Perang Antara Restrukturisasi Besar dan Kesadaran Besar

CHEN WEIYU DALAM OPINI “DUNIA DI MATA WEIYU”

Hari thanksgiving atau pengucapan syukur digelar di Amerika Serikat, perayaan ini telah dimulai sejak musim gugur Tahun 1621. Para kaum Puritan berasal dari Inggris mengarungi samudera tiba di Benua Amerika, setelah melalui berbagai kesulitan akhirnya menancapkan akarnya di benua ini, sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan atas panen raya pertama mereka, maka digelarlah pesta meriah selama 3 hari, dan tradisi ini pun terus dilanjutkan hingga sekarang. 

Pada tahun 1863, Presiden Lincoln secara resmi mengumumkan hari thanksgiving sebagai hari libur nasional.

Kemudian digelar forum  dengar pendapat di negara bagian Pennsylvania, tim pengacara Trump langsung meraih kemenangan pertamanya. 

Laporan menunjukkan dalam 90 menit terjadi beberapa lonjakan jumlah suara yang mendadak, Biden meraih lebih dari 570.000 suara, sementara Trump hanya 3.200 suara, perbandingannya adalah 178 banding 1, angka rasio yang tidak masuk akal ini tak pelak memicu gelak tawa penonton. 

Selain itu, surat suara via pos total sebanyak 1,8 juta lembar tapi perhitungan suara mencapai 2,5 juta lembar; lalu 47  USB tidak bisa ditemukan. Benar- benar tidak masuk akal dan sangat aneh. Akhirnya hakim memerintahkan pembekuan terhadap surat suara.

Mantan tokoh militer AS Jeffrey Prather dalam suatu wawancara menyebutkan dua kata kunci, yang pertama adalah monster laut “Kraken”, dan yang kedua adalah “restrukturisasi besar” dan “kesadaran besar.”  Ia mengatakan saat ini sedang terjadi perang antara restrukturisasi besar melawan kesadaran besar. 

Apa yang dimaksud dengan restrukturisasi besar?

Raksasa internet kaya mendadak, perusahaan kecil bangkrut

Mungkin  Anda  akan berkata  terlalu   mengada-ada, namun penulis mencoba memperlihatkan    sebuah angka  yang mengejutkan.  

Sejak  merebaknya  pandemi di   seluruh   dunia,   laba   Amazon   melonjak  100%,  Walmart  naik  80%,  laba  Target naik 80%, laba Lowe’s naik 74%, Microsoft, Facebook, Apple, Google, telah memecahkan  rekor  tertinggi  sepanjang  sejarah  di bursa  saham.  

Di  sisi  lain,  21%  perusahaan kecil bangkrut, pendapatan turun 30%, jika tidak dibantu, maka mereka akan musnah di tengah lockdown.

Lockdown karena pandemi, membuat para CEO raksasa teknologi  itu  meningkat kekayaannya hingga puluhan miliar dolar AS, sementara perusahaan kecil justru mengalami kerugian melebihi USD 200 miliar. 

Di Inggris, para supir taksi hanya dapat bertahan hidup dengan pendapatan yang teramat rendah. Inilah “restrukturisasi besar” yang diucapkan oleh mulut para politikus berbagai negara. Coba simak apa kata Perdana Menteri Kanada Trudeau: “Politikus berbagai negara harus mengucapkan satu kosakata, restrukturisasi besar, reset.”

Apa sebenarnya makna dari restrukturisasi besar yang mereka katakan itu? Kekayaan dan populasi, adalah dua angka yang ingin mereka ubah. Dan, pandemi seluruh dunia kali ini telah mengubah angka populasi dan pembagian kekayaan pada tingkat tertentu dalam lingkup global, dan angka- angka ini masih terus berubah, semuanya belum berhenti.

Demokrasi dan kebebasan tengah digerogoti sedikit demi sedikit

Orang Amerika sejak dulu telah menghirup udara kebebasan, tidak pernah dibatasi kebebasannya oleh pemerintah. Kini, kebijakan yang ditetapkan kelompok sayap kiri AS jika dilihat dari sudut pandang warga Tiongkok tidak ada yang salah, tapi bagi warga AS, ini adalah awal dirampasnya kebebasan. 

