Tian Yun
Baru-baru ini, pidato oleh seorang dosen dari Renmin University of China atau lebih dikenal Renda bernama Di Dongsheng yang berinisiatif mengungkap penetrasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap Amerika telah beredar hangat. Lalu menyusul media massa AS mengungkap kasus seorang mata-mata wanita PKT yang menggoda politikus AS, telah memicu kehebohan baru.
Menggabungkan pidato oleh seorang dosen dari Renmin University of China bernama Di Dongsheng dan kasus seorang mata-mata wanita Komunis Tiongkok, kedua kejadian ini dan melihat kasus kecurangan pemilu kali ini, makin menonjolkan betapa seriusnya bahaya PKT, serta makna penting investigasi fakta sampai tuntas oleh Presiden Trump.
Berapa Banyak Elit Amerika Bekerja Untuk Melayani PKT?
Pada 7 Desember 2020, pembaca berita terkenal Fox News, Tucker Carlson dalam acaranya telah menayangkan cuplikan pidato Di Dongsheng, berdasarkan kejadian ini mengulas suatu topik bahasan “para elit kita bekerja untuk PKT”.
Carlson mempertanyakan, “Siapakah mereka, berapa banyak dari mereka yang bekerja di media massa dan di pemerintahan kita?” Ia juga menyatakan, dosen Tiongkok ini telah membenarkan adanya ikatan tertentu antara Hunter Biden dengan penguasa Beijing.
Latar belakang Di Dongsheng cukup sarat akan nuansa birokrasi, ia dipandang sebagai salah seorang penasihat (think tank) Xi Jinping, dalam pidatonya hari itu ia mengingatkan dirinya sendiri, harus memperhatikan skala tahu diri, dan mengungkap “pembenaran politik”, bisa dikatakan ia tidak sekedar omong kosong.
Setelah video itu beredar panas di internet dengan cepat dihapus seluruhnya oleh sensor Komunis Tiongkok. Hal ini semakin menonjolkan kebenaran konten video dan tingkat sensitivitasnya.
Ada tiga hal yang “diungkap” oleh Di Dongsheng :
yang pertama adalah, selama puluhan tahun sebelum 2016, dalam berhubungan dengan Amerika, PKT selalu saja bisa “siang hari cekcok, malam hari rukun kembali”, adalah berkat adanya “jalur yang bisa diandalkan”. “Kami ada orang di atas sana, di kalangan yang berkuasa di Amerika kami punya banyak teman lama!” seru Di.
Kedua, yayasan global milik Hunter Biden didukung oleh PKT di baliknya. Di berkata, “Di dalamnya juga terjadi transaksi jual beli.”
Ketiga, PKT tidak bisa menaklukkan Trump, Wall Street berusaha membantu Komunis Tiongkok dalam perang dagang, tapi juga tidak berhasil menaklukkan presiden yang menjabat sekarang ini.
Selain itu, Di Dongsheng juga memberikan satu contoh, yang menyangkut tokoh dan lokasi yang konkrit. Yaitu sebelum kunjungan Xi Jinping ke AS pada 2015, salah satu kementerian Komunis Tiongkok, demi memeriahkan suasana, berencana mengadakan kegiatan di sebuah toko buku terkenal di Washington DC yaitu toko “Politics & Prose Bookstore”.
Di Dongsheng yang menerima perintah pun mendatangi toko itu untuk bernegosiasi, tak disangka pemilik toko tidak bersedia bekerja sama dengannya, ini menjadi kali pertama terpatahkannya keyakinan dosen dari RUC itu bahwa “tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa diselesaikan dengan dolar Amerika”.
Kemudian seorang wanita Yahudi tua direktur cabang Asia sebuah lembaga finansial bergengsi dari Wall Street, memberi tekanan kepada pemilik toko, baru bisa menyelesaikan masalah ini. Direktur wanita Yahudi itu berkata kepada Di Dongsheng, dia mempunyai kewarganegaraan Tiongkok dan kartu keluarga di kota Beijing, dia juga memiliki rumah bergaya Siheyuan (rumah atrium Tiongkok klasik ) di jalan Chang’An Avenue, Di Dong-sheng dipersilahkan datang untuk minum teh bersama di rumahnya.
