Biografi Kaisar Wu dari Dinasti Han : Kaisar Masa Jaya (11)

Merekrut orang berbakat

Kaisar Wu Dinasti Han (Masa pemerintahan: 9 Maret 141 SM–29 Maret 87 SM) adalah salah satu kaisar yang luar biasa sepanjang sejarah, dengan kaisar sebelumnya disejajarkan dengan  Kaisar  Qin Shi Huang dari Dinasti Qin, dengan kaisar sesudahnya sejajar dengan Kaisar Taizong dari Dinasti Tang. 

Masa kekuasaan  Kaisar Wu, adalah zaman keemasan dimana banyak sekali orang terpelajar dan pejabat berprestasi. Kaisar Wu dikelilingi oleh para menteri dan tokoh legenda yang terkenal dalam sejarah, dalam hal pemerintahan administratif ada Sima Qian dan Sima Xiangru, di bidang militer ada Wei Qing dan Huo Qubing, dalam hal filsuf Konfusius ada Dong Zhongshu dan Gongsun Hong, di bi-dang hukum ada Zhao Yu dan Zhang Tang, di bidang keuangan ada Sang Hongyang, di dunia seni musik ada seniman Li Yannian, duta besar kondang ada Zhang Qian dan Su Wu, dalam bidang penjagaan warisan ada pejabat Huo Guang dan Jin Midi dan masih banyak lagi. 

Para pejabat tersebut, memiliki keahlian tertentu, mereka  berkumpul di sekitar Kaisar Wu, terutama setia demi negara dan bermoral tinggi, serta memberikan sumbangsih yang gemilang.

Sejarawan Ban Gu dalam kitab  “Book of Han” dalam kalimat pujian bagi Kaisar Wu menyebutkan: “Maka dikumpulkan orang berbakat dari seluruh negeri, mempromosikan orang yang kompeten, untuk membangun negeri”, Kaisar Wu sangat membutuhkan dan hanya mempromosikan orang yang berbakat demi penciptaan prestasi yang gemilang. 

Dalam hal memahami dan menggunakan orang, Kaisar Wu memiliki jiwa yang besar dan penglihatan yang bijak, sehingga banyaknya orang berbakat jauh melebihi kedua masa Dinasti Han sebelumnya. Ban Gu pun memberikan penilaian tinggi atas hal ini, “Dinasti Han mendapatkan orang, jauh melampaui sebelumnya”.

Memilih pejabat di awal Dinasti Han

Awal Dinasti Han, berbagai draft aturan baru dibuat, aturan pengangkatan pejabat pun tidak sempurna, walaupun telah muncul banyak tokoh berpengaruh pada awal Dinasti Han, tapi pejabat dan perwira didominasi oleh kaum bangsawan dan kerabat, rakyat biasa khususnya kaum  miskin sangat sulit untuk masuk ke ruang musyawarah. 

Sebelum Kaisar Wu, sistem pemili- han pejabat Dinasti Han terdapat tiga jenis: Yang pertama adalah sistem kebang- sawanan. Mayoritas para pionir pendiri dinasti dalam memperoleh kekuasaan adalah melalui peperangan/pemberontakan, sehingga berdasarkan jasa diberikan penghargaan, yang mendapat gelar bangsawan dan pejabat sangat banyak. 

Seperti di awal Dinasti Han, orang yang diberi gelar bangsawan oleh Kaisar Gaozu mencapai seratus orang lebih. Waktu itu pejabat kekaisaran dan pejabat daerah, hampir semuanya dipilih dari kaum militer dan pengikut para bangsawan yang telah berjasa dalam perang. 

Dari Kaisar Gaozu sampai Kaisar Jing, Dinasti Han pernah berturut-turut memiliki 12 perdana menteri, yang semuanya diangkat dari kalangan bangsawan; ada 15 orang pejabat audit dan pengawas kekaisaran, mayoritas juga berlatar belakang bangsawan.

Yang kedua adalah sistem keturunan. Menurut catatan “Han Guan Yi”, pejabat penjaga wilayah (setara  dengan  gubernur di masa kini, red.) dengan masa jabatan genap tiga tahun, bisa mengangkat satu orang keturunannya sebagai asisten pejabat.

Yang ketiga adalah sistem seleksi kompetensi. Dengan kata lain, rakyat jelata yang memiliki kemampuan finansial tertentu bisa menjadi pejabat. Kriteria umumnya adalah “kompetensi tinggi sebagai pejabat tinggi daerah, kompetensi rendah sebagai pejabat pencatatan”, di masa pemerintahan Kaisar Wu ditetapkan, standar kekayaan dalam seleksi kompetensi adalah kekayaan keluarga harus mencapai 100.000 (satuan), atau setara dengan keluarga menengah. 

