oleh Zhou Xiaohui
Pada 25 Mei waktu AS, dalam konferensi pers reguler Kementerian Pertahanan AS, juru bicara John F. Kirby sekali lagi ditanya tentang apakah Menteri Pertahanan Lloyd Austin sudah 3 kali mencoba untuk berbicara dengan pejabat tinggi militer komunis Tiongkok, tetapi mereka tidak menjawab panggilan tersebut. Kirby tidak secara langsung mengakui atau menyangkalnya, tetapi mengatakan : “Tentu saja kami berharap dapat berdialog dengan pejabat setingkat dengan pihak Beijing, dan kami masih bekerja keras untuk memastikan bagaimana dialog itu dimulai”.
Ini sebenarnya juga secara tidak langsung menegaskan bahwa pihak militer AS telah mencoba untuk berkomunikasi dengan militer pihak komunis Tiongkok tetapi tidak berhasil.
Pada 21 Mei, sebuah laporan dari media Inggris ‘Financial Times’ yang mengutip ucapan beberapa orang pejabat Kementerian Pertahanan AS memberitakan bahwa Menteri L. Austin telah 3 kali mencoba untuk menghubungi Xu Qiliang, Wakil Ketua Komisi Militer, merangkap anggota Politbiro, dan perwira militer tingkat tertinggi komunis Tiongkok lewat sambungan telepon, tetapi mengalami penolakan. Tidak hanya itu, Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat juga terus gagal untuk bisa berkomunikasi dengan pejabat setingkat dari komunis Tiongkok sejak awal bulan Januari tahun ini.
Di saat pemerintahan Biden dan beberapa pemerintah Barat semakin meningkatkan tekanan dalam rangka menentang Beijing, mengapa militer AS justru berusaha untuk berkomunikasi dengan militer Beijing ? Menurut laporan, alasan pihak militer AS ingin berdialog adalah karena ketegangan di kawasan Indo-Pasifik telah meningkat. Dan militer komunis Tiongkok juga meningkatkan kegiatan mereka di wilayah dekat Taiwan. sehingga “kontak” antara militer komunis Tiongkok dengan militer AS terutama di wilayah perairan Laut Tiongkok Selatan semakin “dekat”. Oleh karena itu, pemerintahan Biden beranggapan bahwa dialog antara L. Austin dengan Xu Qiliang sangat penting.
Seberapa pentingnya dialog ? Jelas sekali, derajatnya sangat tinggi, dan alasan penting yang membuat AS bersemangat untuk berdialog kemungkinan besar adalah karena kegiatan militer komunis Tiongkok di wilayah yang disebutkan di atas telah menjadi semakin serius, bahkan nyaris menyentuh garis merah Amerika Serikat.
Ada berita yang menyebutkan bahwa itu karena angkatan laut dan angkatan udara komunis Tiongkok melancarkan invasi di dekat Taiwan. Oleh karena itu, tujuan dialog hanya berupa memberikan peringatan-peringatan agar dapat meredakan potensi konflik atau menghindari “kecelakaan”.
Pada bulan Maret tahun ini, situs web ‘Nikkei Asian Review’ menerbitkan artikel analisis James Stavridis, seorang pensiunan laksamana AS dan komandan tertinggi ke-16 dari Sekutu NATO. Melalui artikel tersebut penulis ingin menjelaskan mengenai tindakan mana saja yang dilakukan komunis Tiongkok dianggap telah melanggar Garis Merah, dan menjelaskan strategi masa depan militer AS di Pasifik untuk melawan pemerintah komunis Tiongkok. Ini juga dapat dianggap sebagai sikap militer AS.
Garis Merah itu meliputi :
1-Setiap kegiatan dengan senjata nuklir, kimia, atau biokimia yang dilakukan oleh komunis Tiongkok atau Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutunya.
2- Setiap serangan militer yang diluncurkan oleh komunis Tiongkok terhadap Taiwan atau pulau-pulau lepas pantainya, termasuk blokade ekonomi atau serangan dunia maya berskala besar terhadap infrastruktur dan institusi publik Taiwan.
3- Setiap serangan komunis Tiongkok terhadap tentara Jepang dalam mempertahankan kedaulatan Kepulauan Senkaku Jepang (Kepulauan Diaoyu) dan zona ekonomi eksklusif sekitarnya di perairan Laut Tiongkok Timur.
4- Setiap tindakan permusuhan besar yang dilakukan komunis Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan dengan tujuan selanjutnya dapat menduduki pulau-pulau sekitarnya untuk kepentingan militerisasi, untuk menghalangi negara-negara tetangga lainnya dengan menunjukkan kekuatan militer, atau menghalangi militer AS dan pasukan sekutunya untuk menavigasi dengan bebas di laut, dan setiap serangan yang dilakukan oleh komunis Tiongkok terhadap wilayah kedaulatan atau instalasi militer negara sekutu AS.
Dapat dikatakan bahwa garis merah yang ditetapkan oleh Washington adalah untuk memperingatkan Beijing agar tidak bertindak gegabah dan jangan ingin memecahkan batu dengan telur.
Dan, beberapa tindakan komunis Tiongkok di India, perbuatan yang mengancam di sekitar Taiwan dan di Laut Tiongkok Selatan mungkin sebagai tindakan pengujian untuk menyentuh garis merah yang dibuat Washington. Militer AS tingkat tinggi yang mencoba untuk menelepon Beijing jangan-jangan bertujuan untuk memberikan peringatan kepada Beijing.
