Reuters
Media Partai Komunis Tiongkok mempublikasikan klaim kemenangan di perbatasan India-Tiongkok pada acara penguburan para tentara yang gugur. Para netizen tidak diperbolehkan bertanya mengenai jumlah korban yang sebenarnya. Para ahli yakin bahwa hasil hasutan Komunis Tiongkok mengenai konflik Tiongkok-India, sebenarnya adalah sebuah kegagalan yang strategis.
Para pejabat militer India dan Tiongkok menyimpulkan negosiasi ke-10 pada 10 Februari 2021 yang mengumumkan bahwa penarikan tentara dan senjata dari Danau Pangong Tsao telah diselesaikan. Namun demikian, di daerah-daerah lainnya yang dipersengketakan sepanjang Garis Kontrol Aktual-Line of Actual Control (LAC). Masalah tersebut belum terselesaikan dan diperlukan pembicaraan-pembicaraan lebih lanjut.
Pada 15 Juni tahun lalu, tentara Tiongkok bentrok dengan tentara India di lembah Galwan. Jumlah total tentara India yang meninggal dunia dalam konflik tersebut adalah 3 orang, dan 17 tentara India terluka parah dan meninggal dunia akibat paparan suhu di bawah titik beku yang terus-menerus. Tidak sampai 19 Februari, Komunis Tiongkok merahasiakan korban-korban untuk pertama kalinya. Jumlah itu mencakup kematian sebuah komando batalyon tiga tentara serta seorang komandan resimen yang terluka parah.
Influencer Tiongkok yang dikenal dengan nama “La Bi Xiao Qiu”, meragukan jumlah resmi tersebut. Ia menduga bahwa komandan resimen yang terluka itu, selamat dari konflik tersebut karena ia adalah pejabat tertinggi, sejak empat komandan resimen lainnya meninggal yang kemungkinan menyelamatkan yang lainnya, bahkan siapa pun yang berupaya menyelamatkan yang lainnya meninggal dunia. Maka ada beberapa orang yang tidak diselamatkan, yang mana berarti bahwa tidak hanya empat orang terbunuh.
“La Bi Xiao Qiu”, yang nama aslinya adalah Qiu, adalah seorang wartawan untuk pengamat ekonomi. Ia kemudian ditahan oleh pihak berwenang atas dugaan menciptakan gangguan dengan meremehkan para pejabat dan tentara Tiongkok.
Seorang pria berusia 28 tahun bermarga Chin ditahan di Beijing pada malam 20 Februari juga ditahan. Lainnya seorang pria berusia 28 tahun di kota Mianyang, Provinsi Sichuan, pada 22 Februari 2021. Mereka ditahan karena membuat catatan yang meremehkan para penjaga perbatasan, itu saat India melaporkan penahanan tiga blogger internet di Tiongkok.
Laporan tersebut mengutip para pejabat militer India yang mengatakan, sebanyak 45 orang prajurit Tiongkok terbunuh dalam bentrokan di Lembah Galwan. Pada 16 Juni tahun lalu, media Amerika Serikat mengutip sebuah laporan intelijen Amerika Serikat yang mengatakan, sebanyak 35 tentara Tiongkok terbunuh atau luka parah.
Profesor Yeau-Tarn Lee dari Institut Studi Perkembangan di National Chengchi University (NCCU) Taiwan mencatat, bahwa sifat Partai Komunis Tiongkok yang kejam dan pembohong menyebabkan orang-orang tidak mempercayainya.
Yeau-Tarn Lee menuturkan, apa yang lebih menakutkan mengenai kediktatoran adalah anda tidak tahu berapa banyak orang yang meninggal dunia, atau apakah ada kematian. Masalah-masalah kehidupan manusia, mengenai virus Komunis Tiongkok atau epidemi Wuhan, berapa banyak orang yang meninggal dunia di Wuhan? Orang-orang tidak mempercayainya. Berapa banyak orang yang meninggal dunia dalam perang ini? Orang-orang tidak mempercayainya sama sekali. Orang-orang mempertanyakan bahwa lebih dari empat orang meninggal dunia.
Dijelaskan juga, sebenarnya orang-orang bersikap patriotik mempertanyakan hal itu. Tindakan aparat yang mematikan kebebasan berpendapat semacam itu, karena dianggap menggoyahkan moral tentara atau menghina tentara-tentara Tiongkok.
