Luo Tingting
Baru-baru ini, kelompok gajah liar telah menarik perhatian publik di daratan Tiongkok dan luar negeri, dan jutaan orang menyaksikan mereka makan dan tidur secara online. Situs web British Sky News menerbitkan sebuah artikel pada 10 Juni, bahwa kelompok gajah liar Asia ini telah menjadi “bintang film” di media sosial.
Pada 7 Juni, video kelompok gajah-gajah itu “tidur” menarik ratusan juta orang untuk menontonnya. Gajah-gajah tampaknya lelah berjalan untuk jarak jauh. Mereka secara kolektif “berbaring” untuk tidur siang di hutan.
Seekor bayi gajah memeluk kaki ibunya saat tidur, dan tiga ekor gajah mengelilingi bayi gajah tersebut dan melindunginya dengan erat. Setelah bangun, gajah kecil itu sama sekali tidak bisa keluar dari kawanan gajah dewasa, ia merangkak dan mendekati induknya, terlihat sangat lucu.
Video ini banyak beredar di media sosial seperti Twitter dan YouTube. Kini diminati netizen yang tak terhitung jumlahnya.
Penyebab migrasi kawanan gajah ini, masih belum jelas, sebagian orang berspekulasi bahwa gajah betina yang berada paling terdepan tersesat. Namun demikian, sebagian orang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dikarenakan, pada umumnya hewan memiliki indera arah yang kuat dan tidak akan mudah tersesat. Jika kemudian tersesat, mengapa mereka hanya pergi ke satu arah dan berjalan ke utara sejauh ribuan mil?
Oleh karena itu, beberapa orang berpikir bahwa mungkin medan geomagnetik telah berubah, yang menyebabkan gajah pergi jauh ke utara.
Beberapa ahli mengatakan bahwa, migrasi kawanan gajah mungkin merupakan perusakan habitat aslinya. Gajah-gajah itu terpaksa melakukan perjalanan jauh untuk menemukan habitat baru.
Pada Oktober tahun ini, Kunming, Yunnan akan mengadakan “Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati.” Banyak netizen bercanda bahwa rumah gajah dihancurkan dan dipaksa berkeliaran dan datang ke Kunming untuk “mengajukan permohon”.
Menurut laporan dari Free Asia pada 11 Juni 2021, Zhang Li, profesor ekologi di Beijing Normal University, menganalisis dalam seminar yang diselenggarakan oleh Akun Publik Weibo Panzhihua, bahwa migrasi gajah Asia ke utara sangat mengurangi habitat yang cocok untuk kawanan gajah. Migrasi ini sangat relevan.
Kelompok gajah liar ini awalnya tinggal di “Suaka Margasatwa Mengyang” di Xishuangbanna. Menurut data pelacakan pemerintah Yunnan, 16 gajah liar ditemukan telah meninggalkan habitat aslinya pada Maret 2020, dan mulai melakukan perjalanan ke utara melalui Kota Yixiang dan Kabupaten Ning’er di Kota Pu’er. Kawanan gajah ini berjalan ke Kabupaten Mojiang pada Desember tahun lalu. Mereka menempuh perjalanan lebih dari 300 kilometer. Hingga seekor gajah lahir di perjalanan.
Dua gajah kembali ke Mojiang dari Yuxi pada April tahun ini. Mereka menemukan kawanan gajah lainnya. Sebanyak 15 ekor gajah lainnya kini terus bermigrasi ke utara. Kawanan gajah tersebut sudah memasuki Kotapraja Shuanghe, Distrik Jinning, Kota Kunming pada 2 Juni. Migrasi kawanan gajah tersebut sudah berlangsung selama setahun tiga bulan.
Zhang Li adalah anggota Asian Elephant Expert Group dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Species Survival Committee. Dia berkata, “Di Xishuangbanna, Yunnan, habitat yang cocok untuk gajah Asia berkurang sekitar 40% dari masa lalu selama 20 tahun.”
Dia mengatakan bahwa, ada gajah Asia yang tinggal di luar cagar alam di Xishuangbanna. Akan tetapi, dalam proses pesatnya perkembangan ekonomi, hutan alam di luar cagar alam diubah menjadi tanaman karet dan pohon teh. Sehingga mengakibatkan penurunan secara drastis habitat gajah Asia di Xishuangbanna.
