Pelanggaran Kamp Pencucian Otak Guangzhou, Tiongkok, Balita 2 Tahun Bersama Ibunya Ikut Dijebloskan ke Tahanan

Epochtimes.id– Pengadilan Distrik Shunde di Kota Foshan, Provinsi Guangdong, Tiongkok pada 20 November 2017 kembali menggelar persidangan ilegal untuk yang ketiga kalinya terhadap wanita praktisi Falun Gong bernama Lu Chunxia.

Jaksa bahkan menggunakan pengalaman Lu selama ditahan tidak sah di ‘Sekolah Pendidikan Politik dan Hukum Guangzhou” (sebenarnya adalah kamp pencucian otak) sebagai ‘bukti baru’ ia diajukan ke pengadilan.

Laporan Minghui.org menyebutkan, Li Liansheng dari Huangshi Road, Distrik Baiyun Guangzhou yang menunjukkan apa yang disebutnya ‘bukti baru’.

Lu Chunxia telah ditahan secara ilegal di sebuah kamp pencucian otak di Guangzhou dari 29 Juli 2016 hingga 2 Maret 2017. Selama itu, putri Lu yang belum genap berusia 2 tahun pun ikut dijebloskan dalam ruang tahanan yang sama sampai enam hari.

Partai Komunis Tiongkok (PKT) memperindah kamp-kamp pencucian otak menjadi nama-nama seperti Sekolah Pendidikan Politik dan Hukum, Sekolah Pendidikan Dasar Hukum dan seterusnya. Mereka ini bukan instansi administrasi publik, tetapi difungsikan terutama sebagai penjara gelap. Kedua untuk transformasi otak.

Menurut Human Rights Watch, kamp pencucian otak merupakan salah satu bentuk penahanan ekstra-yudisial yang paling serius dan ekstensif dalam sejarah Tiongkok modern.

Laporan mengatakan bahwa persidangan di pengadilan berlangsung singkat dan hakim ketuanya masih Zheng Zhengzu. Hakim eksekutifnya adalah Liang Huiyi dan Wang Zhiyong.

Lu Chunxia kini berusia 30 tahun dan berlatih Falun Gong sejak tahun 2008.

Sebagai rangka untuk memudahkan para pegawai negeri memperoleh informasi tentang kebenaran Falun Gong, maka pada 27 Maret 2016 sembari menggendong putrinya yang masih berusia satu tahun, Lu Chunxia pergi ke ‘Sekolah Pendidikan’ yang terletak di Kabupaten Shunde, kota Foshan dan BÄ›i yáozhèn untuk membagi selebaran yang berisi berita tentang Falun Gong. Hari itu ia pulang dengan selamat.

Namun, 10 hari kemudian yakni pada 7 April 2016, karena ada oknum yang melapor ke pihak berwenang, Lu Chunxia ditangkap oleh Polisi Shunde dan diperas uang sebesar 1.000 Yuan yang dikatakan sebagai ‘uang jaminan’.

Ia baru bisa pulang setelah menandatangani persetujuan untuk menghadiri persidangan yang ditunda. Dan selama masa kasusnya belum disidangkan, ia dilarang pergi meninggalkan kota tempat tinggal.

Pada 29 Juli 2017 siang hari, Lu Chunxia bersama putrinya diculik oleh sejumlah petugas gabungan antara Kantor 610 Distrik Baiyun dengan polisi Qianzhou dari rumah mertuanya di kota Qianzhou, Fukian.

Lu Chunxia yang duduk dibangku dengan menggendong putrinya diculik petugas Kantor 610 dan polisi Qianzhou. (Foto : Istimewa/Minghui)

Saat itu Lu yang duduk dibangku dengan menggendong putrinya langsung digotong dan dimasukkan ke dalam kendaraan yang membawanya entah ke mana.

Setelah bertanya ke sana-sini sampai hari ke empat (2 Agustus), keluarga Lu baru tahu bahwa keduanya dibawah kembali ke Guangzhou dan berada dalam tahanan kamp pencuci otak Huashi Road.