Berbagai aturan lockdown seperti memakai masker dan menjaga jarak, adalah ditetapkan bagi warga biasa, akan tetapi, orang-orang yang menetapkan peraturan tersebut, sama sekali tidak menaatinya.

Masih ingat ketika ketua DPR AS Nancy Pelosi yang melanggar peraturan untuk pergi ke salon penata rambutnya pada masa lockdown pandemi? Gubernur California Gavin Newsom bersama pakar World Medical Association, menetapkan perintah tetap tinggal di rumah, tapi dia sendiri bersama pakar WMA itu bersantap malam bersama di sebuah restoran Prancis yang  mewah, selain tidak mengenakan masker, juga tidak menjaga jarak atau social distancing. Juga Walikota Chicago Laurie Lightfoot sembari menghadiri pesta jalanan mendukung Biden, sembari memberi perintah bagi orang lain agar tetap tinggal di rumah, mereka-mereka ini berasal dari Partai Demokrat.

Demokrasi dan kebebasan sedang digerogoti sedikit demi sedikit. Mereka ingin membuat pemerintah mengatur kehidupan setiap orang, mulai dari pekerjaan, keluarga, bepergian, bahkan hidup dan mati. 

Mereka yang akan menentukan buka tutup dan beroperasinya setiap perusahaan dan setiap restoran mau pun hotel, mereka yang akan menentukan apakah suatu negara ditutup dengan lockdown atau dibuka kembali, mereka juga yang akan menentukan jumlah orang dalam pertemuan ibadah dan pesta pernikahan serta kegiatan sosial. 

Pemerintah akan membantu Anda memutuskan apa yang seharusnya  Anda lakukan, apa yang boleh Anda lakukan, yang tidak boleh Anda lakukan, bahkan mereka akan memberitahu Anda agar tidak memeluk keluarga Anda pada saat hari Natal. 

Lalu, banyak orang yang telah mati rasa akan beranggapan, semua ini adalah demi keselamatan jiwa warga, ini adalah bentuk kepedulian pemerintah bagi warganya, lalu menaatinya dengan mati rasa.

Seluruh dunia meniru model Komunis Tiongkok dalam mengatur warga?

Sekarang, masih ada berapa negara yang bersiap menuntut pertanggung-jawaban Komunis Tiongkok atas pandemi yang terjadi ini? Virus bersumber dari Wuhan  menyebar ke berbagai penjuru dunia, Komunis Tiongkok justru menjadi contoh tindakan pencegahan bagi seluruh dunia, seluruh dunia telah mulai meniru Komunis TIongkok dalam hal mengatur warganya. 

Pandemi membuat pemerintahan berbagai negara memaksakan satu persatu aturan mulai dari pengukuran suhu tubuh, pemeriksaan fisik, kode kesehatan, vaksin, mata uang digital, kepada setiap warganya, metode pengendalian totaliter yang menjadikan manusia yang bebas sebagai budak tahanan telah menyebar ke seluruh dunia.

Bill Gates sangat memuji isolasi paksa dan tindakan pencegahan pandemi dengan pengendalian big data, vaksin micro-chip yang sedang ditelitinya pada saat dilakukan vaksinasi secara bersamaan akan menanamkan biochip ke dalam tubuh manusia, apakah ini cara menciptakan kesejahteraan bagi manusia dengan teknologi tinggi? 

Lima tahun lalu dalam pidato TED, Bill Gates mengatakan: dalam beberapa dekade mendatang yang akan membunuh puluhan juta orang adalah virus dengan tingkat penularan yang tinggi. 

Pada Maret 2020 lalu, Bill Gates mengajukan hak paten untuk menanamkan microchip ke dalam tubuh manusia, berencana mengumpulkan data dari microchip, vaksin, komputasi cloud, dan ciri biologi menjadi data yang terintegrasi.

