NTDTV.com
Laporan Komisi Kesehatan Provinsi Guangdong, Tiongkok, pada 7 Juni dari pukul 00 hingga 24.00 waktu setempat, terdapat 10 orang lokal yang dikonfirmasi positif tertular virus komunis Tiongkok atau COVID-19. Sedangkan jumlah kumulatif dengan waktu yang sama di provinsi tersebut adalah 2.564 kasus. Dengan 157 orang pasien yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Namun demikian, masyarakat luar tidak percaya dengan angka yang sengaja disusutkan ini.
Media corong Partai Komunis Tiongkok mengutip informasi dari Komisi Kesehatan Provinsi Guangdong, memberitakan bahwa tempat untuk pengujian asam nukleat di Kota Guangzhou terus ditambah dan diperluas karena membludaknya warga yang datang.
Mulai 5 Juni, pihak berwenang Provinsi Guangdong telah memindahkan 5.600 orang staf medis dari 7 kota di provinsi tersebut untuk membantu penanganan epidemi di Kota Guangzhou.
Pada 3 Juni, seorang pengguna Twitter telah mengunggah rekaman suara obrolan seorang dokter di Guangdong dengan seorang kerabatnya, mengatakan bahwa situasi epidemi di Guangzhou dan Foshan sangat serius. Banyak daerah di sekitarnya telah diblokir untuk lalu lalang. Di sini tidak nyaman untuk mengungkapkan jumlah terinfeksi yang cukup besar, katanya. “Tetapi saya dapat memberitahu Anda bahwa ada lebih dari 200 orang dalam sehari yang terinfeksi, dan 30% diantaranya adalah infeksi yang tanpa gejala”.
Mr. Chen, seorang penduduk Distrik Panyu, Guangzhou, mengungkapkan kepada reporter ‘Epoch Times’, bahwa dirinya mendapat informasi dari seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Pusat Distrik Panyu, bahwa pada 30 Mei ada lebih dari 300 orang yang dikonfirmasi terinfeksi, tetapi pejabat yang berwenang tidak merilis angka yang sebenarnya.
Untuk menanggapi epidemi, pihak berwenang Guangzhou telah menetapkan 9 rumah sakit di kota tersebut sebagai rumah sakit penerima pasien COVID-19. Dilihat dari penetapan ini serta mobilisasi cukup banyak staf medis dari tempat lain, untuk membantu penanganan epidemi di Guangzhou, kiranya tidak sulit bagi kita untuk menebak sejauh apa tingkat keparahan epidemi di Guangzhou.
Pada 30 Mei, pejabat Guangzhou dan Shenzhen, masing-masing telah mengakui bahwa semua pasien yang terinfeksi dalam putaran epidemi Guangzhou ini adalah akibat terinfeksi oleh virus komunis Tiongkok varian India. Sedangkan mereka yang terinfeksi dalam putaran epidemi Shenzhen ini semuanya telah terinfeksi virus komunis Tiongkok varian Inggris. Kedua varian virus ini memiliki daya penularan yang super cepat, karena itu sempat membuat panik warga sekitar.
Sejak merebaknya virus komunis Tiongkok pada akhir tahun 2019, berbagai varian virus akibat mutasi telah muncul, di antaranya strain mutan India B.1.617 pertama kali ditemukan di India pada 5 Oktober tahun lalu.
Organisasi Kesehatan (WHO), per 11 Mei tahun ini melaporkan bahwa strain varian India itu telah merebak ke sekitar 44 negara di seluruh dunia, dan masih terus menyebar.
Yang sedang ramai dibahas kalangan medis sekarang adalah generasi baru dari varian virus India, yakni B.1.617.2 yang diketahui lebih menular daripada strain virus sebelum mutasi, yakni B.1.6.1.7. Dalam klasifikasi WHO, strain mutan B.1.617.2 lebih mematikan.
Menurut laporan ‘Sina Finance and Economics’, dari analisis cakupan penularan dan tingkat keparahan dari pasien yang terinfeksi pada putaran epidemi Guangdong saat ini, dapat disimpulkan bahwa strain mutan India B.1.617.2 di Guangzhou, memberikan dampak lebih besar daripada dari strain mutan Inggris B.1.1.7 yang muncul di Shenzhen.
Sebuah studi yang ada di Inggris menunjukkan bahwa infektivitas strain mutan B.1.617.2 40% lebih kuat daripada strain mutan B.1.1.7.
Pejabat Kesehatan Wales, Eluned Morgan kepada media Inggris BBC mengatakan : “Besar kemungkinan gelombang ketiga epidemi akan datang, dan akan menghadapi lebih banyak kesulitan dalam mencegah penyebarannya … Strain virus mutan B.1.617.2 menyebar lebih cepat daripada mutan sebelumnya. Jelas, membuat kami sangat khawatir”.
Huang Guanglie, direktur Komisi Kesehatan Kota Guangzhou mengatakan bahwa, strain mutan dalam epidemi Guangzhou memiliki daya penyebar yang sangat cepat, dan memiliki kemampuan replikasi yang cukup tinggi. Mereka juga lebih menyukai saluran pernapasan bagian atas dan cenderung menyerang orang muda.
Dalam menghadapi babak baru varian virus, sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal akademik Science baru-baru ini menyebutkan bahwa, jika orang tidak dapat menerima vaksinasi lengkap tepat waktu, maka virus dapat bermutasi, menyebar sampai mengancam dunia dalam perjuangan mengatasi penyebaran epidemi.
Abhigya Anand, “Peramal” remaja India berusia 14 tahun dalam sebuah rekaman video tentang ramalan terbarunya juga mengingatkan, bahwa kondisi dunia akan menjadi lebih buruk akibat pandemi, vaksin akan menyebabkan masalah yang lebih besar, dan epidemi akan mencapai puncaknya pada bulan September dan Oktober tahun ini. Kondisi baru akan terlihat membaik pada bulan Mei tahun depan, termasuk pemulihan ekonomi. (sin)