanye Trump dan Rusia, presiden mengatakan bahwa dia tidak dapat membangun hubungan dekat dengan presiden Rusia.

“Presiden Putin akan sangat membantu, sangat membantu jika saya memiliki Rusia dan China di Korea Utara. Saya pikir itu akan menyelesaikannya, tapi palang buatan ini menghalangi saya,” sambung Trump. “Saya menyebutnya portal buatan Demokrat. Ini menghalangi, sungguh memalukan.”

Ketika Trump mengikuti pemilihan presiden tahun lalu, lawan-lawan politiknya telah menggoreng tuduhan bahwa dia berkolusi dengan Rusia dalam memenangkan pilpres. Namun, setelah satu tahun penyelidikan, tidak ada bukti adanya kolusi semacam itu yang ditemukan.

Mantan Direktur Intelijen Nasional, James Clapper, yang mengawasi laporan badan intelijen gabungan mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan tersebut, mengatakan di bawah sumpah di hadapan Kongres pada tanggal 8 Mei 2017 bahwa tidak ada bukti adanya kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia.

Menurut ‘Shattered’, sebuah buku yang menceritakan kisah dalam kampanye Hillary Clinton, dalam waktu 24 jam setelah kehilangannya, tim Clinton mengembangkan sebuah strategi untuk berfokus pada peretas Rusia. Ini akan dipresentasikan sebagai cerita tak terhitung pemilihan, yang menjelaskan kerugiannya karena gangguan.

Bukti muncul bulan lalu bahwa salah satu sumber utama tuduhan kolusi tersebut, sebuah dokumen yang diproduksi oleh sebuah perusahaan bernama Fusion GPS, yang dibayar oleh tim kampanye Clinton dan DNC.

The Washington Post melaporkan bahwa pembayaran kepada perusahaan tersebut disembunyikan oleh tim kampanye Clinton dan DNC dengan mengarahkan mereka melalui firma hukum. Pembayaran tersebut juga sengaja salah diberi label dalam pengajuan FEC.

Laporan setebal 35 halaman, yang ditandai sebagai rahasia, terkait secara eksklusif pada sumber terkait Kremlin. Ini termasuk pejabat senior Kremlin, pejabat senior Rusia di Kementerian Luar Negeri Rusia, dan seorang mantan perwira intelijen Rusia tingkat tinggi yang masih aktif di Kremlin.

Profesor hukum Ronald Rychlak, seorang ahli terkemuka mengenai operasi disinformasi Rusia, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa berkas Trump memiliki keunggulan dari kampanye disinformasi klasik Rusia.

Berkas yang tidak berdasar tersebar di kalangan politisi dan media dalam upaya mendiskreditkan Trump. Penulis laporan tersebut, mantan mata-mata Inggris MI-5, Christopher Steele, diinstruksikan oleh Fusion GPS untuk memberikan sekurangnya dua briefing langsung mengenai isi laporan tersebut ke sejumlah organisasi media, termasuk The New York Times, dan Washington Post.

Pengumpulan dan penyebaran informasi palsu yang disengaja dari pejabat Rusia oleh DNC dan tim kampanye Clinton telah menimbulkan pertanyaan tentang kolusi.

“Ada bukti jelas dari kampanye Clinton yang berkolusi dengan intelijen Rusia untuk menyebarkan informasi palsu untuk mempengaruhi pemilihan,” ujar sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders pada 30 Oktober 2017. (waa)