Tom Ozimek
Laporan tentang dugaan kebocoran dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Taishan, Guandong, Tiongkok sedang diselidiki. Tentunya, laporan tersebut membangkitkan ingatan tentang bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986.
Sebuah perusahaan nuklir Prancis menyatakan, pihaknya sedang bekerja untuk menyelesaikan “masalah kinerja” di perusahaan Listrik Tenaga Nuklir yang sebagian dimilikinya di Kota Taishan, Provinsi Guangdong, Tiongkok.
Hal demikian menyusul laporan, pihak berwenang AS telah melakukan penilaian atas laporan tentang kemungkinan kebocoran di fasilitas dengan peringatan “Ancaman radiologi yang akan segera terjadi.”
Framatome, adalah sebuah divisi dari grup listrik milik Prancis, Électricité de France S.A (EDF) mengatakan kepada France 24 dalam sebuah pernyataan pada 14 Juni, bahwa pihaknya “mendukung resolusi masalah kinerja” di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Taishan, yang merupakan perusahaan patungan antara EDF dan China General Nuclear Power Group ( CGN), terletak sekitar 84 mil sebelah barat Hong Kong.
“Menurut data yang tersedia, pabrik beroperasi dalam parameter keselamatan, tim kami bekerja dengan para ahli yang relevan untuk menilai situasi dan mengusulkan solusi untuk mengatasi masalah potensial apa pun,” kata pihak perusahaan kepada France 24.
Pernyataan ini setelah laporan CNN sebelumnya pada 14 Juni yang menyatakan, bahwa pemerintah AS telah melakukan penilaian terhadap laporan kebocoran di PLTN tersebut.
Media itu melaporkan bahwa Framatome, yang merupakan unit EDF yang merancang reaktor di pabrik dan terlibat dalam operasionalnya, telah memperingatkan “ancaman radiologi yang akan segera terjadi.”
Mengutip surat dari Framatome kepada pihak berwenang AS, CNN melaporkan bahwa peringatan itu termasuk tuduhan bahwa pihak berwenang Tiongkok menaikkan batas radiasi yang dapat diterima di luar pabrik, tujuannya untuk menghindari keharusan menutup fasilitas tersebut.
CGN adalah perusahaan milik negara mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 13 Juni, bahwa “indikator lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Taishan dan sekitarnya normal.”
Laporan tersebut tidak merujuk kepada kebocoran atau insiden apa pun di fasilitas tersebut. Akan tetapi, laporan itu mengklaim memenuhi peraturan keselamatan dan persyaratan teknis untuk operasi pembangkit nuklir.
EDF kepada Reuters menyebutkan, mereka telah menggelar pertemuan dengan CGN dan penumpukan gas inert seperti argon, helium, atau neon adalah “fenomena yang diketahui, dipelajari dan disediakan dalam prosedur operasi reaktor.”
Untuk diketahui, Reaktor PLTN Taishan adalah Reaktor Daya Evolusioner generasi ketiga yang dirancang oleh Prancis.
Teknologi ini juga sedang digunakan di Prancis, Finlandia, dan di proyek Hinkley Point C yang diinvestasikan Tiongkok di Inggris.
Pasokan Listrik dari PLTN tersebut melayani kebutuhan wilayah Guangzhou dan Shenzhen, pusat manufaktur utama Provinsi Guangdong, yang menghadapi kekurangan listrik dalam beberapa pekan terakhir. Penyebabnya, gara-gara cuaca panas dan pasokan tenaga air yang lebih rendah dari biasanya dari Provinsi tetangga, Yunnan. (asr)