Tiga Orang Senator AS Membawa Ratusan Ribu Dosis Vaksin Tiba di Taiwan

oleh Li Jing

Vaksin bantuan pemerintah Jepang tiba di Taiwan, tiga orang senator AS dengan menumpang pesawat angkut strategis C-17 dan membawa ratusan ribu dosis vaksin mendarat di Taiwan. Namun, pihak komunis Tiongkok tidak dengan reaksi keras dalam menanggapi bantuan AS ke Taiwan.

Pada 6 Juni, senator Tammy Duckworth dari Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, Dan Sullivan, serta Christopher Coons dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat menumpang pesawat militer AS C-17 Globemaster III tiba di Bandara Songshan, Taiwan.

Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu bersama Brent Christensen, Direktur Asosiasi Amerika Serikat di Kantor Taipei (American Institute in Taiwan. AIT) menyambut kedatangan ketiga orang senator di bandara.

Keterangan Foto : Pada 6 Juni pagi, Delegasi Senator AS dengan menumpang pesawat khusus tiba di Taiwan. Menteri Luar Negeri Joseph Wu (baris depan dan kedua dari kanan) datang ke bandara untuk menyambut kedatangan mereka. (Foto Pei Zhen reporter CNA)

Tammy Duckworth menyampaikan pidato di bandara, mengumumkan bahwa Amerika Serikat menyumbangkan 750.000 dosis vaksin COVID-19 kepada Taiwan. Langkah itu sebagai bagian dari rencana pemberian secara cuma-cuma vaksin dari pemerintah AS kepada negara-negara di dunia.

Menurut sebuah laporan oleh media Taiwan ‘Central News Agency’ (CNA), bahwa Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menerima Senator AS di gedung Komando Pangkalan Songshan Angkatan Udara.

Dalam pidatonya, Presiden menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah AS atas bantuan vaksin dan memasukkan Taiwan dalam gelombang pertama penerima bantuan vaksin. Ia juga berterima kasih kepada Tammy Duckworth dan rekan-rekannya, yang bersedia turun tangan untuk mengkoordinasikan upaya bantuan tersebut.

Keluarga ibunda Duckworth awalnya tinggal di Chaozhou, Guangdong, dan melarikan diri ke Thailand dengan berjalan kaki untuk menghindari penindasan Partai Komunis. 

Oleh karena itu, dalam pidatonya ia mengatakan : “Keluarga saya tahu benar tentang nilai dari kebebasan, dan saya di sini ingin memberitahu kalian bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Taiwan bertempur sendirian”.

Keterangan Foto : Presiden Tsai Ing-wen dari Republik Tiongkok menerima dan menyampaikan pidato di Istana Presiden pada 6 Juni. (foto Istana Kepresidenan Taiwan)

Pada 3 Juni, pemerintah AS mengumumkan bahwa AS akan memberikan bantuan vaksin sebanyak 80 juta dosis, batch pertama sebanyak 25 juta dosis adalah untuk negara di Asia termasuk 7 juta dosis untuk Taiwan.

Perlu dicatat bahwa karena situasi yang tegang di Selat Taiwan, pesawat angkut strategis dan taktis C-17 AS yang baru untuk pertama kalinya mendarat di Taiwan sejak tahun 1995 ia beroperasi, langsung menarik perhatian publik internasional. 

Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri Tiongkok belum menyatakan sikapnya terkait kunjungan ketiga orang senator AS ke Taiwan. Kecuali media corong PKT ‘Global Times’, yang dalam sebuah artikelnya menyebutkan bahwa kedatangan ketiga orang senator AS ke Taiwan merupakan hasil rancangan AS dengan tujuan tertentu. Artikel tersebut mengutip informasi media asing melaporkan bahwa pendaratan pertama C-17 di Taiwan memiliki arti yang signifikan. Media Barat juga menganggap penerbangan C-17 ke Taiwan ini sebagai sebuah kejadian yang tidak biasa.

Di akhir artikel, ‘Global Times’ mengingatkan netizen daratan : Negara saat ini sedang menghadapi percaturan besar dan jika kita memiliki keyakinan pada kekuatan kita sendiri, kita tidak perlu khawatir bahwa kita akan menderita kerugian dalam strategi.

Ying-Yu Lin, asisten profesor dari Institut Urusan Strategis dan Internasional Universitas Chung Cheng, menganalisis : Komunis Tiongkok mungkin mengatakan bahwa Amerika Serikat memainkan “bola bahaya”. Di masa lalu, komunis Tiongkok menyebutkan akan mengambil tindakan yang diperlukan jika kapal AS berlabuh di Taiwan, tetapi kemudian, yang sandar di pelabuhan adalah kapal ilmu kelautan Amerika Serikat, meskipun kali ini adalah pesawat militer yang mendarat di Taiwan, tetapi pesawat tersebut membawa orang bukan peralatan militer. Melalui aksi tersebut, AS menunjukkan perhatiannya terhadap negara-negara di Indo-Pasifik.

Melihat kembali contoh pendaratan pesawat militer AS di Taiwan, menurut informasi publik, pada saat gempa bumi 21 September 1999, pesawat angkut C-5 milik militer AS mendarat di Taiwan dan membawa peralatan dan kendaraan untuk membantu Taiwan. Saat Banjir 8 Agustus 2009, sebuah C-130 AS yang membawa barang bantuan mendarat di Bandara Tainan, dan sebuah helikopter CH-53 AS juga mendarat di Bandara Tainan untuk berpartisipasi dalam bantuan bencana.

Pada Oktober 2011, sebuah KC-135 milik militer AS mendarat di Bandara Songshan dengan tujuan untuk membawa berobat seorang pejabat AIT. Dan, yang terbaru adalah pada bulan April 2015, ketika dua F-18 AS melakukan pendaratan darurat di Pangkalan Angkatan Udara Tainan karena masalah mekanis. 

Sebelum Amerika Serikat mendatangkan bantuan vaksin untuk Taiwan, pada hari peringatan 32 tahun insiden 4 Juni, Jepang mengirim sumbangan 1,24 juta dosis vaksin buatan AstraZeneca kepada Taiwan.

Pada 26 Mei, Presiden Tsai Ing-wen mengutuk pemerintah komunis Tiongkok yang berusaha menghalangi pembelian vaksin Taiwan dari perusahaan Jerman BioNTech. Meskipun Beijing membantahnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing telah meningkatkan tekanannya terhadap Taiwan, termasuk sering mengirim pesawat militer untuk mengganggu zona pertahanan udara Taiwan, yang menimbulkan kekhawatiran Amerika Serikat. 

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada bulan April, bahwa Amerika Serikat sangat prihatin dengan tindakan agresif pemerintah komunis Tiongkok terhadap Taiwan. Dia juga memperingatkan bahwa, siapapun yang mencoba mengubah status quo di Pasifik Barat dengan kekuatan senjata akan menerima resikonya yang tinggi. (sin)