Zhang Shizhi pernah mengandalkan kekayaan 5 juta terpilih menjadi asisten raja, sampai akhirnya menjabat sebagai pejabat pengadilan. Dan di akhir masa kekuasaan Kaisar Jing, standar harta kekayaan itu diturunkan menjadi 40.000 (satuan) .

Selain itu, setiap kaisar pada awal Dinasti Han juga sangat menghormati kaum terpelajar, Kaisar Gaozu pernah mengeluarkan titah mencari orang terpelajar, merekrut orang yang berbakat dari berbagai wilayah. 

Pejabat daerah yang menemukan orang berbakat, akan tampil sendiri mendorong dan memotivasinya, merekomendasikan mereka kepada Perdana Menteri, dan mengirimkan mereka ke ibukota dengan kereta milik pemerintah, untuk mengabdi pada imperium. 

Cara merekrut seperti ini bisa dijadikan sebagai sistem pengangkatan pejabat dan sistem rekrut di kemudian hari. Tapi yang disayangkan adalah pengangkatan dan perekrutan pejabat tidak membentuk sistem dan skala di masa awal Dinasti Han, sebelum Kaisar Wu, Dinasti Han hanya dua kali merekrut pejabat dan dua kali ujian seleksi pejabat. 

Oleh sebab itu, orang berbakat yang diterima sangat terbatas, banyak orang berbakat terpendam di tengah masyarakat, menantikan penguasa yang bijaksana menemukan mereka.

Hingga tiba masanya Kaisar Wu, Dong Zhongshu dalam  “Tiga  Kebijakan  Langit & Manusia” secara lugas menyebutkan berbagai kelemahan dalam sistem seleksi pejabat di masa awal Dinasti Han. Ia mengatakan, “Pejabat dan penjaga wilayah zaman sekarang mayoritas adalah pegawai administratif, sedangkan pegawai administratif dipilih dari keturunan para pejabat tinggi, mengandalkan latar belakang keluarga yang terpandang dan kaya, maka akan sangat sulit menemukan orang berbakat. 

Zaman dulu jasa pejabat dinilai berdasarkan tanggung jawabnya sebagai pejabat, bukan berdasarkan masa jabatannya.” Ia juga mengatakan, “Lama kelamaan, pejabat naik pangkat hanya berdasarkan masa ja- batan, antara bersih dan korup menjadi ka- cau, orang baik atau orang jahat tidak bisa dibedakan lagi, orang yang benar-benar berbakat bukankah menjadi tersingkir?”

Dong Zhongshu juga mengemukakan tindakan perbaikan: setiap bangsawan atau penjaga wilayah atau pejabat tinggi lainnya, setiap tahun harus mengusulkan dua orang pegawai bawahan mereka yang berbakat untuk dipekerjakan di istana kaisar; jika orang yang direkomendasikan memang kompeten, maka pejabat yang telah merekomendasikannya akan diberi penghargaan, jika terjadi sebaliknya maka pejabat itu akan dihukum. Ia menilai, dngan demikian para bangsawan dan pejabat tinggi akan berusaha mencari orang yang berbakat saja, setiap orang yang berbakat dan bermoral akan bisa dipekerjakan oleh kaisar.

Kaisar Wu sangat arif dan bermisi besar, begitu naik takhta hendak mewujudkan prestasi di bidang pemerintahan dan militer, tak terlepas dari dukungan pilar imperium yang berbakat, oleh sebab itu usulan Dong Zhongshu sangat sesuai dengan pemikirannya. Maka, cara seleksi pejabat apakah yang digunakan Kaisar Wu untuk mengumpulkan semua orang berbakat dari seantero negeri?

Hanya yang berbakat yang diangkat

Seperti diketahui, “sistem pengangkatan” adalah sistem seleksi pejabat  paling tipikal pada masa Dinasti Han, adalah semacam sistem seleksi pejabat dengan rekomendasi dari bawah ke atas dan penilaian orang berbakat, sistem ini resmi dibentuk dan disempurnakan di masa kekuasaan Kaisar Wu. 

Sejak Kaisar Wu, ia pernah mengeluarkan titah menuntut agar “orang berkompeten yang diusulkan harus berani memberikan masukan secara lugas”, dan menetapkan “Tindakan tanggapan”

yakni detil dalam ujian seleksi. Yakni orang berbakat yang telah lolos ujian, akan diatur pekerjaannya sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Akan tetapi, dulu orang yang diusulkan mayoritas adalah keluarga atau kerabat orang yang mengusulkannya, tak banyak di antara mereka yang berkompeten. 

Oleh sebab itu Kaisar Wu menerima usulan Dong Zhongshu, dan memperbesar ruang lingkup serta mengetatkan seleksi, membuatnya menjadi metode utama dalam seleksi orang berbakat sebelum adanya sistem ujian negara dalam sejarah Tiongkok.