Putri Lu Chunxia yang belum genap berusia 2 tahun ikut dijebloskan dalam tahanan. (Foto; Istimewa/Minghui)

Setelah penculikan itu, suami Lu Chunxia yang bernama Dong Wenzhong (juga praktisi Falun Gong) menyewa 2 orang pengacara yakni Zhang Zanning dan Fan Biaowen untuk mengkasuskan penculikan yang dilakukan Zhang Guangming melalui Kejaksaan Distrik, tetapi tidak ada jawaban.

Pada 4 Agustus sore, putri Lu setelah 6 hari berada dalam tahanan, dibawa keluar oleh petugas tahanan dan diserahkan secara paksa kepada orangtua Lu Chunxia yang usianya sudah 75 tahun. Anak itu terus meronta dan menangis keras saat dibawa petugas.

Sejak saat itu, Lu Chunxia dimasukkan/ditahan secara ilegal ke ‘Sekolah Pendidikan Politik dan Hukum Kota Guangzhou’.

Kedua orangtua Lu Chunxia dan putrinya. (Foto : Istimewa/Minghui)

Ruang dalam kamp pencucian otak kira-kira sebesar 10 meter persegi dengan pembatas tembok yang tingginya kurang dari ketinggian seseorang yang digunakan untuk toilet.

Ruang ini dipantau petugas selama 24 jam. Tidak menyediakan perlengkapan seperti sabun, odol, pembalut wanita, kertas toilet dan lainnya.

Dalam Kamp itu, Lu Chunxia didatangi seorang pria dan seorang wanita yang tugasnya adalah melakukan transformasi otak, berniat supaya Lu berhenti berlatih Falun Gong. Lu menolak transformasi, saking kesalnya, kedua orang tersebut sampai menendang badan Lu.

Akibat Lu Chunxia menolak meninggalkan Falun Gong, keluarganya ditolak untuk menjenguknya, bahkan pengacaranya juga tidak diperkenankan untuk bertemu dengannya.

Kamp cuci otak Guangzhou bersekongkol dengan Kantor 610 untuk mencelakakan Lu. Pada tanggal 8 dan 28 Desember 2016 mereka mengirim petugas untuk melakukan pemeriksaan ilegal kepada Lu Chunxia.

Catatan pemeriksaan dari petugas yang memang sengaja digunakan untuk mencelakakan Lu, lalu diserahkan kepada Kejaksaan Shunde pada 10 Januari 2017. Pada 2 Maret, ia dijebloskan ke kamp pencucian otak di wilayah Shunde.

Lu Chunxia diadili secara ilegal oleh Pengadilan Shunde.

Suaminya, Dong Wenzhong juga mengalami penculik oleh aparatur negara sejak 27 Maret 2017 hingga kini. (Foto : Istimewa/Minghui)

Setelah 7,5 bulan ditahan di kamp pencucian otak Distrik Shunde, Lu untuk pertama kalinya bisa bertemu dengan pengacara Wen Donghai yang disewa keluarganya. Ia menolak mengenakan seragam penjara dan diborgol.

Dia mengatakan bahwa berlatih Falun Gong, berusaha menjadi orang baik adalah tidak salah. Oleh sebab itu, ia akan terus menentang penganiayaan sampai memperoleh pembebasan.

Apa itu Falun Gong? Falun Gong atau Falun Dafa metode latihan mengolah jiwa dan raga berlandaskan prinsip sejati-baik-sabar. Latihan ini diperkenalkan pertama kalinya pada 1992 silam di Tiongkok. Ternyata latihan ini diikuti oleh 100 juta rakyat Tiongkok hingga membuat petinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT) Jiang Zemin saat itu cemburu atas  perkembangan pesat Falun Gong.

Atas inisiator Jiang Zemin, maka sejak 1999 dimulai penindasan dengan memanfaatkan aparat dan negara untuk membumihanguskan Falun Gong dengan berbagai cara. Termasuk penyebaran kebencian, kabar bohong dan penangkapan secara illegal. Kini jutaan praktisi Falun Gong berada di bawah ancaman. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com