Dalam menanggapi protes keras dari masyarakat, Komunis Tiongkok di samping mengambil tindakan-tindakan untuk menghukum para netizen atas komentar-komentarnya, juga menerbitkan rincian-rincian kompensasi bagi empat tentara yang meninggal dunia itu.
Rezim juga mengatakan, Komunis Tiongkok akan menggelar upacara-upacara pemakaman di Taman Makam Pahlawan di kota-kota, di mana keluarga para tentara tersebut berdomisili.
Kantor berita, Xinhua, corong Partai Komunis Tiongkok, pertama kali menerbitkan rekaman video mengenai bentrokan dengan India. Kantor berita itu mengutip sebuah artikel dari koran militer milik Partai Komunis Tiongkok yang memuji para tentara dalam mempertahankan negara.
Zheng Haochang, seorang ahli politik Tiongkok kepada Apple Daily mengatakan, bahwa ada sebuah upaya mobilisasi nasionalistik. Gerakan ini bersamaan dengan laporan-laporan awal kenaikan gaji untuk angkatan bersenjata. Termasuk, segala upaya untuk memperkuat dan menyiapkan angkatan bersenjata.
Haochang menjelaskan, dalam konflik Tiongkok-India, sebenarnya Komunis Tiongkok menderita kerugian besar dan ingin menarik tentaranya sejak lama. Komunis Tiongkok hanya memajukan Garis Kendali Aktual sedikit lebih jauh, di tempat yang terpencil dan tidak berpenghuni, namun hal tersebut menyebabkan WeChat dan TikTok dilarang di India.
Selain itu, kehadiran perusahaan-perusahaan Tiongkok di India menyusut secara dramatis. Kerugian tersebut adalah jauh lebih besar daripada yang diperkirakan Komunis Tiongkok, kerugian yang sedemikian besar sehingga Beijing sebaiknya menyerah sejak lama, bila bukan karena takut kehilangan muka. Akhirnya Komunis Tiongkok menyudahinya. Komunis Tiongkok sudah pasti mengambil kesempatan tersebut dan mempercepat menarik tentaranya.”
Komentator militer, Shenzhou yakin Komunis Tiongkok tidak memenangi perang di perbatasan antara Tiongkok dengan India secara strategis atau secara taktik. Malahan, Komunis Tiongkok mempromosikan hubungan Amerika Serikat dan India yang semakin kuat aliansi “quad” yakni AS, India, Jepang dan Australia. Profesor Yeau-Tarn Lee juga memiliki titik pandang yang sama.
Yeau-Tarn Lee mengatakan, Komunis Tiongkok tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari konfliknya dengan India. Selama delapan bulan, di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan, pesawat-pesawat Komunis Tiongkok berputar-putar mengitari Taiwan untuk mengusik Taiwan. Selama Komunis Tiongkok tetap demikian, sifat otoriter Komunis Tiongkok terkait dengan ekspansi eksternal. Tidak hanya Amerika Serikat, India, Australia dan Jepang, empat negara terpenting di Pasifik membentuk sebuah “NATO kecil.” Semua negara-negara demokrasi liberal di seluruh dunia, juga harus menyoroti bahaya ekspansi totalitarian oleh Partai Komunis Tiongkok di seluruh dunia dan melawan Partai Komunis Tiongkok agar hal tersebut tidak terjadi.”
Shenzhou mencatat, bahwa saat ini di bawah penolakan militer Amerika Serikat dan para sekutunya, Komunis Tiongkok tidak berani bertempur di front timur maupun barat secara bersamaan. Komunis Tiongkok dipaksa mundur dari front barat dengan memusatkan perhatiannya pada tekanan militer di Laut Tiongkok Selatan, Laut Tiongkok Timur dan Selat Taiwan. Hal ini menunjukkan Komunis Tiongkok ingin terlihat kuat dari luar. Selain itu, menunjukkan Komunis Tiongkok masih belum menyerah dengan ambisi ekspansinya. Oleh karena itu, negara-negara lain masih harus menanggapinya secara serius. (vv)
Keterangan Foto : Tentara India berjalan di kaki pegunungan dekat Leh pada 23 Juni 2020. – Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan pada 19 Juni bahwa negaranya “terluka dan marah” setelah bentrokan perbatasan dengan Tiongkok yang menyebabkan 20 tentara tewas, dan memperingatkan bahwa tentara telah diberi kebebasan memerintah untuk menanggapi kekerasan terbaru. (TAUSEEF MUSTAFA / AFP melalui Getty Images)