Di Dongsheng berkata, Tiongkok tidak membenarkan kewarganegaraan ganda. Jadi sejak awal ia merasa sangat tidak nyaman terhadap kewarganegaraan ganda yang dimiliki direktur wanita itu, “Dia seorang wanita tua tidak mungkin melepaskan kewarganegaraan Amerika dan Israel sekaligus, hanya demi memperoleh status warga negara Tiongkok… Seketika itu saya mengerti, inilah kawan lama Republik Rakyat Tiongkok.” Jelas, demi “kawan lama” ini, Komunis Tiongkok pun telah melanggar undang-undang kewarganegarawan yang ditetapkannya sendiri.
Cerita ini begitu mengerikan. Elit Wall Street telah membantu PKT menyelesaikan sebuah misi propaganda, dia bukan hanya sebagai perwakilan ekonomi PKT di Amerika, tapi juga sebagai perwakilan politik. Ketika Di Dongsheng meminta wanita itu untuk berbagi “kisah suksesnya”, dia hanya menggunakan tiga kata “Jiang Dao Li” (artinya bicara prinsip).
Di Dongsheng memberitahu seluruh hadirin, hal ini membuatnya teringat akan skenario dalam film “The Godfather” di mana mafia memenggal kepala kuda untuk menakuti lawannya. Lihat saja, hal yang tidak bisa diselesaikan oleh dosen RUC ini dengan uang, bisa diselesaikan oleh perwakilan Komunis Tiongkok di Amerika dengan cara lain.
Tidak hanya Carlson yang bertanya-tanya, warga seluruh AS pun seharusnya bertanya-tanya: Berapa banyak politikus AS, pejabat, pelaku media massa, raksasa teknologi, taipan finansial, pengawas pendidikan, dan perwakilan komunitas Tionghoa yang bekerja melayani PKT?
Semua kesepakatan yang dicapai, transaksi yang diselesaikan, dan kebijakan yang dibuat di bawah pengaruh mereka semua itu, apakah dengan tujuan untuk menguntungkan PKT dan merugikan AS?
Di Balik Godaan Seksual Spionase Wanita PKT
Pada 8 Desember 2020, media massa AS yakni AXIOS menayangkan secara eksklusif suatu kasus mata-mata PKT.
Pada 2011, status seorang wanita bernama Christine Fang muncul di California dengan status sebagai pelajar asing, dia terpilih menjadi Ketua Asosiasi Pelajar Tiongkok di kampusnya, dan terus menjalin komunikasi yang sangat intens dengan Konjend Komunis Tiongkok di San Francisco.
Selama empat tahun studinya, Christine Fang aktif di kalangan politik di wilayah Bay Area San Francisco, California, dan di seluruh wilayah AS, dia bergaul sangat akrab dengan banyak politikus AS. Setidaknya pernah terjadi dua kali skandal seks dengan pejabat AS, salah satu di antaranya adalah seorang walikota dari negara bagian Ohio.
Pada pertengahan 2015, setelah diinvestigasi oleh FBI, Christine Fang mendadak pulang ke Tiongkok, dan sejak saat itu dia menghilang.
Menurut berita dari AXIOS, sasaran utama Christine Fang adalah seorang anggota kongres negara bagian California yakni Eric Swalwell. Saat keduanya baru saling mengenal, Swalwell hanyalah seorang anggota kongres kota. Christine Fang berkali- kali membantunya menggalang dana dan membantu karirnya menanjak cepat.
Pada 2013 Swalwell pun menjadi anggota kongres, lalu diangkat sebagai anggota Komisi Khusus Senat AS Bidang Intelijen (US Senate Select Committee on Intelligence), juga menjabat sebagai Ketua Perwakilan Partai Demokrat dalam Komisi Pengawas CIA, yang menguasai rahasia tertinggi Amerika Serikat.
Setelah media massa Business Insider dan situs berita Scene mengungkap kisah Christine Fang, kantor Swalwell tidak pernah lagi menerima wawancara, dan tidak menanggapi pertanyaan media massa yang bertanya “apakah ada hubungan seksual antara Anda dengan Christine Fang”, dan menyebut pertanyaan tersebut merupakan arsip tingkat “rahasia”.
Pada 9 Desember 2020, Swalwell berbicara di media sayap kiri CNN dan Politico. Namun, tidak mengklarifikasi hubungannya dengan Christine Fang. Sebaliknya, justru meragukan momentum terungkapnya peristiwa itu mencurigakan”. Reaksinya sangat menyerupai respon kubu Biden yang mengatakan rumor “kasus hard drive” merupakan “berita palsu dari Rusia”.