Saat ini, Xishuangbanna memiliki area penanaman dan produksi karet terbesar di Tiongkok. Akan tetapi, penanaman pohon karet yang massif akan menghancurkan spesies lain di hutan hujan tropis. Sehingga mengurangi sumber makanan gajah Asia.
Wang Fang, seorang peneliti di School of Life Sciences of Fudan University, mengatakan kepada media China Observer, bahwa migrasi gajah ke utara menunjukkan tentang lenyapnya tren hutan alami. Dikarenakan, massifnya perkebunan karet hingga merampas ruang hidup gajah.
Wang Fang berkata, “Yang paling disukai gajah adalah di antara pegunungan ini, ada pantai, lembah, lereng landai, dan padang rumput yang luas. Akan tetapi, area hutan karet yang luas telah ditanami dan diubah menjadi ruang aktivitas manusia. Mereka sudah kehilangan.”
Selain perkebunan karet dan teh, Peter Li, pakar kebijakan Tiongkok di Human Society International, mengatakan kepada Free Asia bahwa sejumlah besar bahan obat Tiongkok “Amom” di Xishuangbanna ditanam dalam jumlah besar, yang juga merupakan salah satu penyebab hancurnya hutan tropis Xishuangbanna.
Menurut sebuah makalah dari Chinese Academy of Sciences, Amomum villosum harus ditanam dalam jumlah besar untuk menghilangkan pohon-pohon kecil. Anakan dan tanaman lapisan semak, yang mengakibatkan kerusakan parah pada lapisan bawah pohon hutan hujan tropis tempat Amomum villosum ditanam.
Menurut media lokal di Yunnan tahun lalu, area penanaman 17 bahan obat Tiongkok, termasuk Amomum villosum, melebihi 100.000 hektar, di mana area penanaman dan hasil Amomum villosum menyumbang lebih dari 50% dari total nasional.
Menurut data yang dirilis tahun lalu oleh Konferensi Pertukaran Pengembangan Ilmiah Industri Bahan Obat Tiongkok Provinsi Yunnan ke-6, area penanaman bahan obat Tiongkok di Provinsi Yunnan mencapai 8,727 juta hektar pada tahun 2019. Sedangkan area penanaman menempati peringkat pertama di negara-negara tersebut untuk tiga tahun berturut-turut.
Gajah Asia, sebagai hewan liar tingkat pertama yang dilindungi di Tiongkok. Jumlah mereka hanya sekitar 300 ekor. Peter Li meminta pemerintah Komunis Tiongkok untuk melindungi habitat gajah.
Dia mengatakan, “Aktivitas pertanian dan penanaman di habitat gajah harus dihentikan, dan masyarakat pedesaan di sekitar habitat harus mempertimbangkan relokasi untuk memulihkan habitat gajah dan membuat habitat baru di daerah yang sesuai. Cara Ini dilakukan dengan menghubungkan pembangunan koridor khusus sesuai dengan rute migrasi gajah.”
Saat ini gajah-gajah liar tersebut masih mencari habitat yang cocok. Bahkan, pemerintah setempat tetap mewaspadai sasaran habitat mereka. Petugas juga memantau, melindungi, memberi makan, dan menginstruksikan masyarakat untuk mengungsi.
Profesor Zhang Li mengatakan bahwa, kemungkinan gajah memasuki Kunming relatif kecil. Ia menilai, gajah juga lebih takut pada manusia. Adalah normal bagi gajah untuk menjauh dari tempat-tempat yang banyak diganggu manusia.
Dia mengimbau kepada semua orang untuk tidak berkerumun menonton. Gajah Asia sangat waspada, dan kawanan gajah memiliki bayi gajah. Dari perilaku melindungi bayi gajah, mereka mungkin lebih agresif.
Peter Li mengatakan bahwa, perhatian dunia terhadap migrasi gajah membantu mendorong pihak berwenang Komunis Tiongkok untuk mengambil sikap berhati-hati dan ilmiah terhadap gajah. “Seluruh dunia berharap gajah-gajah ini memiliki akhir yang baik,” ujar Peter Li. (hui)