Celia Farber
Hari-hari pertama peluncuran vaksin COVID-19, setidaknya ada 4 kasus kematian akibat serangan jantung yang dilaporkan terjadi pada orang yang berusia antara 75 tahun hingga 91 tahun, di 3 negara. Akibat kejadian ini, pihak berwenang meminta orang-orang agar tidak panik.
Kematian yang dilaporkan ini semuanya terjadi antara 2 jam hingga lima hari setelah vaksin Covid mRNA BioNTech Pfizer diberikan. Dalam semua kasus, mereka memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Di Kalmar, Swedia, seorang pria berusia 85 tahun dengan kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya, meninggal dunia akibat serangan jantung pada tanggal 29 Desember 2020, sehari setelah menerima suntikan vaksin tersebut.
Di Israel, ada dua kasus kematian, di mana kasus pertama adalah seorang pria berusia 75 tahun dari Beit She’an,yang meninggal akibat serangan jantung dalam dua jam setelah vaksinasi. Kasus kedua adalah seorang pria berusia 88 tahun, meninggal dunia di Yerusalem, juga dalam 2 jam setelah vaksinasi.
Di Lucerne, Swiss, seorang pria berusia 91 tahun, seorang penghuni panti jompo, meninggal dunia, 5 hari setelah menerima vaksin Covid mRNA BioNTech Pfizer.
Media Israel mendesak orang-orang untuk tidak menganggap vaksin sebagai penyebab kematian.
Dalam sebuah artikel yang melaporkan dua kematian tersebut, The Jerusalem Post menyoroti sebuah seruan untuk transparansi dari produsen-produsen vaksin tersebut:
“Dalam menanggapi laporan kematian itu, Israel’s Midaat Association mengatakan saat vaksin diberikan pada penduduk berisiko, ‘mungkin ada kasus-kasus yang tidak menguntungkan. Seseorang tidak boleh menyimpulkan dari hal ini mengenai keamanan vaksin tersebut, tetapi terimalah transparansi yang diperlukan dari perusahaan-perusahaan farmasi dalam proses persetujuan obat itu.”
Para lanjut usia, di panti jompo dan panti perawatan, berada di baris pertama yang menerima vaksin tersebut, karena dianggap paling rentan.
Menyusul kematian pria di Swedia, pada tanggal 29 Desember 2020, pihak berwenang kesehatan Swedia diwawancarai oleh media. Dalam komentarnya, pihak berwenang kesehatan Swedia tidak menolak atau pun memastikan bahwa pria tersebut meninggal dunia sebagai akibat vaksinasi. Mereka menjanjikan penyelidikan penuh, begitu hasil otopsi dikeluarkan.
Kematian pria berusia 85 tahun itu dilaporkan ke Badan Produk Medis Swedia, “Lakemedelsverket” serta dilaporkan ke Badan Kesehatan Federal “Folkhalsomyndigheten,” di mana Kepala Pejabat Medis Dr. Mattias Alvunger mengatakan karena terkait dengan waktu — kematian terjadi begitu cepat setelah suntikan tersebut:
“Hal tersebut tidak tergantung pada kami,” Dr. Mattias Alvunger dikutip di media Swedia, menekankan bahwa hal tersebut adalah masalah protokol. “Mengingat semua kekhawatiran mengenai keamanan vaksin-vaksin COVID, yang lebih mendesak adalah kita sepenuhnya transparan, dan mengikuti protokol yang ditetapkan.”
Sambil mendesak orang-orang untuk tidak menyimpulkan vaksin-vaksin adalah tidak aman dan harus dihindari, sebuah perwakilan dari grup keamanan farmasi Badan Produk Medis Swedia, memberitahukan kepada Radio Sverige, “Saya mengerti bahwa orang-orang merasa khawatir,” mengingat perhatian mereka “sepenuhnya adalah normal dan dapat dimengerti.”
Komisi Uni Eropa memberikan kewenangan pemasaran bersyarat kepada vaksin Covid mRNA BioNTech Pfizer bernama “Comirnaty,” pada tanggal 19 Desember 2020.
Badan Kesehatan Federal Swedia, Folkhalsomyndigheten, yang dipimpin oleh Anders Tegnell, menyatakan di situs websitenya vaksin COVID atau vaksin lain apa pun tidak akan diwajibkan di Swedia.
Swedia juga tidak akan menawarkan vaksin kepada wanita hamil atau anak-anak yang berusia di bawah 17 tahun, kecuali jika para dokter membuat permintaan khusus dalam kasus-kasus individu.
Setelah hampir setahun menolak lockdown dan pemakaian masker akibat COVID, kini pihak berwenang Swedia menyarankan penggunaan masker yang sangat terbatas hanya saat jam-jam sibuk di beberapa transportasi umum, terutama mengikuti tekanan dari luar Swedia.
Sementara itu, Finlandia mengumumkan sebuah dana publik untuk mengkompensasi masa depan korban-korban akibat kerusakan vaksin.
Saat Pfizer BioNTech mempresentasikan data keamanan kepada Administrasi Makanan dan Obat AS dalam sebuah dokumen arahan pada tanggal 10 Desember 2020, laporan tersebut menyatakan: “Kejadian Buruk yang Serius yang paling sering dilaporkan adalah Gangguan Jantung (0,1% di masing-masing kelompok terapi).”
Israel telah meluncurkan vaksin-vaksin pesaing.
Seiring muncul laporan-laporan dari hasil yang “mengecewakan” untuk vaksin Covid “Arcturus,” The Jerusalem Post menerbitkan sebuah artikel berjudul: “Israel’s Hottest 2020 Status Symbol: A Pfizer Vaccine” yang menggambarkan seberapa jauh orang-orang segera pergi untuk mendapatkan vaksinasi.
Pada tanggal 30 Desember 2020, Israel memimpin dunia dalam angka vaksinasi, di mana 7,44 persen penduduk sudah divaksinasi.
Hanya sebulan yang lalu, The Jerusalem Post melaporkan, separuh negara menentang vaksin tersebut. Akan tetapi mengikuti kampanye selebriti, politisi, dan penulis terkenal untuk mendapatkan vaksinasi, itu rasa ragu-ragu bercampur takut menghilang, dan orang Israel digambarkan sebagai sedang berada “dalam sebuah perlombaan yang panik untuk mendapatkan vaksinasi secepat mungkin.”(vv)
Keterangan Foto : Seorang apoteker bersiap untuk mengirimkan vaksin Pfizer COVID-19 di Falls Church, Va., Pada 30 Desember 2020. (Brendan Smialowski / AFP via Getty Images)
Video Rekomendasi :