Tidak berani menyangkal secara tegas, bisa dipastikan ada sesuatu di baliknya.
Pada 9 Desember 2020, ketua partai minoritas di kongres AS yakni Kevin Mccarthy saat diwawancarai oleh Fox News menyatakan, “Ini hanya secuil dari pucuk gunung es saja, mata-mata Komunis Tiongkok telah menjangkau hingga kelas walikota, Komunis Tiongkok membantu seorang anggota kongres kota menjadi seorang anggota kongres negara. Sekarang anggota kongres ini telah duduk di Komisi Intelijen.”
McCarthy berpendapat, Swalwell seharusnya dipecat dari jabatannya di Komisi Khusus Intelijen senat, bahkan seharusnya dipecat dari kongres AS.
Trump Serang Balik PKT dan Pemilu AS
Dua kasus di atas telah mengungkap taktik penetrasi PKT : Penempatannya menyeluruh dari atas ke bawah dan melintasi berbagai lini, dengan jaringan orang yang luas, serta tertancap dalam setelah bertahun-tahun.
Panjangnya jangkauan tangan PKT telah mencapai rahasia intelijen tertinggi AS dan juga pemilu AS.
Sebelum kejadian ini, kongres AS, banyak media massa dan lembaga investigasi independen, telah mengumumkan banyak laporan investigasi, secara mendalam mengungkap cara kerja Front Persatuan (United Front Work) PKT di Amerika, membedah Institut Konfusius, dan fungsi Asosiasi Pelajar dan Mahasiswa Tiongkok (CSSA) sebagai alat bagi PKT, serta menunjukkan kenyataan bahwa berbagai bidang telah disusupi oleh PKT seperti pendidikan, media massa, polisi, juga komunitas etnis Tionghoa, dan lain sebagainya.
Terhadap sasaran yang ingin digandeng oleh Komunis Tiongkok, acap kali dipancing dengan godaan uang dan seksualitas, setelah sasaran terpancing, “keuntungan” yang diterimanya pun akan menjadi pegangan bagi PKT untuk memerasnya di kemudian hari.
Baik Hunter maupun Swalwell, mereka telah dicengkeram Komunis Tiongkok di dalam cakar besinya. Jadi, Joe Biden tidak berani menyinggung PKT, dan menyebutkan bahwa “Mereka adalah orang baik-baik”.
Presiden Trump pernah memperingatkan, jika Biden terpilih menjadi presiden, maka PKT akan menguasai Amerika, dan hal ini tidak main-main. Beruntung mayoritas warga pemilih AS telah menyadari, Biden adalah boneka Beijing, begitu Partai Demokrat sayap kiri meraih kekuasaan, maka Amerika akan dibawa menuju jalan sosialisme yang berbahaya dan tidak bisa kembali lagi.
Selain itu, menurut seorang narasumber, sebuah percetakan di Guangdong telah mulai memalsukan surat suara AS sejak Juli lalu, yang kemudian lewat negara ketiga dikirim ke Amerika.
Fakta membuktikan, garis keras pemerintahan Presiden Trump selama empat tahun terakhir terhadap PKT adalah pilihan yang tepat, harus, tepat waktu, dan berhasil.
Tindakan “mengeringkan rawa-rawa Washington” termasuk membersihkan para politikus yang telah disuap oleh PKT, termasuk juga menyingkirkan elit Wall Street yang telah berkonspirasi dengan PKT.
Para tokoh politik dan bisnis yang telah terjebak dalam perangkap PKT, walaupun tidak ikut dalam kecurangan pemilu, juga sangat berharap Biden akan terpilih, agar mudah meraup keuntungan di kemudian hari.
Jadi, menyelidiki kecurangan pemilu akan secara tuntas mengungkap layar hitam korupsi dalam ruang lingkup yang luas, dapat membantu mengembalikan pemerintahan yang bersih, melindungi hukum dan ketertiban.
Di Dongsheng mengira Biden telah menguasai kemenangan ini dan Trump bukan lagi ancaman, sehingga sombong, menjadi gegabah dan keceplosan, berinisiatif menyerahkan “pistol yang masih berasap” itu.
Media massa AS langsung merespon kasus mata- mata itu setelah Presiden Trump mengunggah berita Fox News, seolah ada tren yang langsung merespon, benar-benar Langit sedang membantu Trump. (sud)
Video Rekomendasi :