Tahun pertama masa kekaisaran Yuan Guang (134 SM), Kaisar Wu menurunkan titah agar masing-masing wilayah mengusulkan masing-masing satu orang berbakti dan bermoral. Yang dimaksud “berbakti” adalah anak yang berbakti, “bermoral” adalah pegawai yang bermoral, mereka harus merupakan teladan yang berkepribadian baik di daerahnya masing-masing. Akan tetapi, upaya Kaisar Wu meluaskan seleksi pejabat ditentang oleh sejumlah pejabat, mereka khawatir bila terus seperti itu, keturunan mereka akan sulit menapak karir pejabat. Oleh sebab itu sejumlah wilayah melaporkan wilayahnya “jauh dari kotaraja dan tidak ada orang yang terpelajar”.

Walaupun marah, tapi Kaisar Wu tidak menghukum para pejabat tersebut, melainkan menulis titah menjelaskan pentingnya sistem seleksi pejabat, dan memberikan kesempatan bagi para pejabat untuk membahasnya. 

Dalam titahnya disebutkan: “Raja memerintahkan bangsawan di setiap wilayah mengusulkan orang berbakti dan bermoral, adalah untuk menjadi teladan, mewarisi pekerjaan  pendahulu   agung kita. Konfusius pernah mengatakan  ‘dari  10 rumah pasti ada orang yang setia dan bisa dipercaya, dari tiga orang pasti ada yang lebih bijak daripada saya’, sekarang sejumlah wilayah mengatakan tak seorang pun bisa direkomendasikan. 

Sejak dulu, merekomendasikan orang berbakat akan mendapatkan penghargaan tinggi, menutupi orang berbakat akan dihukum. Maka kuperintahkan seluruh pejabat penjaga wilayah, pejabat etika, dan pejabat doktoral untuk merundingkan sanksi bagi pejabat yang tidak merekomendasikan orang berbakat.”

Pejabat yang bertanggung jawab melakukan seleksi dengan cepat menyerahkan hasil pembahasan: “Bagi yang tidak merekomendasikan orang berbakti, berarti tidak menaati titah, harus dihukum berat; yang tidak merekomendasikan orang bermoral, berarti tidak bertanggung jawab, harus dicopot dari jabatannya.” 

Kaisar Wu menyebarkan titah ini ke seluruh negeri. Setelah titah diterima, pejabat dari setiap wilayah pun tidak berani gegabah, semua mengusulkan orang berbakat di wilayah masing-masing. Banyak orang berbakat dan bermoral yang diusulkan kemudian mengabdi di imperium setelah lulus ujian.

Menurut catatan “Tongdian”, tahun keenam Yuanzhou (117 SM) Kaisar Wu Kembali menurunkan titah untuk lebih merinci aturan seleksi pejabat: bagi wilayah yang berpenduduk 200.000 orang ke atas, setiap tahun mengusulkan 1 orang yang berbakat bagi kekaisaran; 400.000 orang ke atas mengusulkan 2 orang, begitu seterusnya. 

Sekaligus juga ditetapkan empat bidang ilmu utama dalam seleksi, lebih lengkap dibandingkan Kaisar Wen yang hanya menetapkan dua bidang yakni berbakti bermoral dan berbudi luhur: “Pertama berbudi luhur, jujur dan bercita-cita luhur; kedua belajar dan menerapkan, menguasai lima kitab; ketiga menguasai hukum, bisa menyelesaikan keraguan, diangkat sebagai pejabat pencatatan; keempat tegas dan banyak akal, tidak ragu dan bimbang, cerdas menyidik penjahat, berani membuat keputusan, diangkat sebagai pejabat kabupaten.”

Secara konkrit, berdasarkan kriteria dari empat bidang ilmu, maka yang mengutamakan “moral” adalah  kurikulum Xiao Lian (jiwa berbakti dan efisien dalam memerintah), Xiao Lian Fang Zheng (cara berbicara langsung dan lugas), Zhi Xiao (sangat berbakti pada orang tua), dan Dun Hou (kejujuran); bidang Ming Jing yang didominasi dengan “ilmu kitab”. 

Di sini “kitab” yang dimaksud hanya kitab Konfusius; yang mendominasi “hukum dan administrasi” ada bidang ilmu Ming Fa, yakni seleksi untuk orang yang menguasai hukum; yang mendominasi “keahlian” ada bidang ilmu Yong Meng Zhi Bing Fa (berani dan pintar dalam strategi militer), Yin Yang Zai Yi (memahami prinsip Yin-Yang, bencana dan kejadian aneh), You Dao (pendalaman ajaran Tao) dan lain-lain. 

Tapi semua bidang ilmu itu, sangat mengutamakan moral, dan dari segi pendidikan didominasi ilmu Konfusius. Inilah manivestasi nyata oleh Kaisar Wu dalam “menghargai  ajaran Konfusius” yang diusulkan oleh Dong Zhongshu.(sud)

FOKUS DUNIA

NEWS