ole Li Zhaoxi
Laporan media resmi pemerintah komunis Tiongkok ‘Global Times’ secara khusus memuji terjadinya peningkatan drastis jumlah “pendonor organ” di daratan Tiongkok, sejak pertama virus komunis Tiongkok (COVID-19) mewabah di Kota Wuhan pada akhir tahun 2019.
Namun demikian, beberapa laporan yang diterbitkan secara internasional tahun lalu, menunjukkan bahwa pemerintah komunis Tiongkok dapat meningkatkan jumlah pengambilan organ hidup dari tahanan politik, dikarenakan ramainya permintaan transplantasi paru-paru dari pasien yang terinfeksi virus komunis Tiongkok.
Menurut laporan yang dirilis oleh Yayasan Pengembangan Transplantasi Organ Tiongkok dalam pertemuan yang diadakan di Yan’an, Provinsi Shaanxi pada Jumat 11 Juni : Meskipun terkena dampak epidemi, tetapi jumlah pendonor organ sukarela yang terdaftar pada tahun 2020 telah meningkat sekitar 46,5% dibandingkan dengan jumlah pendonor yang tercatat hingga akhir tahun 2019.
‘The Global Times’ menambahkan bahwa, ini juga menunjukkan adanya kenaikan sampai 100 kali lipat daripada yang tercatat di awal tahun 2015. Ketika itu, pernyataan warga yang secara sukarela mau menyumbangkan organ tubuhnya setelah kematian merupakan “satu-satunya saluran legal” untuk transplantasi organ di Tiongkok.
Di samping itu, pemerintah komunis Tiongkok juga mengumumkan bahwa, Komisi Kesehatan Nasional Partai Komunis Tiongkok akan melaksanakan kampanye setiap 2 tahun mulai akhir tahun 2020. Hal demikian dalam rangka membujuk rakyat Tiongkok untuk menyumbangkan organnya kepada negara.
Propaganda pemerintah komunis Tiongkok ini, terjadi setelah pembukaan Pengadilan Uighur atau Uyghur Tribunal di London pekan lalu. ‘Pengadilan Khusus Uighur’ adalah pengadilan rakyat independen non-pemerintah. Para ahli dan korban Partai Komunis, memberikan kesaksian yang merinci pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uighur dan etnis minoritas lainnya di Tiongkok selama bertahun-tahun.
Melalui ‘Pengadilan Khusus Uighur’, para ahli menegaskan bahwa sejak pendirian kamp konsentrasi, semakin banyak bukti bahwa otoritas komunis Tiongkok telah melakukan pengambilan paksa organ dari korban kamp dan tahanan politik. Tujuannya, untuk dijual ke pasar transplantasi organ “sesuai permintaan”.
Sebelum bukti pengadilan ini muncul, kelompok minoritas agama dan politik Tiongkok telah menuduh pemerintah komunis Tiongkok membunuh tahanan politik dan menjual organ mereka dengan harga tinggi selama beberapa dekade terakhir. Kelompok yang paling vokal adalah praktisi Falun Gong.
Falun Gong adalah metode latihan yang didedikasikan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Adapun para praktisi tidak menggunakan obat-obatan atau minum alkohol, sehingga pada dasarnya mereka memiliki organ yang sehat.
Ethan Gutmann, anggota Koalisi Internasional untuk Mengakhiri Penyalahgunaan Transplantasi di Tiongkok (International Coalition to End Transplant Abuse in China, ETAC), penulis hasil penelitian AS membutuhkan waktu puluhan tahun untuk melakukan penelitian, ia bersaksi bahwa ia telah mewawancarai 20 orang warga etnis Uighur dan pengungsi Kazakh yang telah menghabiskan waktu di kamp konsentrasi di Xinjiang, Mereka menuturkan bahwa mereka telah menjalani tes medis yang sepadan dengan pengambilan organ hidup-hidup.
Meskipun semua saksi ini selamat, tetapi mereka semua memastikan bahwa mereka melihat dengan mata kepala sendiri pejabat komunis Tiongkok melakukan pemeriksaan medis terhadap orang lain. Banyak dari orang-orang yang menjalani pemeriksaan medis, yang rata-rata masih berusia muda itu menghilang begitu saja tak lama kemudian.
Dalam buku berjudul ‘The Slaughter’ yang diterbitkan Ethan Gutmann pada tahun 2014, ia secara eksplisit merinci bukti pemerintah komunis Tiongkok menjadikan praktisi Falun Gong dan tahanan politik lainnya, sebagai “pendonor organ sukarela”.
Pada tahun 2016, Ethan Gutmann bersama dengan mantan anggota parlemen Kanada David Kilgour dan pengacara hak asasi manusia David Matas, menerbitkan buku terbaru mereka tentang pengambilan paksa organ hidup. Buku tersebut menunjukkan bahwa data tentang operasi transplantasi pemerintah komunis Tiongkok tidak sesuai dengan dugaan jumlah donasi organ yang ada pada tahun 2015. Ada banyak bukti mengungkapkan bahwa, sejumlah rumah sakit tanpa izin transplantasi resmi juga menjalani operasi transplantasi.
Praktisi Falun Gong, Liu Huiqiong dalam sebuah wawancara dengan reporter surat kabar Israel ‘Haaretz’ pada bulan Desember tahun lalu mengatakan bahwa, polisi berulang kali mengisyaratkan dirinya akan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Liu mengaku, bahwa ia akhirnya bisa selamat karena melakukan mogok makan dalam tahanan. Kesehatannya yang menurun drastis itulah yang menjadi penolongnya terhindar dari perbuatan bejat komunis Tiongkok itu. (sin)