Suatu hari, pemerintah akan memberitahu Anda, pandemi ini telah secara serius mengancam negara dan rakyat kita, kita harus melakukan vaksinasi berupa vaksin microchip secara paksa kepada setiap orang, orang yang tidak divaksin tidak boleh masuk sekolah, bekerja, dan mendapat pengobatan medis. Apakah Anda masih akan merasa tidak jadi masalah? Hari-hari seperti itu tidak akan lama lagi, dan jika Biden terpilih, maka musim dingin yang gelap itu pun akan segera tiba.

Uskup Agung Vigano: “Restrukturisasi besar” taklukkan seluruh umat manusia

Dalam surat kedua Uskup Agung Carlo Maria Viganò yang ditujukan kepada Presiden Trump dikatakan, sebuah rencana global yang disebut “restrukturisasi besar” sedang berlangsung. 

Perancangnya adalah sekelompok elite dari seluruh dunia, mereka ingin menaklukkan seluruh umat manusia, mengambil tindakan paksa, secara tuntas membatasi kebebasan setiap orang dan seluruh masyarakat. 

Di sejumlah negara, rencana ini telah mendapat persetujuan dan pendanaan; di sejumlah negara lainnya, rencana ini masih dalam  tahap  awal. 

Di belakang para pemimpin dunia, ada sekelompok orang yang tidak bermoral, yang mendanai Forum Ekonomi  Dunia dan “Event 201” (New World Order), untuk mendorong agenda ini.

Restrukturisasi besar bukanlah semacam slogan politik yang hampa, melainkan suatu sasaran yang nyata. Sebuah rencana dengan menciptakan bencana tertentu untuk mencapai tujuan segelintir orang menguasai kebanyakan orang. 

Segelintir orang ini adalah para penganut globalisme yang kita bahas tadi. Kaum globalis sedang membentuk sejumlah organisasi yang tidak dipilih oleh rakyat untuk menetapkan aturan, seperti  ASEAN, Uni Eropa, PBB, WHO dan lain-lain, organisasi internasional seperti ini bukan atas keinginan masyarakat, dan anggotanya juga bukan dipilih oleh rakyat secara pemilu, dengan kata lain tidak bisa mewakili suara rakyat.

Tapi, mereka justru memengaruhi politik, ekonomi dan berbagai bidang lainnya pada setiap negara di lingkup dunia, seperti setelah merebaknya pandemi, semua negara harus bertindak sesuai dengan informasi dari WHO, hal ini telah merampas hak warga. Akibatnya, hanya Taiwan, yang tidak bergabung dalam WHO, tidak menaati tuntutan WHO, justru telah berhasil melindungi warganya dari pandemi ini.

Suatu perang antara restrukturisasi besar dengan kesadaran besar

Intinya, restrukturisasi besar adalah sekelompok  elite  penganut globalisme yang berniat mewujudkan paham komunis di lingkup dunia, memanfaatkan pemerintahan dunia untuk mengendalikan warga di setiap negara. 

Mereka tidak berani terang- terangan menggunakan istilah paham komunis ini, maka digunakanlah kemasan yang indah berupa globalisme ini, untuk menipu masyarakat dunia. 

Di Amerika, kebijakan yang ditetapkan oleh Partai Demokrat adalah bertujuan mewujudkan idealisme globalisme mereka di Amerika.

Seperti yang dikatakan oleh Jeffrey Prather, ini adalah suatu perang restrukturisasi besar melawan kesadaran besar. Ini bukan suatu ajang pemilu politik biasa, bukan pula suatu aktivitas demokrasi konvensional, ini bukan pemilihan presiden, yang dipilih adalah masa depan Amerika dan masyarakat seluruh dunia, apakah Anda ingin Amerika dan seluruh dunia berubah menjadi sistem politik seperti model kediktatoran Komunis Tiongkok atau berharap melindungi kebebasan Amerika, dan kemudian mewujudkan kebebasan di Tiongkok? Sekarang adalah saat yang tepat untuk sadar diri.  (Sud)

Keterangan Foto : Foto menunjukkan pada 18 November 2014, Carlo Maria Viganò, mantan Uskup Agung Katolik di Amerika Serikat, mengucapkan Otorisasi Rasul di Holy Name Cathedral di Chicago. (Foto oleh Charles Rex Arbogast-Pool/Getty Images)

Video Rekomendasi :