Viral di Kyrgyzstan, Diplomatnya Meninggal Dunia Gara-gara Vaksin Buatan Tiongkok?

Zheng Gusheng

Laporan Radio Free Asia (RFA) pada 1 April 2021 menyebutkan Wakil Direktur Departemen Konsuler Kementerian Luar Negeri Kyrgyzstan, Bakhtiyar Shakirov, yang berusia 39 tahun, meninggal dunia secara mendadak.

Pada pagi hari 2 April, waktu setempat, Elena Bayarinova, mantan juru bicara Kementerian Kesehatan Kyrgyzstan dan seorang ahli layanan medis dan kesehatan, memposting pesan di Facebook, mengungkapkan kisah dalam tentang kematian Shakirov. 

Dia mengutip berita dari kerabat almarhum yang mengatakan bahwa, Shakirov telah divaksinasi terhadap virus Komunis Tiongkok tidak lama sebelum kematiannya, dan itu adalah vaksinasi gelombang pertama. Pada 19 Maret, Kyrgyzstan baru saja menerima 150.000 dosis vaksin dari China National Pharmaceutical Group, dan mulai melakukan vaksinasi di seluruh Kyrgyzstan pada 29 maret. 

Keamanan vaksin di Tiongkok selalu dipertanyakan. Berita di atas segera menimbulkan keprihatinan luas di masyarakat dan opini publik negara tersebut.

Pada 2 April, Kedutaan Besar Tiongkok di Kyrgyzstan segera mempublikasikan pernyataan juru bicaranya di situs resminya. Pihak komunis TIongkok mengklaim bahwa kematian Shakirov tidak ada hubungannya dengan vaksin Tiongkok dan mengutuk terkaitnya “berita palsu” .

Setelah suara resmi Kyrgyzstan, Bayalinova juga menghapus informasi Facebook yang relevan dan meminta maaf. Tapi keesokan harinya, dia sekali lagi memposting pesan di Facebook, “tutup pintu yang salah, dan kebenaran tidak akan masuk.” 

Beberapa netizen menjelaskan dalam pesan itu, bahwa pemerintah Kyrgyzstan yang berada di bawah tekanan dari Komunis Tiongkok menutupi  kebenaran kejadian itu.

Refat, seorang Uighur yang tinggal di Turki, mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa, banyak teman Uyghur yang tinggal di Kyrgyzstan mengatakan kepadanya bahwa Shakirov meninggal karena vaksin Tiongkok. Kebenarannya tidak dapat lagi diragukan. Dia percaya bahwa Komunis Tiongkok, yang menggunakan vaksin sebagai alat tawar-menawar politik, menekan Kyrgyzstan, menyebabkan pembungkaman fakta-fakta kebenaran.

Assat, seorang jurnalis warga negara Kyrgyzstan yang tinggal di Prancis, mengatakan bahwa Komunis Tiongkok sedang berubah dari pemicu epidemi, menjadi “pemimpin global dalam perang melawan epidemi” dan mendorong proyek politik “diplomasi vaksin”. 

Diyakini, tindakan Komunis Tiongkok menggunakan metode yang sama seperti menyembunyikan epidemi untuk menutupi peristiwa risiko vaksin Tiongkok.

Di Twitter, tangkapan layar percakapan yang dipublikasikan Kedutaan Besar Tiongkok di Kyrgyzstan juga menjadi diskusi hangat di negara itu.

Netizen gencar mengkritik Komunis Tiongkok. Dikarenakan menutupi kebenaran. Beberapa netizen percaya, bahwa Komunis Tiongkok telah meluncurkan “diplomasi vaksin” dan vaksin inferior “menipu teman lama.”

Kyrgyzstan adalah negara kecil yang berbatasan dengan Xinjiang. Negara itu berada di sepanjang rute “Belt and Road” Komunis Tiongkok. Namun, sejak tahun lalu, masyarakat Kyrgyzstan mulai memprotes proyek “Belt and Road”.

Sebelum kematian seorang diplomat dari Kyrgyzstan yang divaksinasi terhadap vaksin Tiongkok, perdana menteri dan presiden Pakistan, “tetangga ramah” Komunis Tiongkok lainnya, juga tertular epidemi. Mereka sebelumnya telah divaksin dengan vaksin yang dibantu Komunis Tiongkok. 

Selain itu, wabah di Chili baru-baru ini juga meningkat. Padahal negara tersebut telah divaksinasi dengan vaksin Tiongkok dalam skala besar, dan tingkat vaksinasi adalah yang terdepan di dunia. (hui)

FOKUS DUNIA

NEWS