Jinshi – NTD
Dua minggu terakhir, kasus virus Komunis Tiongkok (COVID-19) di Guangdong, Tiongkok terus meningkat. Beberapa daerah mulai menerapkan manajemen pemblokiran. Di Taiwan di seberang selat, epidemi mulai stabil dari keadaan meningkat. Di Eropa, Prancis dan Belgia mulai membuka blokir mereka.
Di daratan Tiongkok, epidemi di Guangdong terus menyebar. Pejabat Guangdong mengumumkan pada Rabu (9/6/2021) bahwa 8 kasus baru dikonfirmasi. Kasus yang dikonfirmasi terutama di Distrik Nansha dan Distrik Liwan di Kota Guangzhou.
Sejauh ini, rantai infeksi dari epidemi lokal Guangzhou ini meningkat menjadi 127 orang dalam 19 hari, seperti laporan yang disampaikan oleh versi pemerintah.
Jalan Baihedong dan Jalan Zhongnan di Distrik Liwan, yang ditetapkan sebagai daerah berisiko tinggi, di-lockdown selama beberapa hari. Beberapa warga berteriak dari lantai atas : “Semua makanan sudah habis” bahan pangan sudah habis.”
Ada juga warga berteriak : “Tidak ada makanan! cepat ke sini!”
Warga lainnya berteriak : “Kami menunggu selama 2 hari 2 malam. Bagaimana kalian mengaturnya?”
Selain itu, ada juga yang berkata : “Ini benar-benar ada yang akan mati! Cepat atur!”
Warga lainya berucap : “Cepat suruh seseorang untuk mengirimi kami sesuatu untuk dimakan! Kami sudah tidak punya makanan di sini.”
Warga lainnya juga mengatakan : “Sudah dua hari dua malam tidak makan.”
Statistik menunjukkan bahwa di antara 17 juta orang Guangzhou, lebih dari 10 juta orang sduah divaksinasi, tetapi epidemi masih belum melambat.
Taiwan, di sisi lain Selat, menambahkan 274 kasus lokal yang dikonfirmasi pada hari Rabu, dan jumlah kasus baru turun di bawah 300 selama tiga hari berturut-turut. Komandan pencegahan epidemi menyatakan bahwa epidemi, menunjukkan tren yang relatif stabil.
Chen Shi-zhong, komandan Pusat Komando Epidemi Pusat Taiwan berkata : “Kecenderungan keseluruhan dalam epidemi mungkin lebih sedikit di sini. Ini adalah situasi yang relatif stabil.”
Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Taiwan saat ini melebihi 11.000 kasus, di mana 90% terjadi setelah pertengahan Mei. Menanggapi peningkatan pesat epidemi baru-baru ini di Taiwan, beberapa ahli kesehatan menunjukkan bahwa Taiwan terlalu percaya diri dengan pengalaman sukses pada tahap awal pencegahan epidemi, tetapi gagal untuk segera mencegah virus varian yang ganas.
Berlawanan dengan peningkatan epidemi di Asia Timur, epidemi di Eropa mulai melambat secara drastis, dan negara-negara mengambil langkah-langkah untuk membuka pemblokiran.
Ibu kota Belgia, Brussel, mencabut kewajiban memakai masker pada hari Rabu. Ini adalah pertama kalinya sejak wabah, orang-orang dapat berjalan di jalanan dan bernafas lega.
Thiry Maite, penduduk Brussel, brkata : “Tentu saja kami ingin tinggal di luar ruangan di bawah sinar matahari seperti ini.”
Mulai Rabu (9/6), Prancis akan dibuka kembali bagi turis yang datang dari sebagian besar negara di luar Eropa, selama mereka dinyatakan negatif virus. Menara Eiffel, Arc de Triomphe, dan Louvre akan segera ramai didatangi pengunjung.
Corinne Menegaux, Direktur Dinas Pariwisata di Paris,mengatakan : “Kami berharap dapat menyambut 5 juta wisatawan pada musim panas ini. Pada tahun normal, seperti tahun 2019, kami memiliki 10 juta wisatawan. Pada tahun 2020, hanya ada 2 juta wisatawan.”
Di Amerika Serikat, 140 juta orang sudah divaksinasi, dan langkah membuka blokir terus berlanjut. California, negara bagian yang paling parah terkena dampak, akan sepenuhnya mencabut pemblokiran pada 15 Juni.
Negara Bagian New York, negara bagian epidemi terbesar lainnya, juga mengumumkan bahwa siswa tidak perlu memakai masker saat mereka berada di luar ruangan. Kehidupan orang-orang Amerika, berangsur-angsur kembali seperti sebelum epidemi.
Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperbarui advice traveling, menurunkan peringkat 61 negara termasuk Jepang, Prancis, dan Jerman dari Level 4 ke Level 3.
Presiden AS Joe Biden juga mengumumkan, rencana bantuan vaksin Amerika Serikat untuk negara-negara di dunia. (hui)