Fan Yu
Gejolak keuangan di sebuah perusahaan keuangan milik negara Tiongkok, sempat membuat para investor asing mengevaluasi kembali toleransi risikonya untuk obligasi-obligasi perusahaan Tiongkok.
Salah satu dari empat perusahaan manajemen aset besar di Tiongkok yang dibentuk sekitar pergantian abad, China Huarong Asset Management Co., berspekulasi berada di ambang kebangkrutan.
Sebagai salah satu “bank buruk” yang penting di Tiongkok, yang mana disiapkan untuk membeli toxic loans atau pinjaman-pinjaman beracun dari balance sheet bank-bank komersial di Tiongkok, bagaimana masalah Huarong yang sedang berlangsung diselesaikan — atau tidak — oleh rezim di Beijing adalah implikasi-implikasi penting untuk pasar keuangan Tiongkok.
Huarong, yang berutang lebih dari 42 miliar dolar AS, dalam bentuk obligasi-obligasi yang masih beredar, membuat takut para investor setelah Huarong tidak merilis pernyataan-pernyataan pendapatan dan keuangannya untuk tahun 2020 secara tepat waktu. Huarong juga menghentikan sementara perdagangan sahamnya pada 1 April.
Raksasa manajemen aset tersebut sudah bertekuk lutut di bawah berita utama yang negatif. Mantan Chairman Huarong, Lai Xiaomin, dieksekusi lebih awal pada tahun ini, setelah ia dinyatakan bersalah atas kasus pelanggaran karena jabatan yang terbesar di Tiongkok dalam beberapa dekade.
Di bawah manajemen Lai Xiaomin, Huarong berpaling dari mandat aslinya untuk mengelola toxic loans dan diperluas ke layanan-layanan keuangan lainnya, seperti perdagangan sekuritas dan Trust Service.
Risiko Atur Ulang?
Kesulitan Huarong telah meredupkan pasar keuangan Tiongkok bulan ini. Dan, tindakan Partai Komunis Tiongkok — atau kelambanan — dapat menyetel ulang bagaimana para investor global memandang risiko dalam investasi obligasi Tiongkok ke depannya.
Huarong bukanlah sebuah bank, jadi secara teori, keruntuhan Huarong tidak akan terlalu berbahaya dibandingkan dengan keruntuhan sebuah bank besar. Dan, para investor Huarong adalah lembaga-lembaga di Tiongkok dan lembaga-lembaga asing, bukannya investor ritel perorangan. Para investor asing Huarong termasuk bank investasi Amerika Serikat Goldman Sachs, dana-dana investasi swasta asing, dan Sovereign Wealth Fund -SWF- atau badan pengelola investasi milik negara.
Saham Huarong yang terdaftar di Hong Kong, telah turun 67 persen sejak IPO Huarong pada tahun 2015 hingga akhir bulan Maret, sebelum perdagangan dihentikan.
Biasanya, sebuah perusahaan swasta seperti Huarong akan mengikuti pendekatan “berorientasi pasar” yang telah ditetapkan Beijing: menuntut modal dari para investor yang ada, meningkatkan modal baru dari para investor yang strategis, dan jika tidak ada yang memungkinkan, maka restrukturisasi atau menyatakan pailit.
Tetapi, Huarong bukanlah sebuah perusahaan swasta biasa. Huarong dikendalikan dan dikelola oleh pemerintah pusat, di bawah Kementerian Keuangan, dan misi Huarong adalah untuk memperoleh, mengelola, dan menghilangkan toxic loans dari Bank Industri dan Komersial Tiongkok.
Singkatnya, Huarong memiliki sebuah fungsi yang kritis, baik praktis maupun simbolis.
Toleransi Beijing baru-baru ini untuk gagal bayar utang adalah variabel lain dalam persamaan ini.
Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini mengisyaratkan, kendaraan-kendaraan pembiayaan pemerintah daerah harus direstrukturisasi jika tidak mampu membayar kembali utangnya. Namun, status Huarong sebagai sebuah entitas perbankan yang dikendalikan negara mungkin memerlukan lebih banyak dukungan, yang memberi para investor beberapa indikasi yang mungkin didukung atau tidak didukung oleh Beijing.
Dukungan Pemerintah
Waktu kesulitan-kesulitan Huarong juga kurang dari ideal.
Tiongkok dipandang oleh para investor asing arus utama, sebagai sebuah mercusuar kebangkitan ekonomi pasca pandemi virus Komunis Tiongkok. Banyak uang asing mengalir masuk pasar-pasar utang Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir. Hilangnya kepercayaan akibat sebuah keruntuhan raksasa keuangan yang dikendalikan negara, secara tiba-tiba akan mengguncang kepercayaan tersebut hingga ke intinya.
Tetapi, ada tanda-tanda bahwa Beijing mungkin akan turun tangan saat ini.
Pada 16 April, Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi Tiongkok mengatakan bahwa, Huarong memiliki likuiditas yang cukup, dan Huarong bekerja sama dengan auditornya untuk menyelesaikan laporan tahunannya secepat mungkin.
Pernyataan dukungan tersebut membantu menaikkan harga obligasi Huarong dalam mata uang dolar.
Juga pada 16 April, Bloomberg melaporkan bahwa Huarong telah mentransfer dana untuk membayar kembal,i sebuah obligasi dalam mata uang yuan yang jatuh tempo pada 18 April. Hal ini telah mengurangi kekhawatiran dengan segera, meskipun Huarong memiliki obligasi lain akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
Mungkin Partai Komunis Tiongkok menetapkan bahwa Huarong memang terlalu besar untuk gagal.
Jika Huarong menjadi bangkrut, kehilangan kepercayaan pada pasar obligasi korporasi Tiongkok akan merugikan portofolio di seluruh dunia.
Aliran dana asing yang baru-baru ini mengalir ke pasar obligasi Tiongkok, telah memberi banyak paparan bagi para investor internasional untuk kredit perusahaan Tiongkok.
Perusahaan-perusahaan Tiongkok merupakan bagian indeks obligasi Bloomberg Barclays EM USD Corporate, dan Tiongkok adalah lima penerbit teratas berdasarkan negara di dalam
indeks obligasi Agregat Global Bloomberg Barclays yang sangat penting, indeks utama yang digunakan oleh dana-dana obligasi dan ETF yang terdiversifikasi secara global. (Vv)