Air China Menghentikan Penerbangan Beijing – Pyongyang Tanpa Batas Waktu

Epochtimes.id- Setelah AS memasukkan Korea Utara ke dalam daftar negara pendukung terorisme dan menerbitkan sanksi baru, perusahaan penerbangan internasional Tiongkok Air China dengan alasan menurunnya jumlah penumpang telah menghentikan penerbangan jalur Beijing – Pyongyang tanpa batas waktu.

Associated Press mengutip ucapan petugas information center perusahaan Air China pada 21 November melaporkan, berdasarkan indikasi yang diberikan petugas bermarga Zhang bahwa penerbangan Beijing – Pyongyang PP terakhir berlangsung pada  Senin.

Berita sementara yang didapatkan adalah perusahaan telah memutuskan untuk menghentian penerbangan jalur ini karena alasan kurangnya penumpang dan tidak menentukan kapan normalisasinya.

Dalam konperensi pers reguler Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada 21 Nopember, seorang mengajukan pertanyaan “Katanya Air China telah menghentikan penerbangan ke dan dari Pyongyang dan untuk sementara menutup kantornya di Korea Utara serta memulangkan stafnya. Apakah langkah ini mewakili kebijakan pemerintah Tiongkok terhadap Korea Utara ?”

Jurubicara Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa bukan katanya tetapi “Meskipun itu benar, perusahaan penerbangan dapat mengambil sendiri keputusan bisnisnya berdasarkan status operasional dan kondisi pasar mereka.”

Karena situasi tegang di Semenanjung Korea, Air China pada bulan April tahun ini juga mengumumkan pembatalan beberapa penerbangan dari Beijing ke Pyongyang.

Korea Utara saat ini hanya memiliki Korea Airways yang dikelola negara yang masih menyediakan layanan penerbangan terjadwal. Situs resminya mencantumkan penerbangan ke Beijing, Shanghai, Shenyang dan Dandong, serta Vladivostok Rusia.

Situasi di Korea Utara sangat sensitif dalam beberapa waktu ini, utusan Xi Jinping, Menteri Hubungan Internasional Song Tao baru sehari sebelumnya menyelesaikan kunjungannya di Pyongyang.

Baik pihak Tiongkok atau Korea Utara sama-sama tak bersuara soal apakah pertemuan dengan Kim Jong-un terlaksana. Hal ini dianggap sangat langka.

Beberapa jam kemudian, Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk  memasukkan kembali Korea Utara ke dalam daftar negara pendukung terorisme.

Pada 21 November, Departemen Keuangan AS. mengumumkan babak baru sanksi, dengan sasaran termasuk nama-nama 1 orang, 13 perusahaan dan 20 buah kapal dagang.

Sasaran sanksi adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan perdagangan dengan Korea Utara dan perusahaan ekspedisi (darat, laut, udara) yang mempromosikan pedagangan dengan Korea Utara.

Sanksi mencantumkan beberapa nama perusahaan dagang Tiongkok dan seorang individu, termasuk juga perusahaan ekspedisi Korea Utara, perusahaan perdagangan Korea Utara dan perusahaan yang menangani ekspor tenaga kerja Korea Utara ke luar negeri dengan tujuan untuk menghasilkan devisa bagi pemerintah Kim Jong-un.

Nama-nama perusahaan Tiongkok yang terkena sanksi yakni Dandong Kehua Economic and Trade Corporation Ltd., Dandong Cheung’s Trading Company, Dandong Hongda Trading Company, Dandong Dongyuan Industrial Company dan penanggungjawab perusahaan tersebut yang bernama Sun Sidong. (Sinatra/asr)

Sumber : epochtimes.com