Kejadian serupa pernah terjadi pada tahun 1999. ketika AS membom kedutaan komunis Tiongkok di Yugoslavia. Di depan yang terlihat seolah hanya 3 orang wartawan yang terbunuh dalam insiden, tetapi pada kenyataannya, lebih dari 10 orang ahli militer komunis Tiongkok terbunuh. Merekalah yang membantu Serbia dan Montenegro membangun sistem radar gelombang metrik dan membuat Tentara Yugoslavia berhasil menembak jatuh pesawat tempur siluman F-117 Amerika tercanggih saat itu. Oleh karenanya membuat marah Amerika Serikat dan NATO.
Sebelum AS memerintahkan pemboman, AS telah berulang kali meminta Beijing untuk menghentikan pemberian dukungan kepada Yugoslavia melalui saluran diplomatik, dan mengeluarkan peringatan bahwa akan dilakukan pemboman jika tidak menghentikan bantuan.
Saat itu, bahkan Presiden Clinton secara pribadi menelepon Sekjen PKT Jiang Zemin untuk memberikan ultimatum, tetapi peringatan tetap diabaikan oleh Jiang yang tetap bersikeras mendukung Yugoslavia.
Pada akhirnya, Amerika Serikat yang marah menembakkan peluru kendali presisi ke kedutaan setelah beberapa kali peringatan pun tetap masih diabaikan. Sebuah tragedi akibat sifat ngeyel yang langsung membunuh para ahli militer komunis Tiongkok.
Kini setelah Amerika Serikat kembali mengeluarkan peringatan, siapa yang bisa menjamin bahwa situasi serupa tidak akan terjadi ?
Tidak diragukan lagi, Xu Qiliang dan pejabat militer tingkat tinggi lainnya sangat jelas tentang operasi militer militer mereka di India, Laut Tiongkok Selatan dan di Selat Taiwan.
Jadi mengapa mereka menolak untuk berbicara dengan AS ? Alasan yang diberikan oleh media corong pemerintah komunis Tiongkok ‘Global Times’ adalah : AS telah melanggar etiket diplomatik dan membuat tuntutan berlebihan terhadap Tiongkok. Ini adalah perwujudan lain yang dikehendaki Amerika Serikat untuk mengubah aturan.
Selain itu, Pentagon juga berharap menggunakan cara ini untuk menciptakan gambaran seakan Tiongkok-lah yang memicu ketegangan antara militer AS dengan Tiongkok lalu meminta pertanggung jawaban Tiongkok.
Dari sudut pandang Beijing, subjek dialog Austin seharusnya adalah Menteri Pertahanan Tiongkok Wei Fenghe, bukan Xu Qiliang, jika demikian berarti tidak setingkat. Alasan yang diberikan oleh Beijing tidak masuk akal. Seperti yang kita semua tahu, Meneri Pertahanan AS menempati urutan keempat dalam kabinet, sedangkan Menteri Pertahanan Tiongkok sama sekali tidak memiliki banyak kekuasaan dalam sistem pemerintahan komunis Tiongkok, juga tidak terdaftar dalam otoritas tertinggi yang terdiri dari 25 anggota Politbiro.
Yang jelas, kedudukan Xu Qiliang dalam sistem politik dan militer komunis Tiongkok jauh lebih tinggi daripada Menteri Pertahanan. Sebenarnya Beijing bukannya tidak tahu. Pada tahun 2018, Jim Mattis yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada era Trump juga bertemu dengan Xu Qiliang selama kunjungannya ke Beijing.
Mengenai apa yang disebut menyalahkan pemerintah komunis Tiongkok dan menciptakan situasi seakan Tiongkok yang bertanggung jawab terhadap ketegangan militer antar kedua negara, pemerintah komunis Tiongkok bahkan lebih fasih. Jika Beijing tidak menyentuh garis merah Washington, bagaimana ketegangan militer antara kedua negara bisa terjadi ?
Meskipun alasan yang dikemukakan Beijing terasa janggal, tetapi Xu Qiliang dan para pemimpin militer lainnya tidak mau menghadapi militer AS juga patut untuk dipikirkan lebih dalam. Apakah mereka merasa bingung ? Tidak percaya diri ? Masih takut menerima peringatan atau notifikasi dari Amerika Serikat ? Atau tidak berani menerima peringatan atau ultimatum dari AS ? Atau menggunakan hal ini untuk menggertak AS guna menambah peluang tawar menawar saat bernegosiasi dengan AS di masa mendatang
Tetapi tidak peduli bagaimana Beijing bereaksi, militer AS mengungkapkan masalah penolakan ini kepada dunia luar, bertujuan untuk memberitahu rakyat Amerika Serikat dan komunitas internasional bahwa AS telah mencoba yang terbaik untuk memberikan peringatan kepada tingkat tinggi jauh hari sebelumnya.
Sehingga sampai AS mengambil tindakan tegas, maka tanggung jawab tidak lagi berada pada pihak Amerika Serikat. Sedangkan militer AS telah bersiap untuk berperang melawan komunis Tiongkok.
Akhir-akhir ini, sebuah berita buruk lain bagi komunis Tiongkok kembali muncul, yakni Kementerian Pertahanan AS telah meningkatkan anggarannya dalam upaya untuk menangkis ancaman Beijing, juga meningkatkan anggaran guna memodernisasi senjata nuklir AS dan kemampuan berperang di masa mendatang. Akankah Beijing masih terus bertindak semena-mena ? (sin)